Subordinasi terhadap Perempuan Unsur Intrinsik Novel Geni Jora

83 Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dalam menggambarkan Subordinasi pada perempuan dalam PBS dan GJ. Dalam PBS, digambarkan bahwa pendidikan bagi perempuan tidaklah penting, oleh karena itu tokoh-tokoh perempuan dalam PBS tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Sedngkan dalam GJ tokoh-tokoh perempuannya dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, bahkan ke luar negeri. Selain itu dalam PBS tokoh utamanya dipaksa untuk menerima perjodohan oleh orang tuanya yang berujung pada perceraian. Sedangkan dalam GJ tokoh utamanya diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan pendamping hidupnya. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan saat menggambarkan subordinasi pada perempuan kedua novelnya, yaitu Perempuan Berkalung Sorban dan Geni Jora. Dalam PBS Abidah selalu mengangkat isu subordinasi yaitu mengenai pendidikan yang tidak terlalu penting bagi perempuan. Akan tetapi pada GJ, Abidah tida menyinggung subordinasi mengenai pendidikan. Karena semua tokoh perempuan dalam GJ berpendidikan tinggi.

3. Stereotip terhadap Perempuan

Stereotip adalah pelebelan atau penandaan negatif terhadap kelompok atau jenis kelamin tertentu. 17 Stereotip-stereotip itu mencerminkan kesan umum mengenai bahasa perempuan dan laki-laki. Stereotip-stereotip tersebut jarang sekali berpihak pada perempuan. 18 Dalam PBS dan GJ, terdapat pandangan yang berbeda tentang stereotipe yang terjadi pada perempuan. Bentuk stereotip yang ditampilkan dalam PBS yaitu anggapan bahwa perempuan itu penggoda, seperti pada kutipan berikut: ‖…… keakrabanmu dengannya 17 Riant Nugroho, op.cit., h. 12 18 David Graddol dan Joan Swann, Gender Voice: Telaah Kritis, Relasi Bahasa Gender, Pedati: 2003, h. 2 84 akan menimbulkan kecurigaan masyarakat. Terlebih sekarang ini. Ingatlah, bahwa kau adalah seorang janda, Nisa. Dan statusmu itulah yang membuat pikiran orang dalam menilaimu. Jika sedikit saja kau lengah, mereka akan berebut menggunjingkanmu. ‖ GJ. h. 145 dari kutipan berikut terlihat bahwa budaya dalam masyarakat PBS memberikan stereotif yang negatif bagi perempuan, yaitu perempuan sebagai makhluk penggoda. Ini ditunjukkan dari tokoh Annisa yang mendapatkan pelbelan negatif itu hanya karena ia seorang perempuan dan seorang janda, sehingga msyarakat menyimpulkan bahwa ia seorang perempuan penggoda saat ia sering pergi berdua dengan Khudhori. Selain itu, adanya keyakinan di masyarakat bahwa tugas perempuan adalah untuk melayani suami berakibat pada menomorduakan pendidikan bagi perempuan, hal ini terlihat pada kutipan berikut: ―.....dalam budaya nenek moyang kita, seorang laki-laki memiliki kewajiban dan seorang perempuan memiliki kewajiban. Kewajiban seorang laki-laki, yang terutama adalah bekerja mencari nafkah, baik di kantor, di sawah, di laut, atau di mana saja asal bisa mendatangkan rezeki halal. Sedangkan seorang perempuan, mereka juga memiliki kewajiban, yang terutama adalah mengurus urusan rumah tangga dan mendidik anak..... ” PBS. h. 27 Kutipan di atas menjelaskan bahwa budaya yang ada membentuk anggapan bahwa dalam rumah tangga yang seharusnya mencari nafkah adalah laki-laki suami dan tugas perempuan istri adalah mengurus segala keperluan rumah tangga dan melayani. Hal ini membuat stereotip tentang pendidikan untuk perempuan tidak terlalu diutamakan. ―Tetapi anak perempuan kan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Sudah cukup jika telah mengaji dan khatam. Sudah ikut sorongan kitab kuning. Kami juga tidak terlalu terburu. Ya, mungkin menunggu si Udin Wisuda kelak. ‖ PBS. h. 81 Kutipan tersebut menunjukkan bahwa pandangan orang-orang terhadap pendidikan untuk anak perempuan pada masa itu 85 tidaklah penting. Karena perempuan bukanlah pemimpin dalam keluarga yang berkewajiban untuk mencari nafkah, jadi bagi mereka perempuan pendidikan bukanlah hal yang utama yang harus mereka dapatkan. Tetapi penggambaran Abidah mengenai sosok Samsudin yang malas, tidak bertanggung jawab dan kepala keluarga yang tidak memiliki pekerjaan seakan melelehkan stereotip tentang suami yang seharusnya mencari nafkah di luar rumah, sesuai dengan kutipan beriku: ―sekalipun sarjana, Samsudin tidak bekerja atau belum mendapat pekerjaan. ‖ Kutipan tersebut telah mematahkan stereotip yang ada pada novel ini, karena sebagai laki-laki Samsudin benar-benar tidak bisa diandalkan. Untuk biaya hidup mereka pun masih mengandalkan orang tua Samsudin. Dua tahun kemudian, dalam novelnya yang berjudul Geni Jora, Abidah juga memperlihatkan pelebelan yang negative untuk kaum perempuan, seperti pada kutipan berikut: ―Ayah akan berpihak pada mereka, sebab mereka orang kepercayaannya. Belum lagi kalau Nenek tahu, ia akan memojokanku, memojokkan kita berdua.sebab itu, jaga mulutmu. ‖ GJ. h. 91 Pada kutipan tersebut terlihat bahwa Lola yang sudah dilecehkan oleh kedua pamannya namun tak mau memberitahu kepada siapa pun perihal tersebut, ini dikarenakan ia beranggapan bahwa Ayah dan Neneknya tidak akan membelanya, bahkan akan menyalahkannya. Anggapan seperti inilah yang diangkat oleh Abidah dalam GJ. Anggapan yang mengatakan bahwa pelecehan seksual yang sering terjadi pada perempuan tidak terlepas dari kesalahan perempuan. Dalam hal ini perempuan menjadi korban yang disalahkan. Selain itu, dalam GJ juga dijelaskan bahwa laki-laki adalah pihak yang nantinya akan mencari nafkah untuk membiayai kehidupan keluarganya. Namun dalam GJ, pentingnya pendidikan untuk 86 perempuan juga mendapat porsi yang sama dengan pentingnya pendidikan bagi laki-laki, sehingga semua tokoh perempuan dalam GJ bersekolah sampai jenjang yang tinggi. Penggambaran tokoh utama sebagai salah satu mahasiswa yang sedang kuliah di Damaskus. Selain Kejora, Elya, dan Lola tokoh perempuan dalam GJ juga melanjutkan sekolahnya ke jenjang perguruan tinggi. Ini berbeda dengan tokoh-tokoh perempuan yang ada dalam PBS yang mayoritasnya pendidikan terakhirnya SD, SMP, ataupun SMA. Dalam PBS hanya Annisa yang memperjuangkan haknya untuk terus mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki- laki. Dalam GJ Abidah mencoba menunjukkan pandangannya pada pembaca bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki- laki dalam hal mendapatkan pendidikan yang yang tinggi juga layak. Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa dalam PBS dan GJ sama- sama mengangkat isu tentang stereotip yang sering dipasangkan pada perempuan, perempuan sebagai makhluk penggoda yang, dan walaupun mereka mengalami kekerasan atau pelecehan seksual, itu tetap saja perempuanlah yang akan dipersalahkan. Gambaran seperti inilah yang masih kita temui dalam kehidupan nyata. Perbedaan terlihat ketika Abidah menggambarkan laki-laki sebagai pencari nafkah yang berakibat pendidikan bagi perempuan dinomorduakan dalam PBS. Namun dalam GJ adanya anggapan bahwa laki-laki merupakan orang yang mencari nafkah dalam keluarga tidak membuat hak perempuan dalam mendapatkan pendidikan menjadi hilang. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa dalam kedua novelnya, yaitu PBS dan PBS Abidah mengangkat isu pelebelan negatif yaitu pelebelan bahwa perempuan merupakan makhluk penggoda. Dalam PBS, Annisa yang merupakan janda dianggap sering menggoda Khudhori karena mereka berdua sering pergi keluar bersama. Begitu