12
gender. Violence terhadap perempuan banyak sekali terjadi karena stereotip gender. Gender violence pada dasarnya disebabkan karena ketidaksetaraan
kekuatan yang ada dalam masyarakat. Violence yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender—relalite violence.
e. Beban Kerja Peran gender perempuan dalam anggapan masyarakat luas adalah
mengelola rumah tangga sehingga banyak perempuan yang menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih berat dibanding kaum laki-laki.
Kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala keluarga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik
rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan.
6
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidakadilan gender yang terwujud dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotip, dan beban
kerja pada umumnya telah terjadi pada berbagai kalangan masyarakat. Semua perwujudan ketidakadilan gender ini saling terkait satu sama lain. Perwujudan
ketidakadlinan gender itu tersosialisasikan kepada perempuan dan laki-laki dan pada akhirnya laki-laki dan perempuan menjadi terbiasa dan menganggap
bahwa peran gender itu merupakan suatu kodrat yang harus dijalani.
B. Hakikat Novel
Kata novel berasal dari kata latin novellas yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan
jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel ini muncul kemudian.
7
Pengertian novel menurut Sudjiman adalah prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian
6
Riant Nugroho, op.cit., h. 9.
7
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, Bandung: Angkasa, 1993, h. 164.
13
peristiwa dan latar secara tersusun.
8
Sedangkan menurut Wellek dan Warren, novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada
saat novel itu ditulis. Romansa, yang ditulis dalam bahasa yang agung dan dipindah, menggambarkan apa yang tidak pernah terjadi dan tidak mungkin
terjadi.
9
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya sastra fiksi yang di dalamnya memaparkan pengalaman pengarang dengan
mencantumkan tokoh, watak, latar, sudut pandang, alur, tema, amanat, dan lain- lain.
C. Unsur Intrinsik Novel
Novel memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur- unsur yang dapat didiskusikan. Salah satunya adalah unsur intrinsik novel. Unsur
intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur ini secara faktual dijumpai pembaca pada saat membaca
karya sastra. Kepaduan antara unsur intrinsik inilah yang membuat suatu novel dapat terwujud.
Unsur intrinsik novel terdiri dari tema, alur, penokohan, latar dan sudut pandang.
1. Tema Pembahasan mengenai makna yang terdapat di dalam sebuah karya
sastra novel merupakan pembahasan mengenai tema. Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya
sastra.
10
Tema berarti kandungan umum dari isi yang ada di dalam karya sastra tersebut atau juga disebut dengan ide dari cerita yang dimaksud.
8
Panuti Sudjiman, Memahami Cerita Rekaan, Jakarta: Pustaka Jaya, 1998, h. 53
9
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993, h. 282.
10
Fanannie, Telaah Sastra, Surakarta: Anggota IKAPI Jateng, 2001, Cet.II, h.84
14
Istilah tema menurut Scharbach dalam Aminuddin berasal dari bahasa latin yang berarti
―tempat meletakkan suatu perangkat‖. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperanan juga sebagai
pangkal tolak
pengarang dalam
memaparkan karya
fiksi yang
diciptakannya.
11
Staton dalam Nurgiantoro mengartikan tema sebagai ―makna sebuah
cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang
sederhana‖.
12
Karena sastra adalah refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan bisa bermacam-macam. Tema bisa berupa permasalahan moral
etika, sosial, agama, budaya yang berhubungan erat dengan kehidupan. 2. Alur Plot
Menurut Abrams dalam Wahyudi Siswanto alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah
cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
13
Selain itu, alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan hukum
sebab akibat. Artinya peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa kedua menyebabkan terjadinya peristiwa ketiga. Dan demikian
selanjutnya hingga pada dasarnya peristiwa terakhir ditentukan terjadinya peristiwa pertama.
14
Ada berbagai pendapat tentang tahapan-tahapan peristiwa dalam suatu peristiwa. Aminudin dalam Wahyudi Siswanto membedakan tahapan-
tahapan peristiwa atas pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita
rekaan atau drama yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita. Yang
11
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Sastra, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002, h. 91.
12
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press,2009, h. 70
13
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: PT Grasindo, 2008 , h.159.
14
Yakob Sumarjo dan Saini KM, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: Gramedia, 1986, h. 139.
15
dikenalkan dari tokoh ini misalnya, nama, asal, ciri fisik, dan sifatnya. Konflik atau tikaian adalah ketegangan atau pertentangan antara dua
kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan atau drama. Komplikasi atau rumitan adalah bagian tengah alur rekaan atau drama yang
mengembangkan tikaian. Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari segi
tanggapan emosional pembaca. Leraian adalah bagian struktur alur yang sesudah tercapai klimaks. Pada tahap ini peristiwa-peristiwa yang terjadi
menunjukkan perkembangan lakuan ke arah selesaian. Selesaian adalah tahap akhir suatu cerita atau drama. Dalam tahap ini semua masalah dapat
diuraikan, kesalahpahaman dijelaskan; rahasia dibuka.
15
Berdasarkan beberapa pendapat tentang alur yang telah dikemukakan di atas alur merupakan rangkaian peristiwa yang di dalamnya terdapat
pengenalan, konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan akhirnya cerita itu mencapai penyelesaian bagaimana cerita itu dapat terselesaikan.
3. Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan adalah salah satu unsur yang terpenting dalam
suatu cerita. Kehadiran tokoh ikut menentukan apakah ia mempunyai peran baik atau buruk, yaitu sebagai tokoh yang dipuja atau dipuji protagonis
atau sebagai tokoh yang menghalangi tujuan tokoh protagonis antagonis. Di dalam sebuah karya fiksi, istilah tokoh merujuk pada pelaku yang
ada dalam cerita tersebut. Istilah tokoh dalam sebuah cerita, menunjuk pada penempatan atau pelukisan gambaran tokoh-tokoh tertentu dengan watak
tertentu. Tokoh cerita adalah orang orang yang ditampilkan dalam karya sastra yang sifatnya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral
dan kecenderungan
tertentu seperti
yang
15
Wahyudi Siswanto, op.cit., h. 159-160.