2. Faktor pendukung atau pemungkin enabling factors meliputi semua
karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu perilaku.
3. Faktor pendorong atau penguat reinforcing factors yaitu faktor yang
memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman atau kelompok sebaya, peraturan, undang-undang, surat keputusan
dari para pejabat pemerintahan daerah atau pusat Notoatmodjo, 2007.
2.6. Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah
laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain,
orang dalam khayalan atau diri sendiri Sarwono, 2002.
2.7. Perilaku Berisiko Seksual Pengamen Jalanan
Kehadiran remaja pengamen jalanan merupakan masalah yang meresahkan saat ini, dan perlu penanganan yang efektif. Rentannya anak jalanan terhadap
terhadap resiko kesehatan reproduksi dan seksual termasuk pelecehan seksual, kekerasan seksual, penyimpangan seksual yang dapat menyebabkan penyakit
menular seksual, seperti GO, sifilis dan HIVAIDS disebabkan oleh kurangnya kesadaran mereka akan bahaya penyakit menular yang mematikan tersebut ,
Universitas Sumatera Utara
pengaruh dan tekanan kelompok yang mengakibatkan anak jalanan minum alkohol, merokok, dan penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif Napza, rentan
juga terhadap penyakit infeksi, seperti ISPA, diare, tifus, hepatitis, dan kulit maupun rawan masalah gizi serta kriminal atau kejahatan seperti mencopet,
mencuri, merampas, memeras bahkan merampok hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mereka rasa kurang.
A. Pelecehan Seksual
Menurut Mboiek, 1992:1 dan Stanko 1996:56 yang di kutip oleh Kinasih pengertian pelecehan seksual adalah suatu perbuatan yang biasanya
dilakukan laki -laki dan ditujukan kepada perempuan dalam bidang seksual, yang tidak disukai oleh perempuan sebab ia merasa terhina, tetapi kalau perbuatan itu
ditolak ada kemungkinan ia menerima akibat buruk lainnya. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Sanistuti dalam Daldjoeni,1994:4, pelecehan seksual adalah
semua tindakan seksual atau kecenderungan bertindak seksual yang bersifat intimidasi nonfisik kata-kata, bahasa, gambar atau fisik gerakan kasat mata
dengan memegang, menyentuh, meraba, mencium yang dilakukan seorang laki- laki atau kelompoknya terhadap perempuan atau kelompoknya Kinasih, 2007.
B. Kekerasan Seksual
Tindakan yang mengarah keajakan atau desakan seksual seperti menyentuh, meraba, mencium atau melakukan tindakan-tindakan lain yang tidak
dikehendaki korban, memaksa korban menonton produk pornografi, gurauan- gurauan yang tidak dikehendaki korban, ucapan-ucapan yang merendahkan dan
Universitas Sumatera Utara
melecehkan dengan mengarah pada aspek jenis kelamin atau seks korban dengan keadaan fisik maupun memaksa melakukan aktivitas-aktivitas seksual yang tidak
sesuai, merendahkan, menyakiti dan melukai korban. Bentuk kekerasan seksual seperti melakukan hubungan seksual secara paksa terhadap anak, meraba -raba
alat kelamin, memegang dada yang tidak dikehendaki oleh korban, dipeluk dan dicium secara paksa dan penganiayaan secara emosional seperti penggunaan kata-
kata kasar yang di maksudkan untuk menjatuhkan harga diri anak. Menurut Kaplan dan Sadock 1997 tindak kekerasan seksual pada anak
jalanan adalah tindakan dibawah paksaan terhadap anak untuk melakukan aktivitas seksual, kekerasan seksual adalah perbuatan yang disengaja
menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik atau emosional. Istilah child abuse berbagai macam bentuk tingkah laku, dari tindakan
ancaman fisik secara langsung oleh orangtua atau orang dewasa lainnya sampai kepada penelantaran kebutuhan-kebutuhan dasar anak.
Menurut Rahima 2005 kekerasan fisik yang dialami anak jalanan baik laki-laki maupun perempuan sangat banyak antara lain tamparan, pemukulan,
pencekikkan, lemparan benda keras, penyiksaan menggunakan senjata, pengrusakan alat kelamin, penganiayaan dan pembunuhan Rambe, 2009.
C. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang dialami seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara
yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak
Universitas Sumatera Utara
wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Berikut
ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual: 1.
Homoseksual Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan
seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah kaitan yang erat antara
homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika JAMA tahun 2000, kaum homoseksual
yang “mencari” pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual termasuk AIDS lebih tinggi dibandingkan mereka yang
tidak. 2.
Sadomasokisme Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual
diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual
merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan
seksual. 3.
Ekshibisionisme Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan
memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
kehendaknya. Bila korban terkejut, merasa jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan
memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi.
4. Voyeurisme
Istilah voyeurisme disebut juga scoptophilia berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan
memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah
melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak
lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau
melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual.
5. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH breast holder,
celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan
mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta
Universitas Sumatera Utara
pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
6. PedophiliaPedophilPedofiliaPedofil
Pedophilia Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan sekskontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
7. Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing,
dan lain sebagainya. 8.
Incest Incest Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non
suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengan anak laki- laki.
9. NecrophiliaNecrofil
NecrophiliaNecrofil Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayatorang mati.
10. Zoophilia
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan.
11. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis homo maupun dengan pasangan perempuan.
Universitas Sumatera Utara
12. FrotteurismeFrotteuris
Frotteurisme Yaitu suatu bentuk kelainan seksual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesekmenggosok-
gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publikumum seperti di
kereta, pesawat, bis dan lain-lain. Sarwono, 2002; Suyatno, 2009 D. Minuman Beralkohol
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Bahan psikoaktif yang terdapat
dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Di Indonesia penjualan minuman beralkohol di
batasi dan yang boleh membeli adalah mereka yang telah berumur 21 tahun. Beberapa etnik di Indonesia menggunakan minuman beralkohol pada acara
tertentu dalam jumlah yang sedikit. Mereka juga memproduksi minuman beralkohol dengan nama yang bermacam ragam misalnya : tuak, minuman cap
tikus, ciu dan lain-lain Widianti, 2007. Terdapat 4 kelompok determinan dari penyalahgunaan alkohol sosial,
ekonomi, budaya, dan lingkungan yang mana peranannya sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya.
• Sosial Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif sosial seperti
meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain itu faktor sosial lain seperti sistem norma dan nilai
Universitas Sumatera Utara
keluarga dan masyarakat juga menjadi kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alkohol.
• Ekonomi Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut ekonomi. Tentu saja
meningkatnya jumlah pengguna alkohol di Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan harga minuman beralkohol import atau lokal
dengan daya beli atau kekuatan ekonomi masyarakat. Dan secara makro, industri minuman beralkohol baik itu ditingkat produksi, distribusi, dan
periklanan ternyata mampu menyumbang porsi yang cukup besar bagi pendapatan negara tax, revenue dan excise.
• Budaya Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah alkohol juga
menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak dijumpai produk lokal minuman beralkohol yang merupakan warisan tradisional arak, tuak, badeg,
dll dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan alasan tradisi. Sementara bila tradisi budaya tersebut dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas
masyarakat Indonesia adalah kaum muslim yang notabene melarang konsumsi alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat bertolak belakang.
• Lingkungan Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih dari
penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk peraturan dan regulasi
Universitas Sumatera Utara
tentang minuman beralkohol, serta pelaksanaan yang tegas menjadi kunci utama penanganan masalah alkohol ini. Selain itu yang tidak kalah penting
adalah peranan provider kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun advokasi
pada tingkatan decision maker.
D. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif Napza
Narkoba singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahanzat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia,
baik secara oraldiminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan adiksi fisik dan psikologis Widianti, 2007. Napza pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan dan
penelitian. Tujuannya adalah untuk kebaikan manusia. Namun berbagai jenis obat tersebut kemudian disalahgunakan untuk mencari kenikmatan sementara atau
mengatasi persoalan sementara Wilopo, 2006. Penyalahgunaan narkoba drugs abuse adalah suatu pemakaian non-
medical atau ilegal barang haram yang dinamakan narkoba narkotika dan obat- obat adiktif yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan produktif manusia
pemakaiannya. Manusia pemakai narkoba bias dari berbagai kalangan, mulai dari level ekonomi tinggi hingga rendah, para penjahat, ibu-ibu rumah tangga, bahkan
sekarang sudah sampai ke sekolah-sekolah yang jelas-jelas terdiri dari para generasi muda, bahkan lebih khusus lagi anak dan remaja. Berbagai jenis narkoba
Universitas Sumatera Utara
yang mungkin disalah gunakan adalah tembakau, alcohol, obat-obat terlarang, dan zat-zat yang dapat memberikan keracunan, misalnya yang dihisap dari asapnya.
Penyalangunaan narkoba dapat menyebabkan kebergantungan zat narkoba, jika dihentikan maka si pemakai akan sakauwithdrawal. Lama kelamaan generasi
muda itu bergantung kepada zat-zat tersebut dan sukar untuk melepaskan diri karena mereka telah kecanduan ketergantungan narkoba. Jika sudah demikian
maka generasi muda yang sudah bergantung pada zat-zat narkoba akan apa saja bangaimana mendapatkan uang, baik secara halal maupun haram seperti mencuri,
merampok, mencopet dan sebagainya Willis, 2010.
2.8.Alur Pikir Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukan di atas, maka kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Perilaku Seksual Remaja
Pengamen Jalanan Lama Menjadi Anak
Jalanan Pendapatan Perhari
Tempat Tinggal
Di kordinasi atau tidak Umur
Jenis Kelamin Tingkat pendidikan
Pengetahuan Sikap
Tindakan Pelecehan seksual
Kekerasan seksual Penyimpangan seksual
Minuman alkohol Penyalahgunaan Napza
Menyebabkan HIV AIDS dan PMS lainnya
Status Perkawinan Orangtua
Gambar 2.1 Alur Pikir Penelitian
Lama Menjadi Anak Jalanan
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat Etnografi Ethnography
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sebagai human instrument, Buku catatan, tape
recorder dan kamera. Peneliti menggunakan perspektif emik yaitu peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para informan dan
diungkapkan sesuai dengan fakta, bahasa dan pandangan informan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perilaku berisiko seksual remaja
pengamen jalanan di kota Medan. Peneliti berusaha menggali pandangan mereka berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh informan.
yang bertujuan untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan lain-lain.
Data dalam penelitian kualitatif dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada informan sekaligus melakukan pengamatan
terhadap informan dan lingkungannya. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang perilaku berisiko seksual remaja pengamen jalanan di kota
Medan Afifuddin dan Saebani, 2009.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di persimpangan Aksara Medan Kecamatan Medan Tembung, yang berada di jalan H. M Yamin, jalan Williem
Iskandar dan jalan Letda Sudjono. Letak Aksara dimana terdapat pasar Aksara, Ramayana Aksara dan pasar Bengkok, Keramaian dan kemacetan menjadi suatu
lokasi yang strategis untuk mengais rezeki bagi anak jalanan. serta aktivitas anak jalanan hampir terlihat setiap hari. Melalui observasi yang dilakukan peneliti,
mereka tinggal di rumah-rumah yang tidak ditempati rumah kosong, kios kosong yang berada di pasar Bengkok, di emperan toko dan warung-warung. Peneliti
mencoba berinteraksi secara kontiniu dengan informan, hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan hubungan yang lebih dalam antara peneliti dengan informan,
sehingga penelitian ini dapat digali secara mendalam.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai dari bulan januari sampai dengan bulan juni 2012. Penelitian diawali dengan penelusuran pustaka,
survey pendahuluan, penyusunan proposal penelitian, kolokium seminar proposal, penelitian ke lapangan, pengolahan dan analisis data, penyusunan hasil
penelitian dan seminar hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Pemilihan Informan