Penyimpangan Seksual Perilaku Berisiko Seksual Pengamen Jalanan

melecehkan dengan mengarah pada aspek jenis kelamin atau seks korban dengan keadaan fisik maupun memaksa melakukan aktivitas-aktivitas seksual yang tidak sesuai, merendahkan, menyakiti dan melukai korban. Bentuk kekerasan seksual seperti melakukan hubungan seksual secara paksa terhadap anak, meraba -raba alat kelamin, memegang dada yang tidak dikehendaki oleh korban, dipeluk dan dicium secara paksa dan penganiayaan secara emosional seperti penggunaan kata- kata kasar yang di maksudkan untuk menjatuhkan harga diri anak. Menurut Kaplan dan Sadock 1997 tindak kekerasan seksual pada anak jalanan adalah tindakan dibawah paksaan terhadap anak untuk melakukan aktivitas seksual, kekerasan seksual adalah perbuatan yang disengaja menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak secara fisik atau emosional. Istilah child abuse berbagai macam bentuk tingkah laku, dari tindakan ancaman fisik secara langsung oleh orangtua atau orang dewasa lainnya sampai kepada penelantaran kebutuhan-kebutuhan dasar anak. Menurut Rahima 2005 kekerasan fisik yang dialami anak jalanan baik laki-laki maupun perempuan sangat banyak antara lain tamparan, pemukulan, pencekikkan, lemparan benda keras, penyiksaan menggunakan senjata, pengrusakan alat kelamin, penganiayaan dan pembunuhan Rambe, 2009.

C. Penyimpangan Seksual

Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang dialami seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak Universitas Sumatera Utara wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Berikut ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual: 1. Homoseksual Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika JAMA tahun 2000, kaum homoseksual yang “mencari” pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual termasuk AIDS lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak. 2. Sadomasokisme Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual. 3. Ekshibisionisme Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan Universitas Sumatera Utara kehendaknya. Bila korban terkejut, merasa jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi. 4. Voyeurisme Istilah voyeurisme disebut juga scoptophilia berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. 5. Fetishisme Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH breast holder, celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta Universitas Sumatera Utara pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut. 6. PedophiliaPedophilPedofiliaPedofil Pedophilia Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan sekskontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur. 7. Bestially Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya. 8. Incest Incest Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengan anak laki- laki. 9. NecrophiliaNecrofil NecrophiliaNecrofil Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayatorang mati. 10. Zoophilia Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan. 11. Sodomi Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis homo maupun dengan pasangan perempuan. Universitas Sumatera Utara 12. FrotteurismeFrotteuris Frotteurisme Yaitu suatu bentuk kelainan seksual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesekmenggosok- gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publikumum seperti di kereta, pesawat, bis dan lain-lain. Sarwono, 2002; Suyatno, 2009 D. Minuman Beralkohol Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Bahan psikoaktif yang terdapat dalam alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi umbian. Di Indonesia penjualan minuman beralkohol di batasi dan yang boleh membeli adalah mereka yang telah berumur 21 tahun. Beberapa etnik di Indonesia menggunakan minuman beralkohol pada acara tertentu dalam jumlah yang sedikit. Mereka juga memproduksi minuman beralkohol dengan nama yang bermacam ragam misalnya : tuak, minuman cap tikus, ciu dan lain-lain Widianti, 2007. Terdapat 4 kelompok determinan dari penyalahgunaan alkohol sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan yang mana peranannya sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya. • Sosial Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif sosial seperti meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain itu faktor sosial lain seperti sistem norma dan nilai Universitas Sumatera Utara keluarga dan masyarakat juga menjadi kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alkohol. • Ekonomi Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut ekonomi. Tentu saja meningkatnya jumlah pengguna alkohol di Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan harga minuman beralkohol import atau lokal dengan daya beli atau kekuatan ekonomi masyarakat. Dan secara makro, industri minuman beralkohol baik itu ditingkat produksi, distribusi, dan periklanan ternyata mampu menyumbang porsi yang cukup besar bagi pendapatan negara tax, revenue dan excise. • Budaya Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah alkohol juga menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak dijumpai produk lokal minuman beralkohol yang merupakan warisan tradisional arak, tuak, badeg, dll dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan alasan tradisi. Sementara bila tradisi budaya tersebut dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas masyarakat Indonesia adalah kaum muslim yang notabene melarang konsumsi alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat bertolak belakang. • Lingkungan Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk peraturan dan regulasi Universitas Sumatera Utara tentang minuman beralkohol, serta pelaksanaan yang tegas menjadi kunci utama penanganan masalah alkohol ini. Selain itu yang tidak kalah penting adalah peranan provider kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun advokasi pada tingkatan decision maker.

D. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif Napza