Indonesia sulit untuk diketahui besarannya. Namun berdasarkan hasil perhitungan
estimasi yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional BNN diperkirakan ada 3,2 juta orang 1.5 dari total populasi di Indonesia mempunyai riwayat
menggunakan NAPZA. Kemenkes, 2010.
a. Ganja
Ganja nama lainnya adalah Mariyuana, Grass, Hash, Herb, Pot, Weed, Buble Gum, Northern, Lights, Fruity Juice dan Skunk merupakan kumpulan daun,
tangkkai, buah kanabis sativa yang dikeringkan dan dirajang. Karena reaksi terhadap rangsang melambat, maka pengguna sering mengalami kecelakaan, juga
dapat terlibat pada berbagai masalah hukum. Beberapa bentuk sediaan penggunaan ganja, ada yang dikonsumsi dalam
bentuk rokok, terkadang dicampur dengan tembakau, ada pula yang dicampur dengan daging dendeng atau dioplos dalam minuman.
Menyadari bahaya dari dampak yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan ganja, maka berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, Pemerintah menetapkan ganja bersama opium beserta aneka turunannya, kokain, heroin dan beberapa jenis narkotika lainnya termasuk dalam
Narkotika Golongan I satu yang artinya hanya boleh digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan sama sekali tidak boleh digunakan dalam
terapi apapun karena berpotensi sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan.
Dampak penyalahgunaan ganja dalam dosis rendah dan sedang :
Universitas Sumatera Utara
• mengalami hilaritas berbuat gaduh • mengalami oquacous euphoria euphoria terbahak-bahak tanpa henti
• mengalami perubahan persepsi ruang dan waktu • berkurangnya kemampuan koordinasi, pertimbangan, dan daya ingat
• mengalami peningkatan kepekaan visual dan pendengaran tapi lebih ke arah halusinasi
• mengalami conjunctivitis radang pada saluran pernafasan, dan mengalami bronchitis radang pada paru-paru.
Dampak penyalahgunaan ganja dengan dosis tinggi • Dampak yang diakibatkan adalah seorang penyalahguna ganja akan
mengalami ilusi khayalan • mengalami delusi terlalu menekankan pada keyakinan yang tidak nyata
• mengalami depresi mental mengalami tekanan • kebingungan
• mengalami alienasi keterasingan • dan halusinasi terkadang, juga disertai gejala psikotik seperti rasa
ketakutan dan agresifitas Kemenkes, 2010.
b. Inhalan
Inhalan merupakan zat kimiawi yang mudah menguap dan berefek psikoaktif. Inhalan terkandung dalam barang yang lazim digunakan dalam rumah
tangga sehari-hari seperti lem, hair sprays, cat, gas pemantik. Kebanyakan anak-
Universitas Sumatera Utara
anak tidak mengetahui risiko menghirup gas yang mudah menguap ini. Meski hanya dihirup dalam satu waktu pendek, penggunaan inhalan dapat
mengganggu irama jantung dan menurunkan kadar oksigen, yang keduanya dapat menyebabkan kematian. Penggunaan regular akan mengakibatkan gangguan pada
otak, jantung, ginjal dan hepar. Kemenkes, 2010. Inhalansia adalah zat yang dihirup. Salah satu contohnya lem Aica Aibon
merupakan NAPZA yang sangat mudah didapat karena keberadaannya legal sebagai lem. Hal ini yang menyebabkan penyalahgunaan pemakaian lem ini
sangat cepat perkembangannya terutama di dunia anak jalanan karena harganya murah dan memabukkan. Zat yang ada dalam lem Aica aibon adalah zat kimia
yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat kita menjadi tidak normal, sakit bahkan bisa meninggal. Salah satu zat yang terdapat di dalam lem Aica aibon
adalah Lysergic Acid Diethyilamide LSD. Untuk penggunaan LSD efeknya dapat menjadi nikmat yang luar biasa,
sangat tenang dan mendorong perasaan nyaman. Sering kali ada perubahan pada persepsi, pada penglihatan, suara, penciuman, perasaan dan tempat. Efek negatif
LSD dapat termasuk hilangnya kendali emosi, disorientasi, depresi, kepeningan, perasaan panik yang akut dan perasaan tak terkalahkan, yang dapat
mengakibatkan pengguna menempatkan diri dalam bahaya fisik. Efeknya mulai dalam satu jam setelah memakai dosis bertambah antara 2-8 jam dan berangsur
hilang secara perlahan-lahan setelah kurang lebih 12 jam.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan oleh Ginting 2011 terhadap 12 dua belas orang informan, yaitu 10 sepuluh orang anak jalanan pelaku ngelem dan 2 orang
keluarga anak jalanan. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perilaku ngelem merupakan bagian hidup anak jalanan yang tidak mudah untuk
dihindarkan dan dihilangkan. Hal ini disebabkan karena perilaku ngelem telah menjadi kebiasaan di kalangan anak jalanan, bukan hanya di Jalan Ngumban
Surbakti, tetapi juga di berbagai tempat dimana anak jalanan sering mangkal Ginting, 2011.
c. Benzodiazepin