Faktor Pendorong Menjadi Anak Jalanan

setelah bekerja. Tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan, bisa over dosis. Oleh karena tidak bisa menunjukkan resep dari dokter untuk memiliki jenis obat tersebut, maka dia harus diproses sesuai aturan hukum. Akibat perbuatan itu, pelaku dijerat dengan pasal 196 jo 98 ayat 2 dan 3 serta pasal 198 jo 108 Undang- Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara meraukepos, 2011. • Tramadol Golongan Generik, indikasi: nyeri akut dan kronik, nyeri setelah di operasi, kemasan: kapsul 50 mg x 5x10 biji, dosis: dewasa anak berusia lebih dari 14 tahun: 1 kapsul, sampai dengan 8 kapsul sehari. Tramadol diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat seperti nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca bedah. http:www.dechacare.comTRAMADOL-P578.html diakses hari kamis 04 juli 2012 pukul 10.10 Wib.

5.5. Faktor Pendorong Menjadi Anak Jalanan

5.5.1. Alasan Menjadi Anak Jalanan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, hasil wawancara dapat diketahui bahwasanya alasan menjadi anak jalanan adalah sebagai berikut : ”,,,Di pukuli orang tua, salah sikit di pukul,,,” ”,,,Keinginan sendiri, berkarya sendiri, tertarik aja sama budaya-budaya nya, kebersamaannya kuat, saling merangkul,,,” Universitas Sumatera Utara ”,,,Karena keinginan sendiri, mau mandiri, memang mau hidup di jalanan juga, mau bebas, kayak gini lah,,,” ”,,,Karena pengen bebas, tidak tergantung ama orang tua, pengen mandiri,,,” ”,,,Karena di rumah, kek mana ada problem di rumah juga, orangtua ama orang tua seriang begadolah,,,” ”,,,Karena orangtuaku, coba orangtuaku gak berpisah, apa kemauan aku mau seperti ini,,,” ”,,,Pingin bebas, ya lagian pun gabung-gabung sama kawan, eeee kayak mana di bilang yah, enaknya lagi kumpul bersama,,,” Dapat dilihat bahwa informan 1 mengatakan bahwa alasan menjadi anak jalanan karena di pukuli orangtua, salah sedikit di pukul, informan 4 informan mengatakan keinginan sendiri, berkarya sendiri, karena keinginan sendiri, mau mandiri, memang mau hidup di jalanan juga, mau bebas, informan 5 mengatakan karena di rumah lagi ada masalah, orangtua sering bertengkar, dan imbasnya adalah ke anak-anaknya seperti di pukul, informan 6 mengatakan karena orangtua bercerai, sehingga terlantar, tidak ada tempat berlindung serta tidak adanya kasih sayang orangtua. Berdasarkan hasil pengkajian pada anak jalanan oleh Depsos RI 2006, dalam Andari 2007 yang di kutip oleh Riady, menunjukkan bahwa sebagian besar anak jalanan disebabkan oleh korban tindak kekerasan di keluarga yang bersifat fisik dicubit, ditempeleng, ditendang, dan ditampar, psikis dimarah, dibentak, dicemooh, dan diomeli, dan sosial diusir, tidak boleh bermain, dan tidak boleh sekolah. Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebab timbulnya fenomena anak jalanan adalah tindak kekerasan di keluarga fisik, psikologis, dan sosial, tekanan ekonomi keluarga, dipaksa oleh orang tua, diculik dan dipaksa bekerja oleh orang dewasa. Riady, 2011 Universitas Sumatera Utara Problem yang ada dikalangan anak anak jalanan di kota Medan sangat dipengaruhi dari faktor yang melatar belakangi mereka menjadi anak jalanan. Dari hasil penelitian oleh Andriasyah 2011 dilapangan, adapun faktor yang melatarbelakangi mereka menjadi anak jalanan kota Medan meliputi : 1. Ekonomi keluarga yang tidak mencukupi 2. Tidak harmonisnya hubungan didalam keluarga 3. Tidak mempunyai pilihan lain selain menjadi anak jalanan 4. Hobi dan ingin mencari kebebasan hidup Dari berbagai faktor tersebut, faktor ekonomi menjadi yang paling dominan, kemudian disusul oleh faktor ketidak harmonisan keluarga, faktor tidak adanya pilihan, dan faktor hobi atau ingin mendapatkan kebebasan hidup.

5.5.2. Kehidupan Jalanan Itu Keras

Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, hasil wawancara dapat diketahui bahwasanya kehidupan jalananan itu keras adalah sebagai berikut : ”,,,Sakit, makanpun gak teratur, bisa gak makan satu harian, gak ada uang, kok gak dapat minta nasilah,,,” ”,,,Keras juga, begitu susahnya nyari makan gitu lah,,,” ”,,,Keras, cari duit untuk makan, kalo gak ada duit, ngamen dulu,,, ”,,,Pahitnya kalo lagi bertengkar ama kawan, gak ada dapat duit, makan pun susah,,,” ”,,,Iyalah keras, awak kok pengen makan mesti cari dulu,,,” ”,,,Hidup di jalanan ini pahit, selama ini hidup tidak ada jalan tu lurus aja, pasti belok,,,’ ”,,,Sulit, kayak mana di bilang yah, karena nanti, karena pun awak ngamen, di bilang orang, kerjalah kau gini-gini,,,” Universitas Sumatera Utara Dapat dilihat bahwa seluruh informan mengatakan bahwa kehidupan di jalanan itu keras, makan tidak teratur, kalau tidak ada uang bisa satu harian tidak makan.

5.5.3. Alasan Betah Hidup di Jalanan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, hasil wawancara dapat diketahui bahwasanya alasan betah hidup di jalanan adalah sebagai berikut : ”,,,Itulah di pukul terus,,,” ”,,,Betah juga lah, karena itu tadi lah kebersamaannya, tidur ada tempatnya juga, gak perlu bayar, yang penting disitu ,awak rajin aja bersiin, iya ada fasilitas,,,” ”,,,Betah, karena keinginan sendiri, mau mandiri, memang mau hidup di jalanan juga, mau bebas,, ”,,,Susah melupakan aksara ini , semenjak kecil uda disini awak, adalah kak, susah senangnya awak disini, curhatnya awak disini,,,” ”,,,Itulah kebersamaannya masih kuat, nanti kalo misalnya ada salah kita ada salah, ada kawan-kawan yang ingetin,,,” ”,,,Memang ekonomiku jalan di tempat,,,” ”,,,Ya enak aja, inilah enaknya kayak mana yah enaknya itu di luar, maksudnya bebas gitu, ya gabung-gabung sama kawan, mabuk awak ya itulah,,,” Dapat dilihat bahwa seluruh informan mengatakan bahwa alasan betah hidup di jalanan karena kebersamaan, mau bebas, kumpul sama kawan-kawan dan mabuk. Penelitian yang dilakukan oleh Andriasyah 2011 di Simpang Aksara Kota Medan, alasan anak jalanan betah di jalanan dengan orientasi yang jauh berbeda dari alasan awal mereka turun di jalan. Faktor hobi dan kebebasan hidup pada akhirnya merusak pemikiran mereka tentang perspektif masa depan yang lebih layak dari sekedar harus menjadi pengamen di jalanan. Pemikiran mereka menjadi sempit, karena yang mereka jalani saat ini, sudah sangat nyaman Universitas Sumatera Utara bagi mereka, dan sudah menjadi kebiasaan rutin mereka, yang pada akhirnya tidak memberikan ruang lagi untuk berpikir tentang masa depan mereka nantinya.

5.5.4. Alasan tidak Ingin Keluar dari Kehidupan Jalanan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, hasil wawancara dapat diketahui bahwasanya kehidupan jalananan itu keras adalah sebagai berikut : ”,,,Sampe dewasalah,,,” ”,,,Kalo perubahan ada, tapi belum saat ini lah, ya sampe novi kerja nanti lah,,,” ”,,,Nanti lah, sekarang mau bebas kayak gini, kumpul ama kawan-kawan, tunggu sampek besar sikit lagi lah,,,” ”,,,Sampai awak sadarlah kapan awak pulang, gak ada, keinginan aja, pengen bebas,,,” ”,,,Sampai itulah, nanti kan ada waktunya berubah, tapi emang lagi enak kek gini,,,” ”,,,Ya, kok ada lebih baik dari sini aku mencari duitnya, kenapa tidak, ibaratnya mencari kesuksesan tidak dengan cara seperti ini,,,” ”,,,Maunya sih di rumah aja, tapi gak betah, mau sih gak mau gini-gini aja, mau kerja, tapi gak cocok bagi tiara,,,” Dapat dilihat bahwa seluruh informan mengatakan bahwa alasan tidak ingin keluar dari kehidupan jalanan karena belum saat, suatu hari nanti pasti ada waktunya, saat ini masih ingin hidup bebas. Penelitian yang dilakukan oleh Andriansyah 2011 di Simpang Aksara Kota Medan, masalah utama yang dialami oleh anak jalanan di Simpang Aksara Medan, yang hadir dari keinginan untuk mendapatkan kebebasan hidup lebih kepada orientasi mereka pada masa depan, mereka telah terjebak pada sebuah pilihan hidup di jalanan. Selama berada di Universitas Sumatera Utara jalanan, mereka telah mendapatkan semua keinginan mereka, kebebasan, tersalurnya bakat yang mereka miliki, dan telah memiliki penghasilan sendiri. Pada akhirnya pemikiran mereka akan berhenti hanya sampai pada titik tersebut, apabila ada pembinaan dan pemberian pandangan secara persuasif kepada mereka, bisa jadi, meraka berkeinginan untuk tetap menjadi anak jalanan sampai waktu yang tidak ditentukan, hal ini tentunya akan menyempitkan pandangan mereka bahwa ada kehidupan lain yang lebih layak selain menjadi anak jalanan, ada opsi lain dalam mencari kebebasan dan menyalurkan bakat selain menjadi anak jalanan. Belum lagi perspektif mereka yang telah terkurung dalam paradigma hidup di jalanan adalah sebuah pilihan yang telah mereka pilih dan itu yang terbaik karena tidak ada pilihan lain yang mereka punya.

5.6. Abstraksi Informan