Kedua, Pemko Medan harus memberikan ruang sosial agar mereka bisa berinteraksi, mempunyai pendamping, dan jika ada masalah ada yang
mendengarkan, seperti konsep rumah singgah yang dapat untuk menuangkan kreatifitas. Kalau mempunyai talenta bermain musik, melukis, dan menari, maka
disediakan tempatny Rizky, 2010. Dengan melihat fenomena-fenomena tersebut di atas, perlu dilakukan
penelitian secara kualitatif tentang bagaimana perilaku berisiko seksual remaja
pengamen jalanan di kota Medan, sehingga dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam mencari pemecahan masalah remaja yang bekerja sebagai
pengamen di Indonesia pada umumnya, dan di kota medan pada khususnya.
1.2. Permasalahan
Kasus demi kasus kejahatan seksual tehadap anak jalanan semakin meningkat dan mulai muncul ke permukaan, yang dapat mengakibatkan korban
luka dan trauma kejiwaan terus memanjang, para pelaku pernah mengalami pelecehan seksual, kekerasan seksual dan penyimpangan seksual ketika masih
anak-anak atau remaja. Pengalaman pahit yang dialaminya membuatnya berbuat sama pada anak jalanan. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian:
“Perilaku berisiko seksual remaja pengamen jalanan di kota Medan tahun 2012”.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis secara kualitatif perilaku berisiko seksual remaja pengamen jalanan di kota Medan tahun 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi tentang gambaran perilaku berisiko
seksual remaja pengamen jalanan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun kebijakan.
2. Bagi remaja pengamen jalanan khususnya dan masyarakat pada umumnya,
sebagai bahan masukan agar mencari pekerjaan yang lebih layak atau menggali potensi kreativitas yang ada pada diri anak jalanan tersebut serta
tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merusak moral generasi muda di masa yang akan datang.
3. Bagi ilmu pengetahuan dalam penelitian ini adalah sebagai bahan studi
kepustakaan dan memperkaya penelitian ilmiah di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dan
informasi bagi pihak yang berkepentingan untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut masalah yang sama dimasa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Remaja
Mendefenisikan remaja untuk masyarakat Indonesia sama sulitnya dengan menetapkan definisi remaja secara umum. Masalahnya adalah karena Indonesia
terdiri dari berbagai macam suku, adat dan tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan. Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh
berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu usia 10-19, merupakan masa yang khusus dan penting. Karena merupakan periode
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa FKM-UI,
2002; Sarwono, 2002.
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik organobiologik secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan mental-emosional. Perubahan
yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya. Karena itu merekan memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan di lingkungan di
sekitarnya, dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa yang sehat baik jasmani, maupun mental psikhososial.
Dalam lingkungan sosial tertentu, masa remaja bagi pria merupakan saat diperolehnya kebebasan, sementara untuk remaja wanita merupakan saat mulainya
segala bentuk pembatasan. Pada masa yang lalu, anak gadis mulai dipingit ketika
Universitas Sumatera Utara
mereka mulai mengalami haid. Walaupun dewasa ini praktek seperti itu telah jarang ditemukan. Namun perlakukan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan
dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar masalahnya dapat tertangani secara tuntas FKM-UI, 2002.
Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Remaja awal early adolescence 10-12 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai
perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan
dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotic. Kepekaan berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”
menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
2. Remaja madya middle adolescence 13-15 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan “narcistic”, yaitu
mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan
karena ia tidak tahu harus memilih yang mana, peka atau tidak peduli, ramai- ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialistis, dan
Universitas Sumatera Utara
sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak dengan mempererat
hubungan dengan kawan-kawan dari lain jenis. 3.
Remaja akhir late adolescence 16-19 tahun Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal, yaitu: a.
Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. b.
Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang akan berubah lagi.
d. Egosentrisme terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. e.
Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya private self dan masyarakat umum the public Sarwono, 2002.
2.2. Defenisi Anak Jalanan
Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa secara fisik dan phsykis yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan
melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya.
Definisi anak jalanan adalah anak di bawah usia delapan belas tahun yang
menghabiskan sebagian besar hidup mereka di jalanan.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan istilah anak jalanan berimplikasi pada dua pengertian yang harus dipahami. Pertama, pengertian sosiologis, yaitu menunjuk pada aktifitas
sekelompok anak yang keluyuran di jalan-jalan. Masyarakat mengatakan sebagai kenakalan anak, dan perilaku mereka dianggap mengganggu ketertiban sosial.
Kedua, pengertian ekonomi, yaitu menunjuk pada aktifitas sekelompok anak yang terpaksa mencari nafkah di jalanan karena kondisi ekonomi orangtua yang miskin
Nugroho, 2000; UNICEF membagi anak jalanan dalam
Bagong, 1999. tiga kategori yaitu: anak-anak yang
menghuni jalanan, anak yang bekerja di jalanan, dan anak-anak keluarga jalanan. Ada sejumlah faktor utama yang diyakini menyebabkan atau memperburuk,
masalah anak jalanan termasuk:
Secara garis besar anak jalanan dibedakan ke dalam tiga kelompok : faktor ekonomi, hubungan keluarga, tingkat
pendidikan orangtua rendah, jumlah keluarga besar, migrasi dari desa ke kota, perang dan bencana alam.
1. Children On the Street Anak Jalanan yang bekerja di jalanan, yakni anak- anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan,
namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orangtua mereka. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat
penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orangtuanya.
2. Children of the street Anak Jalanan yang hidup dijalanan, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orangtuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka
adalah anak-anak yang karena suatu sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat
rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik maupun seksual.
3. Children from families of the street atau children in street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan. Salah satu ciri penting dari
kategori ini adalah kehidupan jalanan sejak anak masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia, kategori ini dengan mudah ditemui di
berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang rel kereta api, dan sebagainya walau secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti
Bagong, 1999, Boaten, 2008.
2.3. Faktor–faktor yang Menyebabkan Munculnya Anak Jalanan