Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Orde Baru 1968-1998

12 dan kesenjangan ekonomi. Dengan demikian semua orang akan memiliki semangat membangun bersama guna mencapai taraf hidup yang lebih tinggi ataupun tingkat perekonomian yang lebih baik. Diantara kedua kelompok penganut teori pertumbuhan dan keadilan tersebut, terdapat kelompok yang mengambil jalan tengah dengan menghendaki tercapainya kedua tujuan tersebut secara sekaligus. Adapun tujuannya adalah terciptanya perbaikan taraf hidup yang berkeadilan growth with equity. Dengan pendekatan ini, pada umumnya laju pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah lambat, tetapi dapat dibarengi dengan keadilan atau pemerataan penghasilan dan kesempatan yang lebih baik bagi masyarakat secara keseluruhan. Di Indonesia, arah dan tujuan sebuah kebijakan bergerak sesuai dengan tuntutan zaman yang berkembang pada suatu era pemerintahan. Sehingga selain mengaburkan mazhab kebijakan yang dibuat, konsep kebijakan juga cenderung prematur dan memerlukan penyempurnaan di tengah jalan. Sekilas penulis ingin membahas perkembangan kebijakan selama era orde baru sampai dengan era otonomi daerah.

1. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Orde Baru 1968-1998

Orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde baru menggantikan orde lama yang merujuk kepada era pemerintahan Presiden Soekarno. Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini. 13 Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar. Pada tahun 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan lima tahun sebagai presiden, dan kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Pada masa awal orde baru, kemajuan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur, dan lain-lain. Saat permulaan orde baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 persen setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah. Setelah itu dikeluarkan ketetapan MPRS No.XXIIIMPRS1966 tentang pembaruan kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan. Lalu kabinet AMPERA membuat kebijakan yang mengacu pada Tap MPRS tersebut yakni sebagai berikut: 1 Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan, seperti: rendahnya penerimaan negara, tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara, terlalu banyak dan tidak 14 produktifnya ekspansi kredit bank serta terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri. 2 Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian. 3 Berorientasi pada kepentingan produsen kecil. Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka ditempuh cara-cara yaitu sebagai berikut: 1 Mengadakan operasi pajak  2 Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang 3 Dalam era orde baru, pembangunan dilandaskan pada trilogi pembangunan, yaitu stabilitas, pertumbuhan, dan pemerataan. Untuk itu pemerintah melakukan ―Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang ‖ 25-30 tahun secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita. 1 Pelita I 1 April 1969 – 31 Maret 1974 Sasaran yang hendak dicapai pada masa ini adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelita I lebih menitikberatkan pada sektor pertanian. Adapun keberhasilan dalam Pelita I yaitu sebagai berikut: a. Produksi beras mengalami kenaikan rata-rata 4persen setahun b. Banyak berdiri industri pupuk, semen, dan tekstil c. Perbaikan jalan raya d. Banyak dibangun pusat-pusat tenaga listrik e. Semakin majunya sektor pendidikan 15 2 Pelita II 1 April 1974 – 31 Maret 1979 Sasaran yang hendak dicapai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja . Pelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7 persen setahun serta perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikan produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan yang direhabilitasi dan di bangun. 3 Pelita III 1 April 1979 – 31 Maret 1984 Pelita III lebih menekankan pada ―Trilogi Pembangunan‖. Asas- asas pemerataan dituangkan dalam berbagai langkah kegiatan pemerataan, seperti pemerataan pembagian kerja, kesempatan kerja, memperoleh keadilan, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan, dan lain-lain. 4 Pelita IV 1 April 1984 – 31 Maret 1989 Pada Pelita IV lebih dititikberatkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri. Hasil yang dicapai pada Pelita IV adalah swasembada pangan. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasilnya Indonesia berhasil swasembada beras. Selain itu juga dilakukan program KB dan rumah untuk keluarga. 5 Pelita V 1 April 1989 – 31 Maret 1994 Pada Pelita V ini lebih menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan 16 produksi pertanian lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan pembangunan jangka panjang tahap kedua, yaitu dengan mengadakan Pelita VI. 6 Pelita VI 1 April 1994 - 31 Maret 1999 Pada masa ini pemerintah lebih menitikberatkan pada sektor ekonomi. Pembangunan ekonomi ini berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Namun Pelita VI yang diharapkan menjadi proses lepas landas Indonesia ke arah yang lebih baik lagi, malah menjadi gagal landas dan kapal pun rusak. Indonesia dilanda krisis ekonomi yang sulit diatasi pada akhir tahun 1997. Hal ini berawal dari krisis moneter lalu berlanjut menjadi krisis ekonomi dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Pelita VI pun kandas di tengah jalan. Kondisi ekonomi menjadi kian terpuruk ditambah dengan kkn yang merajalela. Pembangunan yang dilakukan hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat karena cenderung terpusat dan tidak merata. Meskipun perekonomian Indonesia meningkat, tapi secara fundamental pembangunan ekonomi sangat rapuh. Terjadi kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam. Perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan, dan antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan 17 marginalisasi sosial. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Pembangunan tidak merata  tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997. Namun pembangunan ekonomi pada masa orde baru merupakan pondasi bagi pembangunan ekonomi selanjutnya. Adapun kelebihan sistem pemerintahan orde baru antara lain: [1] perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya US70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari US1.000, [2] sukses transmigrasi, [3] sukses KB, dan [4] sukses memerangi buta huruf. Sedangkan kekurangan sistem pemerintahan orde baru yaitu: [1] maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme, [2] pembangunan Indonesia yang tidak merata, [3] bertambahnya kesenjangan sosial perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin, [4] kritik dibungkam dan oposisi diharamkan, [5] kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel.

2. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Reformasi 1998-Sekarang