Analisa Deskriptif Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Jawa Barat Analisa Deskriptif Jumlah Penduduk di Propinsi Jawa Barat

93 selama periode orde baru menuju arah kebijakan pemerintahan daerah yang lebih terdesentralisasi. Namun, pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan pada tahun 2003-2004, yakni 2-3 tahun pasca era kebijakan otonomi daerah diterapkan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan alokasi dana yang dimiliki kabupaten kota di propinsi Jawa Barat sebagai akibat dari kebijakan tersebut. Kemudian, pada periode selanjutnya pertumbuhan ekonomi masih tetap memiliki pergerakan yang sama, dimana pergerakan tersebut mengacu pada arah yang positif, meskipun besarnya masih bersifat fluktuatif.

b. Analisa Deskriptif Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Jawa Barat

Sebagai salah satu ukuran potensi fiskal daerah, pendapatan asli daerah merupakan salah satu hal penting dalam upaya penggalian potensi daerah. Pentingnya hal tersebut tercermin dari semakin gencarnya tiap-tiap daerah dalam hal penggalian potensi tersebut guna mengisi besarnya nilai PAD, terlebih setelah diberlakukannya kebijakan otonomi daerah guna peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Secara umum, pertumbuhan PAD setiap daerah bergerak pada arah yang sama, yakni semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama pasca diberlakukannya kebijakan desentralisasi fiskal. Hal ini mengindikasikan bahwa sejak diterapkannya kebijakan tersebut, daerah-daerah di propinsi Jawa Barat cenderung untuk meningkatkan PAD-nya sebagai implikasi 94 dari kebijakan otonomi daerah dengan tujuan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Sumber: BPS Jawa Barat. Diolah Kembali. Gambar 4.2. PAD di Propinsi Jawa Barat Tahun 1995-2008 Dalam Ribu Rupiah

c. Analisa Deskriptif Jumlah Penduduk di Propinsi Jawa Barat

Berkaitan dengan jumlah penduduk sebagai salah satu determinan pertumbuhan ekonomi, Levine dan Renelt 1992 mengutarakan bahwa population growth menentukan tingkat kemakmuran ekonomi. Disamping itu, Becker et al. 1990 berpendapat bahwa dengan asumsi tingkat fertilitas sebagai endogenous variable, masyarakat dengan jumlah penduduk yang cukup banyak akan cenderung untuk melakukan investasi lebih di bidang SDM. Di sisi lain, daerah yang jarang penduduknya memiliki insentif ekonomi untuk meningkatkan jumlah anak guna mengisi kekosongan pasar tenaga kerja. Namun demikian, net impact terhadap pencapaian kinerja ekonomi tidaklah mudah untuk ditentukan. 95 Diungkapkan pula bahwa populasi dapat menurunkan produktivitas karena adanya efek diminishing returns atas penggunaan tanah dan sumber daya alam Becker et al.1999: hlm 149. Sumber: BPS Jawa Barat. Diolah Kembali. Gambar 4.3. Jumlah Penduduk di Propinsi Jawa Barat Tahun 1995-2008 Pada gambar 4.3 dapat kita lihat bahwa jumlah penduduk di propinsi Jawa Barat memiliki pergerakan yang sama, dengan besaran yang berbeda yakni semakin meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan penduduk yang terus bertambah tidak hanya disebabkan oleh pertambahan penduduk secara alamiah, namun tidak terlepas dari kecenderungan migran baru yang masuk disebabkan daya tarik propinsi Jawa Barat, baik dilihat dari potensi daerah seperti adanya sektor industri, pertanian, maupun pariwisata, sehingga ketersediaan lapangan kerja dan semakin kondusifnya kesempatan berusaha akan menarik para pendatang dari luar Jawa Barat. 96

d. Analisa Deskriptif Tingkat Pendidikan di Propinsi Jawa Barat