Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Reformasi 1998-Sekarang

17 marginalisasi sosial. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Pembangunan tidak merata  tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997. Namun pembangunan ekonomi pada masa orde baru merupakan pondasi bagi pembangunan ekonomi selanjutnya. Adapun kelebihan sistem pemerintahan orde baru antara lain: [1] perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya US70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari US1.000, [2] sukses transmigrasi, [3] sukses KB, dan [4] sukses memerangi buta huruf. Sedangkan kekurangan sistem pemerintahan orde baru yaitu: [1] maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme, [2] pembangunan Indonesia yang tidak merata, [3] bertambahnya kesenjangan sosial perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin, [4] kritik dibungkam dan oposisi diharamkan, [5] kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel.

2. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Reformasi 1998-Sekarang

Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi yang juga dibarengi kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir, serta harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. 18 Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal capital flight dipercepat. Para demonstran yang pada awalnya dipimpin para mahasiswa meminta pengunduran diri Presiden Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang wakil presiden, B.J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia. Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda berakhirnya era orde baru, untuk kemudian digantikan dengan Era Reformasi. Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa orde baru di jajaran pemerintahan pada masa reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa orde baru masih belum berakhir. Oleh karena itu era reformasi atau orde reformasi sering disebut sebagai Era Pasca Orde Baru. Dalam era reformasi, pola sistem pemerintahan dan kebijakan tidak banyak berubah bila dibandingkan dengan era orde baru. Hal ini disebabkan karena sebagian besar para pejabat merupakan bekas pejabat pada masa orde baru. Akibatnya proses penegakan hukum bagi para penyeleweng kekuasaan, perampok uang rakyat, dan pencoleng negara pada era sebelumnya berjalan dengan sangat lambat. Hal ini berdampak pada kondisi ekonomi masa reformasi yang tidak mengalami perbaikan yang berarti. Kondisi perekonomian pada masa orde reformasi dapat digambarkan sebagai berikut: pertama, untuk mengurangi 19 dampak penurunan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah, pemerintah menjalankan program jaring pengaman sosial. Akan tetapi adanya tingkat pengangguran yang tinggi dan nilai rupiah yang melemah sampai pada batas terendah sepanjang sejarah Indonesia, yakni mencapai Rp.18.000 per US mengakibatkan pogram ini tidak bermakna dan bermanfaat. Kurs dollar yang tinggi mengakibatkan kegiatan produksi yang bahan bakunya merupakan barang impor menjadi terganggu. Terhentinya kegiatan impor karena kurs devisa yang tinggi juga memukul sektor manufacturing dan transportasi yang disebabkan oleh mahalnya komponen suku cadang yang harus diimpor. Kondisi pasar yang tidak menentu ini menyebabkan perusahaan banyak yang berhenti beroperasi dan memberhentikan para karyawannya. Kedua , kebijakan moneter di Indonesia pada saat itu diatur oleh IMF, sehingga sesuai dengan saran IMF untuk dilakukan peningkatan suku bunga hingga mencapai 67 persen per tahun. Hal ini mengakibatkan adanya negative spread pada sektor perbankan sehingga banyak bank yang harus dilikuidasi atau dinyatakan beku operasi.

3. Perkembangan Kebijakan Ekonomi Era Otonomi Daerah 2001-