Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

45 pendidikan juga memiliki hubungan positif dengan produktivitas atau pertumbuhan ekonomi.

F. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian pertama ditulis oleh Jorge Martinez-Vasquez dan Robert M. McNab 2001 ―Fiscal Decentralization and Economic Growth‖ yang membahas mengenai ilmu pengetahuan yang mutakhir sebagai sebuah isu dari suatu kebijakan: apa dampak dari desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi. Desentralisasi fiskal memang mempunyai dampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, namun dasar teori dari hubungan ini menggambarkan belum adanya kejelasan. Belum adanya teori yang cukup memadai telah mengurangi validitas dari proses kerja empiris pada subyek tersebut. Persamaan yang baik dari model empiris mencari hubungan langsung antara desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi yang akan dijelaskan dalam pertanyaan yang terbuka. Sedikit banyak perhatian telah dicurahkan pada karya tulis ini dimana desentralisasi fiskal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, juga dampak desentralisasi fiskal terhadap efisiensi ekonomi, distribusi pendapatan regional, dan stabilitas makroekonomi. Penelitian ini menjelaskan hal-hal tersebut dan menyimpulkannya dalam beberapa kebijakan. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan lebih dari sebuah pertanyaan akademis. 46 2. Penelitian kedua yang ditulis oleh Priyo Hari Adi 2005 berupa Jurnal yang berjudul ―Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi‖. Studi ini juga menjelaskan dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan ekonomi antar daerah dengan tipologi yang berbeda. Sampel data penelitian ini adalah kabupaten dan kota se-Jawa dan Bali. Data yang akan digunakan adalah data keuangan daerah yang diterbitkan oleh BPS yang meliputi data PDRB pemerintah kabupaten kota se Jawa-Bali tahun 1998-2003 dan data pendapatan perkapita pemerintah kabupaten kota se Jawa-Bali tahun 1998-2003. Sedangkan alat analisisnya adalah analisis deskriptif untuk memberikan gambaran awal pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita. Hasilnya adalah desentralisasi fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan memberikan dampak yang lebih baik dibandingkan sebelum adanya kebijakan desentralisasi fiskal. Namun demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua daerah benar-benar siap memasuki era desentralisasi fiskal. Hal inilah yang kemudian mengindikasikan alasan terjadinya perbedaan pertumbuhan ekonomi yang positif antar daerah setelah memasuki era desentralisasi fiskal. 3. Penelitian ketiga berupa skripsi yang berjudul ―Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi DIY Tahun 1990- 2004‖ . Skripsi ini ditulis oleh Nelly Nur Laili pada tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari penanaman modal dalam negeri PMDN, ekspor, 47 pariwisata, dan jumlah perusahaan di sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di DIY tahun 1990 –2004. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi kuadrat terkecil OLS ordinary least square, dengan data time series tahunan periode 1990 –2004 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Indonesia dan Dinas Pariwisata DIY. Pengujian statistik meliputi uji t, uji F dan R-square koefisien determinasi serta uji asumsi klasik yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa penanaman modal dalam negeri PMDN, ekspor, pariwisata, dan jumlah perusahaan di sektor industri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di DIY. Hasil Regresi antara variabel dependen dengan variabel independen adalah R-Squared = 0,952151 dan F-Statistik = 49,74804 sehingga secara bersama-sama variabel penanaman modal dalam negeri PMDN, ekspor, pariwisata, dan jumlah perusahaan di sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di DIY. 4. Penelitian keempat berupa jurnal yang berjudul ―Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal Regional terhadap Stabilitas Harga dan Pertumbuhan Ekonomi Regional di Jawa Timur Periode 1995- 2004‖ yang ditulis oleh Priadi Asmanto dan Soebagyo 2007. Teknik estimasi panel menggunakan data propinsi Jawa Timur dengan klasifikasi 5 periode, yakni periode keseluruhan, sebelum krisis, ketika krisis, ketika desentralisasi, dan periode setelah desentralisasi. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode regresi data panel. Jenis datanya adalah data sekunder dan merupakan data panel dalam bentuk tahunan, yang meliputi 25 daerah tingkat dua di Jawa Timur dari periode 48 1995 –2004. Sedangkan teknik untuk meregresi data panel digunakan pendekatan Fixed Effect Model FEM. Kemudian, untuk tujuan mengatasi permasalahan yang timbul dalam analisis regresi, diaplikasikan dengan memasukkan dua variabel dummy berupa krisis ekonomi dan otonomi daerah. Hasilnya adalah kondisi krisis ekonomi dan kebijakan baru otonomi daerah memiliki pengaruh yang berarti terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Timur. Selain itu keseluruhan variabel kebijakan moneter dan kebijakan fiskal secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Timur. Akan tetapi dalam empat bagian periode penelitian, terdapat perbedaan dalam tingkat signifikansi variabel moneter dan variabel fiskal dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Jawa timur. Analisis keseluruhan membuktikan bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal regional relatif berimbang dalam mempengaruhi stabilitas harga di Jawa Timur, namun tidak demikian dengan pengaruh kebijakan moneter dan kebijakan fiskal regional dalam mempengaruhi pertumbuhan PDRB riil, dimana kebijakan moneter lebih menentukan variasi perubahan PDRB riil yang disebabkan frekuensi data kebijakan moneter lebih tinggi daripada frekuensi data kebijakan fiskal regional. 5. Penelitian kelima oleh Priyo Hari Adi 2007 yang berjudul ―Kemampuan Keuangan Daerah dalam Era Otonomi dan Relevansinya dengan Pertumbuhan Ekonomi: Studi pada Kabupaten dan Kota se Jawa –Bali‖. Objek penelitian ini adalah untuk menemukan perbedaan keuangan daerah 49 sebelum dan sesudah era otonomi daerah. Indikator yang digunakan untuk menjelaskan keuangan daerah adalah index kemampuan keuangan daerah itu sendiri. Index tersebut memiliki tiga variabel, yakni pendapatan asli daerah PAD, pembagian PAD, dan elastisitas PAD terhadap pertumbuhan ekonomi. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kabupaten dan kota se-Jawa dan Bali. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan daerah yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Adapun data-data tersebut adalah data PDRB, realisasi PAD dan realisasi belanja daerah. Untuk kepentingan analisis, data akan dikelompokkan dalam data sebelum otonomi daerah, yaitu data tahun 1998 –2000 dan data setelah otonomi, yaitu data untuk tahun 2001 –2004. Kemampuan keuangan dalam penelitian ini diukur menggunakan indeks kemampuan keuangan IKK, kemudian disusun peta kemampuan keuangan yang dibagi dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum daerah mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan PAD. Sayangnya pertumbuhan ini tidak diikuti dengan peningkatan peran share PAD terhadap belanja. Terdapat indikasi masih tingginya ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Kemampuan keuangan kabupaten dan kota juga mengalami perubahan yang cukup berarti. Peta kemampuan keuangan yang disusun dengan menggunakan metode indeks kemampuan keuangan menunjukkan adanya pergeseran kemampuan keuangan daerah ke arah yang lebih baik. Salah satu faktor yang 50 menyebabkan perubahan kemampuan keuangan ini adalah tingkat pertumbuhan ekonomi. 6. Penelitian keenam, dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Joko Waluyo Jogjakarta, 2007 yang berjudul ―Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan Antardaerah di Indonesia‖. Ruang lingkup penelitiannya adalah studi tentang pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar propinsi, dan kawasan sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia tahun 2001-2005. Tujuannya adalah untuk menganalisis dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antardaerah. Metode penelitian yang digunakan adalah model ekonometrika persamaan simultan dengan menggunakan data panel antar propinsi. Teknik estimasi yang digunakan adalah Two Stage Least Square TSLS. Evaluasi terhadap kualitas model dilakukan dengan menggunakan RMSE, MAE, MAPE, dan TIC. Data yang digunakan adalah data atas dasar harga konstan tahun 2003 dan data level pada tingkat propinsi. Sumber data utama berasal dari publikasi Biro Pusat Statistik BPS, Bank Indonesia, dan Departemen Keuangan. Adapun variabel yang digunakan adalah Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK, Dana Bagi Hasil Pajak DBHP, dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam DBHSDA, sehingga dispesifikasikan sebagai variabel eksogen. Sedangkan variabel targetnya adalah pertumbuhan ekonomi daerah PDRB dan PDRB perkapita setiap propinsi di Indonesia. Hasilnya yaitu menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal berdampak meningkatkan 51 pertumbuhan ekonomi relatif lebih tinggi didaerah pusat bisnis dan daerah yang kaya akan sumber daya alamnya. 7. Penelitian ketujuh yaitu oleh Didit Welly Udjianto 2007 yang berjudul ―Kajian Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan dalam Otonomi Daerah: Studi Kasus 30 Propinsi di Indonesia tahun 2000- 2004‖. Jenis datanya adalah data sekunder. Metode analisisnya adalah dengan menghitung derajat otonomi fiskal, laju pertumbuhan PAD dan TPD, tingkat ketergantungan keuangan pusat-daerah, dan indeks kemampuan rutin. Hasilnya adalah adanya klasifikasi kategori daerah sebagai akibat dari kemampuan keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu, dari hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan PAD tergolong kedalam kategori sangat baik, sedangkan rata-rata pertumbuhan TPD-nya berada dalam kategori sedang. Lalu, rata-rata rasio ketergantungan keuangan pusat dan daerah termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan indeks kemampuan rutin masuk dalam kategori baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata propinsi di Indonesia seharusnya mampu membiayai pengeluarannya sendiri tanpa bantuan dari pemerintah pusat. 8. Penelitian kedelapan yang dilakukan oleh Mehmet Serkan Tosun dan Serdar Yilmaz 2008 yang berjudul ―Decentralization, Economic Development, and Growth in Turkish Provinces ‖ menjelaskan bahwa terdapat banyak pembangunan yang penting dalam desentralisasi pada struktur pembangunan di Turki sejak awal tahun 1980‘an. Jurnal ini menjelaskan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi pada propinsi-propinsi di Turki. Walaupun terdapat 52 banyak literatur mengenai efek ekonomi dari desentralisasi pemerintah baik dari negara berkembang maupun negara maju, efek-efek tersebut tidak dapat dijelaskan dalam konteks pemerintah lokal di Turki. Penulis menjelaskan perubahan sejak tahun 1980‘an. Kemudian mereka menjelaskan dalam analisis empiris dari efek desentralisasi di propinsi-propinsi Turki dengan menggunakan metode cross-section dan data panel. Data panel terdiri dari 67 propinsi dari tahun 1976-2001. Analisis menjelaskan apakah variasi pada desentralisasi lokal berpengaruh terhadap propinsi-propinsi tersebut dan memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di propinsi-propinsi tesebut. Hasilnya ditemukan efek ekonomi yang lemah dari desentralisasi terhadap jumlah pendapatan kotamadya per kapita. Bagaimanapun temuan tersebut tidak menunjukkan dampak yang signifikan dari adanya propinsi baru. Penulis menggunakan analisis regresi untuk melakukan estimasi efek dari desentralisasi pemerintah lokal terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi propinsi-propinsi di Turki dengan menggunakan 1.724 observasi. Hal ini sangat penting untuk menjelaskan dampak dari desentralisasi yang telah lalu di Turki yang membawa perubahan signifikan termasuk perubahan administrasi umum. 9. Penelitian kesembilan yang ditulis oleh Puji Wibowo 2008 dalam jurnal yang berjudul ―Mencermati Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah‖. Jurnal ini membahas hubungan desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi regional di Indonesia sebagai transisi dari adanya kebijakan otonomi daerah dengan menggunakan periode 53 1999-2004. Dengan menggunakan data panel 29 propinsi, penelitian ini memperhatikan kewenangan fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk pengelolaan sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu daerah tersebut. Penelitian ini juga menjelaskan dalam hal otoritas fiskal, pendapatan asli daerah dapat diperoleh setiap daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya alam bukan sda pajak seoptimal mungkin guna peningkatan pertumbuhan ekonomi. Data yang digunakan bersumber dari Buku Statistik Tahunan Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik BPS dan website Departemen Keuangan RI. Dependent Variable nya adalah pertumbuhan ekonomi daerah per kapita atau pertumbuhan ekonomi propinsi per kapita. Mengacu pada sejumlah literatur, variabel penjelas explanatory variables penulis kelompokkan kedalam dua kategori. Pertama, variabel yang secara empiric menjadi determinan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini penulis sebut sebagai variabel pengendali control variables yakni initial level of GDP , jumlah penduduk, rasio investasi terhadap GDP, rasio sumber daya manusia, dan perdagangan internasional trade openness. Kedua, variabel yang menggambarkan indikator desentralisasi fiskal seperti pendapatan daerah bruto, pendapatan daerah netto, pengeluaran tingkat kabupaten kota, pengeluaran tingkat propinsi, total PAD seluruh kabupaten kota di suatu propinsi terhadap total pendapatan; baik yang memperhitungkan DAU dan DAK maupun yang tidak memperhitungkan dana transfer, rasio PAD terhadap total pengeluaran, dan rasio PAD terhadap dana perimbangan. Adapun hasilnya adalah menunjukkan bahwa era baru desentralisasi fiskal 54 yang diluncurkan sejak tahun 2001 memberikan dampak yang lebih baik terhadap pembangunan daerah dibandingkan dengan rezim desentralisasi fiskal sebelumnya. 10. Penelitian kesepuluh yang ditulis oleh Yunan 2009 berupa tesis yang berjudul ―Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia‖. Penelitian ini bertujuan menganalisis kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemerintah, dan jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Squares OLS, dengan data sekunder time series tahun 1988- 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemenrintah, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat kepercayaan 99 persen, dengan nilai R 2 sebesar 98,46 persen. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa kredit perbankan, pengeluaran pemerintah, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan nilai ekspor tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Tahun Peneliti Lokasi Tujuan Hasil 2001 Jorge Martinez- Vasquez dan Robert M. McNab - Mengetahui dampak dari desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan Hasilnya bahwa dampak desentralisasi fiskal 55 ekonomi terhadap pertumbuhan dalam hal dampak langsung, harapan terhadap pertumbuhan lebih tinggi dari desentralisasi. Tapi perubahan yang dinamis terhadap sentralisasi pengeluaran publik ternyata tidak jelas. 2005 Priyo Hari Adi Kabupaten dan Kota se Jawa- Bali Mengetahui dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan membandingkan pertumbuhan ekonomi dengan antar daerah dengan tipologoi yang berbeda. Hasilnya adalah desentralisasi fiskal berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan memberikan dampak yang lebih baik dibandingkan sebelum adanya 56 kebijakan desentralisasi fiskal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua daerah benar-benar siap memasuki era desentralisasi fiskal. 2007 Nelly Nur Laili DIY Menganalisis pengaruh dari penanaman modal dalam negeri PMDN, ekspor, pariwisata, dan jumlah perusahaan di sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi di DIY tahun 1990 – 2004. Hasil analisis menunjukkan bahwa PMDN, ekspor, pariwisata, dan jumlah perusahaan di sektor industri berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di DIY. 2007 Priadi Asmanto dan Soebagyo Jawa Timur Mengalisis pengaruh kebijakan moneter dan kebijakan fiskal Hasilnya desentralisasi fiskal dan krisis ekonomi memberikan 57 regional terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Timur Periode 1995-2004 pengaruh terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Gabungan dari kedua kebijakan tersebut berdampak signifikan terhadap pertumbuhan regional dan stabilitas harga. 2007 Priyo Hari Adi Kota dan Kabupaten se Jawa dan Bali. Mengetahui kemampuan keuangan daerah dalam Era Otonomi dan relevansinya dengan pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum daerah mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan PAD. Peta kemampuan keuangan yang disusun dengan menggunakan metode IKK menunjukkan 58 pergeseran kemampuan keuangan daerah ke arah yang lebih baik. 2007 Joko Waluyo Indonesia Mengetahui dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan antardaerah di Indonesia Hasilnya desentralisasi fiskal dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi relatif lebih tinggi di daerah pusat bisnis dan daerah yang kaya akan SDA-nya. 2007 Didit Welly Udjianto 30 Propinsi di Indonesia Melakukan analisis dan kajian pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dalam era otonomi daerah. Hasilnya adanya klasifikasi kategori daerah sebagai akibat kemampuan keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata propinsi di Indonesia 59 seharusnya mampu membiayai pengeluarannya sendiri tanpa bantuan dari pemerintah pusat. 2008 Mehmet Serkan Tosun dan Serdar Yilmaz Turki Mengetahui tentang desentralisasi dan pembangunan serta pertumbuhan ekonomi Hasilnya ditemukan efek ekonomi yang lemah dari desentralisasi terhadap jumlah pendapatan kota per kapita. 2008 Puji Wibowo 29 Propinsi di Indonesia Mencermati dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Adapun hasilnya menunjukkan bahwa era baru desentralisasi fiskal yang diluncurkan sejak tahun 2001 memberikan dampak yang lebih baik terhadap 60 pembangunan daerah dibandingkan dengan rezim desentralisasi fiskal sebelumnya. 2009 Yunan Indonesia Penelitian ini bertujuan menganalisis kredit perbankan, nilai ekspor, pengeluaran pemerintah, dan jumlah tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara parsial, kredit perbankan, pengeluaran pemerintah, dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan, namun tidak dengan nilai ekspor. 61

G. Kerangka Pemikiran