Struktur Keuangan Daerah menurut UU No.25 1999 dan UU No.33

26 Keenam , Undang-undang ini memberikan kewenangan yang lebih luas kepada daerah otonom yang meliputi seluruh bidang pemerintahan kecuali politik luar negeri, hankam, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta ‗kewenangan bidang lain‘. Hanya saja, definisi ‗kewenangan bidang lain‘ ini ternyata masih sangat luas, sebab mencakup perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan standarisasi nasional.

C. Struktur Keuangan di Era Otonomi Daerah

1. Struktur Keuangan Daerah menurut UU No.25 1999 dan UU No.33

2004 Tujuan pokok UU No.25 1999 adalah upaya memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah, menciptakan sistem pembiayaan daerah yang adil, proporsional, rasional, transparan, partisipatif, bertanggung jawab dan pasti, serta mewujudkan sistem perimbangan keuangan yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Namun dalam penerapannya, UU No.25 1999 menimbulkan berbagai masalah di daerah. Pertama, mengenai kemampuan keuangan atau kapasitas potensi fiskal daerah. Masalah kedua adalah mengenai tingkat efektifitas dan efisiensi dari PAD maupun yang diterima dari pemerintah pusat dana perimbangan. 27 Dengan keluarnya UU No.251999, struktur keuangan daerah mengalami perubahan, yakni sumber baru yang penting adalah dana perimbangan dari pemerintah pusat. Faktor yang digunakan dalam menentukan besarnya bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah mencakup beberapa perumusan yang berkaitan dengan berbagai faktor seperti upaya pajak tax effort. Setelah diketahui upaya pajak dari suatu daerah, maka kemudian dapat dilihat pelaksanaan pajak tax performance dari suatu daerah. Pajak dalam berbagai unit tingkat pemerintahan baik negara maupun daerah menggambarkan sebuah konsep mengenai kapasitas wajib pajak taxable capacity. Untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa publik pemerintah daerah sangat membutuhkan dana, dan oleh karena pemerintah daerah juga memiliki kebutuhan fiskal fiscal need yang digunakan untuk membiayai penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial ekonomi. Oleh karena itu transfer dana dan pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut harus memberikan dampak pemerataan equalization effect. Perbandingan yang dilakukan terhadap tax ratio memberikan beberapa indikasi adanya nilai-nilai relatif pajak pada suatu daerah. Dengan mengetahui tax performance dalam hal ini dengan mengetahui tax effort akan dapat diketahui daerah yang memiliki kemungkinan lebih besar hasilnya bila dilakukan pemungutan pajak, atau disebut juga yang memiliki taxable capacity yang lebih besar. 28 Sementara itu, keuangan daerah juga mengalami beberapa perubahan. Melalui UU No.25 1999 dan UU No.33 2004, secara makro sumber-sumber keuangan daerah diperbesar, sejalan dengan dikembangkannya prinsip perimbangan. Jumlah alokasi transfer keuangan ke daerah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel berikut menunjukkan peningkatan alokasi transfer pusat ke daerah selama era desentralisasi. Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan, Departemen Keuangan RI; 2007. Gambar 2.1. Tren Alokasi Transfer Pusat ke Daerah Tahun 2001-2008 8 1 ,1 3,5 9 4 ,7 9,2 1 1 1 ,1 6,9 1 2 2 ,9 7,2 1 4 3 ,2 4,0 2 2 2 ,1 9,5 2 4 4 ,7 14,4 2 6 6 ,8 0,0 40,0 80,0 120,0 160,0 200,0 240,0 280,0 T ri li u n R p 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 REALISASI APBN APBN-P APBN TREN TRANSFER KE DAERAH DANA PERIMBANGAN, DANA OTSUS DAN PENYESUAIAN TAHUN 2001-2008 DANA PERIMBANGAN OTSUS DAN PENYESUAIAN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 DANA DESENTRALI SASI 81,1 98,1 120,3 129,7 150,5 226,2 254,2 281,2 dari thn sebelumnya - 21,1 22,6 7,8 16,0 50,3 12,4 10,6 APBN 2008 REALISASI APBN APBN-P 2007 Keterangan : - Realisasi 2001 s.d 2003 berdasarkan PAN, 2004, 2005, dan 2006 berdasarkan LKPP audited. - Tahun 2007 menggunakan angka APBN-P 2007 ; - Tahun 2008 angka APBN 2008 29 Ada sejumlah studi yang telah dilakukan mengenai besarnya dana yang akan disalurkan dari pusat ke daerah akibat penerapan UU No.25 1999, diantaranya dari Bappenas. Didasarkan pada sejumlah asumsinya, hasil studi tersebut menunjukkan bahwa penerimaan propinsi secara total meningkat sebesar 17 persen. Ada juga studi lanilla yang merupakan suatu kajian dari Yayasan Indonesia Forum tahun 2000, menemukan dampak diberlakukannya UU No.25 1999, yaitu: 1. Umumnya peranan pendapatan asli daerah PAD di propinsi yang diteliti, dalam pembiayaan pembangunan ekonomi APBD tidak terlalu besar. Ini mencerminkan tingginya tingkat ketergantungan financial daerah terhadap pemerintah pusat. 2. Adanya korelasi positif antara daerah yang kaya sumber daya alam SDA dan atau sumber daya manusia SDM dalam peranan PAD pada APBD. 3. Pada tahun 1998 1999 sebagian besar daerah yang diteliti mengalami penurunan PAD di dalam pembentukan APBD-nya dikarenakan adanya krisis ekonomi. Salah satu komponen pendapatan daerah yang diharapkan menjadi sumber utama keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah PAD. Di antara kelima sumber utama PAD yang ada, pajak daerah dan retribusi menjadi sumber andalan PAD. Sedangkan pajak pendapatan, pajak nilai tambah dan pajak barang mewah merupakan tiga jenis pajak yang paling penting bagi pendapatan propinsi. 30 Pengelolaan keuangan daerah harus transparan yang dimulai dari proses perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan anggaran daerah. Selain itu, akuntabilitas dalam pertanggungjawaban publik juga diperlukan, dalam arti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Kemudian, value for money yang berarti diterapkannya tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Dengan adanya penerapan prinsip-prinsip tersebut, maka akan menghasilkan pengelolaan keuangan daerah yang tertuang dalam APBD yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah setempat secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab. Sehingga nantinya akan melahirkan kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD