Analisa Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto PDRB Riil di

91

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Analisa Deskriptif

a. Analisa Deskriptif Produk Domestik Regional Bruto PDRB Riil di

Propinsi Jawa Barat Salah satu hal penting dalam pembangunan dan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam konteks pertumbuhan ekonomi daerah hal tersebut juga tidak jauh berbeda. Setiap daerah tentunya menginginkan dan menjadikan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu sasaran dalam pembangunan daerahnya. Produk domestik regional bruto menggambarkan kemampuan suatu wilayah dalam menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. PDRB dapat dilihat dari tiga sisi pendekatan, yaitu produksi, penggunaan, dan pendapatan. Ketiganya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sektor ekonomi, komponen penggunaan, dan sumber pendapatan. PDRB dari sisi produksi merupakan penjumlahan seluruh nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut. Selanjutnya, dari sisi pendapatan, nilai tambah merupakan jumlah dari upah gaji surplus usaha, penyusutan, dan pajak tak langsung neto yang diperoleh. PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu ―atas dasar harga 92 berlaku‖, yakni menggunakan harga tahun berjalan serta ―atas dasar harga konstan‖, yaitu menggunakan data harga tahun tertentu tahun dasar. Sumber: BPS Jawa Barat. Diolah Kembali. Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Barat Tahun 1995-2008 Dalam Juta Rupiah Seperti terlihat pada Gambar 4.1, dalam kurun waktu 14 tahun terakhir ini, pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa Barat hampir memiliki pergerakan yang sama, meskipun besarnya pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Pergerakan tersebut mengindikasikan bahwa struktur perekonomian yang ada masih memiliki kesamaan antar daerah kabupaten kota di propinsi Jawa Barat. Seperti yang kita lihat pada pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini juga diikuti dengan proses transisi kebijakan pemerintahan yang menyangkut pemerintahan daerah. Masa transisi dari pola kebijakan yang sentralistik 93 selama periode orde baru menuju arah kebijakan pemerintahan daerah yang lebih terdesentralisasi. Namun, pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan pada tahun 2003-2004, yakni 2-3 tahun pasca era kebijakan otonomi daerah diterapkan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan alokasi dana yang dimiliki kabupaten kota di propinsi Jawa Barat sebagai akibat dari kebijakan tersebut. Kemudian, pada periode selanjutnya pertumbuhan ekonomi masih tetap memiliki pergerakan yang sama, dimana pergerakan tersebut mengacu pada arah yang positif, meskipun besarnya masih bersifat fluktuatif.

b. Analisa Deskriptif Pendapatan Asli Daerah di Propinsi Jawa Barat