Penentuan Kriteria Supplier Bahan Baku

77 Tabel 13. Bahan Baku dan Supplier untuk Produksi LBS pada PT. AR No Bahan Baku Supplier 1 Tepung Talas KWT. MA KWT. ME KWT. LI 2 Tepung Terigu UD. YU KJ PT. LNFM CV. KI 3 Telur CV. BN CV. GI KT GH 4 Gula PT. ITT PT. KCS RB CV. KI 5 Susu PT. UJ PT. AT CV. KI 6 Vegetable Oil KJ PT. SM CV. KI 7 Shortening PD. ABD PT. ITT UD. YOE MKY 8 Cokelat Rasa PT. AA PT. FM PT. NL CV. SE 9 Keju PT. MBR PT. ITT PT. ME 10 Bahan Kondimen Garam, Vanili, Cake Emulsifier, Leavening Agent,Condensed, dan Lain-Lain PT. HS CV. DSI KJ UD YOE 11 Box Kemasan Karton Lapis Bogor PT. KP PT. MAP BOP PT. GMU Sumber :Departemen PurchasingPT. AR, 2014

5.5.1 Penentuan Kriteria Supplier Bahan Baku

Tahap penentuan supplier bahan baku yang akan dipilih untuk dijadikan supplierutamatetap PT. AR diseleksi dari beberapa alternatif supplier-supplier yang pernah bekerja sama dengan perusahaan. Seleksi supplier tetap 78 menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE. MPE adalah salah satu metode untuk menentukan prioritas alternatif keputusan dari kriteria jamak. Analisis pendapat pakar dilakukan untuk menginventarisir dan melakukan pembobotan terhadap kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan alternatif supplier bahan baku yang akan dijadikan supplierutamatetap untuk jangka waktu yang panjang. Sebanyak 21 kriteria yang akan dinilai kepentingannya oleh pakar sekaligus praktisi dalam industri pangan, pengambil keputusan internal perusahaan dan supplier yang paling lama bekerja sama dengan perusahaan.Masing-masing responden berperan dalam memberikan perspektif yang berbeda serta memberikan rekomendasi kriteria supplier lainnya yang dianggap perlu sebagai bahan acuan dalammemandang kasus seleksi supplier. Kriteria-kriteria yang digunakan adalahsebagai berikut Tabel 14. 79 Tabel 14. Kriteria-Kriteria Supplier No Kriteria 1 Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan a. Sertifikat Halal b. Sertifikat GMP dan HACCP c. Sertifikat P-IRT Pangan Industri Rumah Tangga

2 Kualitas

a. Kesesuaian Teknis b. Reliabilitas Produk c. Standar dan Jaminan Kualitas d. Rasio Ketertolakan Produk 3 Pengiriman a. Lead time singkat b. Ketepatan Waktu

c. Kontinuitas

4 Pelayanan dan Manajemen Organisasi

a. Aksesibilitas b. Fleksibilitas c. StatusKondisi Finansial d. Kepercayaan e. Tingkat Kemudahan Komunikasi f. Prosedur Komplain dan Responsibilitas g. TraceabiliyKemampuan telusur h. Label Standar nasional IndonesiaSNI 5 Biaya a. Harga Produk b. Kemampuan Memberikan Diskon c. Mekanisme Pembayaran Mudah Sumber : Kombinasi kriteria supplier yang ideal mengacu pada GMP dan HACCP, kriteria supplier untuk industri bakery yang diadaptasi dari PT. Nippon Indosari Corpindo dan formulir kriteria seleksi dan evaluasi supplier yang telah dirancang oleh Vincent Gasperz 2012 Keseluruhan kriteria merupakan hasil observasi lapang, kajian pustaka dan wawancara mendalam indepth interview dengan para pakar dan internal perusahaan . Pakar yang dipilih penilaian tingkat kepentingan kriteria adalah : 1. Dr. Akhmad Riyadi Wastra, MM Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi PertanianAgribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Drh. Zulmanery, MM Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi PertanianAgribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 80 3. Ir. Sri Purwanti, MS Dosen sekaligus praktisi dalam Industri Pangan Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Sosial Ekonomi PertanianAgribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penjelasan dari masing-masing kriteria adalah sebagai berikut : 1. Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan Dokumen-dokumen persyaratan layak edar dari lembaga sertifikasi berstandar internasional yang menunjukkan pengetahuan, kesadaran dan pemahaman supplier bahan baku pangan tentang perlindungan konsumen terhadap keamanan pangan dan implikasi hukum pelanggaran peraturan keamanan pangan yang berlaku. Dokumen-dokumen tersebut meliputi : a. Sertifikat Halal Sertifikat ini dikeluarkan badan internasional kehalalan produk di Indonesia yaitu Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama IndonesiaLPPOM MUI, sertifikat ini menunjukkan produk pangan halal dikonsumsi. Kriteria ini termasuk dalam kriteria yang harus dimiliki oleh setiap supplier karena PT. AR merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang pengolahan pangan yang harus mengutamakan kehalalan produk yang mereka olah. b. Sertifikat GMP dan HACCP Sertifikat ini diberikan kepada industri pangan melalui kegiatan audit atas penerapan GMP atau Cara Pengolahan Pangan Olahan yang Baik CPPOB dalam mencegah bahaya keamanan pangan pada setiap titik kritis aktivitas produksi. Sertifikat ini dikeluarkan oleh lembaga 81 sertifikasi standar internasional seperti Sucofindo. Kriteria ini termasuk dalam kriteria yang harus dimiliki oleh setiap supplier bahan pangan karena PT. AR merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang pangan yang harus mengutamakan pencegahan atas bahaya keamanan pangan olahan. c. Sertifikat P-IRT Pangan Industri Rumah Tangga Sertifikat ini dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat untuk skala industri rumah tangga yang memproduksi bahan pangan. Kriteria ini diperuntukkan kepada perusahaan supplier berskala Usaha Kecil dan Menengah UKM yaitu supplier tepung talas yang diutamakan memiliki sertifikat P-IRT sebagai bukti bahwa perusahaan telah menerapkan produksi bersih dan aman dalam pengolahan bahan baku yang akan dipasok kepada PT. AR. 2. Kualitas Kriteria kualitas dalam memilih supplier berarti keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah produk yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan tersirat American Society for Quality Control, 2009. Hal-hal yang dinilai dalam kualitas bahan baku yang dipasok adalah sebagai berikut : a. Kesesuaian teknis Penilaian untuk menyatakan kesesuaian produk terhadap standar tertentu, khususnya SNI.Penilaian kesesuaian teknis pada masing- masing bahan baku di PT. AR saat ini adalah sebagai berikut Tabel 15. 82 Tabel 15. Penilaian Kesesuaian Teknis Bahan Baku pada PT. AR No Jenis Bahan Baku Kesesuaian Teknis 1 Tepung Talas Tidak berkutu, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan kemasan karung berkapasitas 25 Kg 2 Tepung Terigu Tidak berkutu, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan kemasan karung berkapasitas 25 Kg 3 Telur Telur ayam ras lokal berwarna kecoklatan dengan kondisi fresh on farm, ukuran telur disesuaikan dengan tray berukuran 30 butir telur per 1 tray dan diikat per-8 tray, keseluruhan telur berisi ±240 butir dengan berat 15 Kg 4 Susu Susu sapi segar berukuran 450ml kemasan botol, menggunakan kemasan karton berkapasitas 24 botol 5 Gula Putih Berwarna putih bersih, tercantum tanggal kadaluarsa dan menggunakan kemasan karung berkapasitas 50Kg 6 Shortening Kemasan karton dengan kapasitas 15 Kg, tercantum tanggal kadaluarsa 7 Keju Spesifikasi kualitas keju yang diminta perusahaan yaitu memiliki tanggal produksi minimal 1 bulan sebelum digunakan dan berkapasitas 16 Kg per-Karton 8 Cokelat Cokelat batangan rasa cokelat, blueberry, strawberry, cappuccino dan tiramisu dengan kapasitas 12 Kg per-karton Sumber : Departemen Produksi PT. AR, 2014 Penilaian kesesuaian teknis dalam PT. AR belum menggunakan acuan pada SNI, hanya berdasarkan fisik dari bahan bakunya. Kriteria kesesuaian teknis bahan baku yang mengacu pada SNI dilampirkan dalam Lampiran 6, agar menjadi panduan perusahaan dalam proses seleksi supplier. Kesesuaian teknis pada kemasan pangan yaitu standarisasi yang dikeluarkan oleh Balai Besar Kimia dan Kemasan Kementerian Perindustrian Bpkimi, Kemenperin mengenai persyaratan kemasan pangan dengan tujuan melindungi produk pangan dari bahaya keamanan pangan.Fungsi kemasan menurut Bpkimi, Kemenperin 2012 adalah sebagai wadah, perlindungan fisik, perlindungan barrier, komunikasi, keamanan dan kenyamanan. Ketentuan dan persyaratan yang berkaitan dengan kemasan adalah sebagai berikut : a Penandaan labelling Peraturan yang terkait dengan penandaan Labelling umumnya diaplikasikan terhadap kemasan retail dengan maksud memberikan 83 informasi penting kepada konsumen mengenai isi yang terkandung dalam kemasan serta untuk menjaga agar tidak terjadi kesalahan interpretasi atau pengertian terhadap produk yang dikemas.Dalam Undang-Undang mengenai labelling biasanya mengharuskan sedikitnya 4 hal yaitu nama umum dari produk yang dikemas, isi berat bersih, kandungan dan namadan alamat perusahaaan yang bertanggungjawabterhadap produksi, pengawasan dan distribusi. Hal lain yang diwajibkan dibeberapa negara adalah masasimpan produk, kondisi penyimpanan khusus, instruksiuntuk persiapan atau penggunaan, barcode, simbol halaldan sebagainya. b Pelestarian lingkungan Persyaratan kemasan yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan yaitu pengurangan bahan kemasan dari kandungan bahan berbahaya dan kemasan buangan harus dapat di recoverydaur ulang. c Standarisasi ukuran kemasan Menggunakan kemasan yang ekonomis, memiliki kekuatan optimal serta penanganan yang tepat. Khusus untuk kemasan kotak karton, Sifat-sifat yang perlu dimiliki olehmenurut Bpkimi, Kemenperin 2012 yaitu kekedapan terhadap uap air, gas, aroma plastik,kaleng,gelas, memiliki kekuatan fisik tahan jatuhan, tahan tarikan,tahan tusukan, tahan sobek dan memiliki daya serap air. b. Reliabilitas produk Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidakdalam periode waktu tertentu, semakin kecil kemungkinan 84 terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan Mullins, Orville dan Boyd, 2005 : 422. Reliabilitas produk bahan baku dinilai dari kesesuaian dengan tanggal kadaluarsa karena berhubungan dengan tingkat kerusakan produk. c. Standar dan jaminan kualitas Perusahaan supplier memberikan jaminan kepada perusahaan pembeli apabila bahan baku yang diterima oleh pembeli termasuk kriteria rusak reject yaitu dilakukan penukaran retur bahan baku.Standar dan jaminan kualitas dilihat dari pelayanan yang diberikan perusahaan supplier terhadap produk yang dipasok jika terdapat spesifikasi yang tidak sesuai standar perusahaan. d. Rasio ketertolakan produk Pengukuran yang digunakan untuk menilai perusahaan supplier ketika memasok produknya pada perusahaan pembeli yang ditandai dengan seberapa banyak supplier menyediakan produk yang tidak memenuhi standar kesesuaian teknis Pujawan, 2005. 3. Pengiriman Kegiatan mengirimkan pendistribusian bahan baku sesuai pesanan dari supplier kepada perusahaan pembeli. Kegiatan pengiriman ini merupakan hal yang vital terhadap masing-masing supplier, karena pengiriman bahan baku berhubungan dengan kegiatan produksi, jika salah satu bahan baku saja mengalami kendala dalam pengiriman, kegiatan produksi dapat berhenti dan perusahaan mengalami kerugian.Penilaian kriteria pengiriman pada masing-masing bahan baku adalah sebagai berikut : 85 a. Lead time singkat Kemampuan supplier memberikan jangka waktu tunggu pengiriman pasokan bahan baku yang relatif singkat Gaspersz, 2012. b. Ketepatan waktu Kemampuan supplier mengirim tepat waktu dengan lot pengiriman kecil. Ini akan dinilai dari jarak antara supplier dengan perusahaan, kapasitas produksi dan keadaan historis mereka dalam mengirim tepat waktu Eka, 2011. c. Kontinuitas Kemampuan supplier untuk mengirimkan bahan baku yang dibutuhkan secara kontinu Rukmi, dkk. 2014. 4. Pelayanan dan manajemen organisasi Bentuk pelayanan dan sistem manajemen yang diberikan oleh perusahaan supplier dalam rangka memenuhi pesanan kebutuhan bahan baku.Penilaian kriteria pelayanan dan manajemen organisasi pada masing-masing bahan baku adalah sebagai berikut : a. Aksesibilitas Konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dengan perkataan lain aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan bagaimana lokasi tataguna lahan berinteraksi satu dengan yang lain dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi Black dan Conroy, 1977. 86 b. Fleksibilitas Kemampuan untuk beradaptasi secara cepat dan efektif terhadap kebutuhan yang terus berubah, pergantian yang cepat dari satu produk ke produk lain, respon yang cepat terhadap permintaan yang terus berubah Evans Lindsay, Pengantar Six Sigma, h.202. c. Statuskondisi finansial Kondisi keuangan Perusahaan supplier pada saat akan bekerjasama dengan Perusahaan pembeli harus diketahui agar tidak terjadi kekekeliruan mekanisme pembayaran antar Perusahaan. d. Kepercayaan Kondisi terciptanya hubungan kerja antar industri yang penuh kepercayaan Evans Lindsay, Pengantar Six Sigma, h.279. e. Tingkat kemudahan komunikasi Kondisi mudahnya hubungan komunikasi antar industri dagang yang saling menguntungkan, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku. f. Prosedur komplain dan responsibilitas Kemampuan supplier dalam menangani keluhan-keluhan perusahaan pembeli terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan supplier dan bentuk tanggung jawab supplier terhadap produk yang dipasoknya. g. Traceabiliy kemampuan telusur Codex Alimentarius CACGL 60-2006 menyatakan bahwa traceabiliy adalah kemampuan untuk mengikuti pergerakan dari makanan selama tahap proses produksi dan distribusi. The International Organization for Standarization 9001:2008 ISO 9001:2008 mendefinisikan traceabiliy 87 sebagai kemampuan untuk menelusuri sejarah, aplikasi, atau lokasi dari hal dibawah pertimbangan, dan catatan yang dapat menghubungkan produk dengan asal bahan dan sejarah proses produk, serta distribusi produk. General Food Law Regulation 1782002 Uni Eropa pada artikel 3 nomor 15 mendefinisikan traceabiliy sebagai kemampuan menelusuri makanan atau pakan atau bahan baku produksi makanan atau pakan, dalam setiap tahap proses produksi dan distribusi. h. Label SNI Label Standar Nasional Indonesia yang tercantum dalam setiap kemasan produk yang dipasok. Label SNI menunjukkan bahwa produk memiliki kesesuaian terhadap standar keamanan pangan. 5. Biaya Uang tunai atau kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan laba baik untuk masakini maupun masa mendatang Kuswadi, 2006:60. Penilaian kriteria biaya pada masing- masing bahan baku adalah sebagai berikut : a. Harga produk Kemampuan supplier dalam memberikan harga yang sesuai dengan kualitas bahan baku yang ditawarkan. b. Kemampuan memberikan diskon Supplier dapat memberikan potongan harga atau diskon kepada pembeli apabila memesan bahan baku dengan kuantitas yang besar. 88 c. Mekanisme pembayaran yang mudah Supplier memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi pembayaran dan jangka waktu yang sesuai. Penilaian alternatif pada setiap kriteria menggunakan skala penilaian 1-3, yaitu 3 sangat penting, 2 = penting dan 1 = tidak penting. Hasil analisis penilaian tingkat kepentingan kriteria supplier bahan bakuLBS PT. AR disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis Tingkat Kepentingan Kriteria Supplier Bahan Baku LBS PT.AR No Kriteria Kode Kriteria Bobot Peringkat A Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan 1 Sertifikat Halal Q1 2.85 1 2 Sertifikat GMP Dan HACCP Q2 2.35 2 3 Sertifikat P-IRT Q3 2.20 3 B Kualitas 4 Kesesuaian Teknis Q5 2.60 3 5 Reliabilitas Produk Q6 2.50 4 6 Standar Dan Jaminan Kualitas Q7 2.90 1 7 Rasio Ketertolakan Produk Q8 2.35 5 C Pengiriman 8 Lead Time Singkat Q9 2.35 3 9 Ketepatan Waktu Q10 2.80 1 10 Kontinuitas Q11 2.60 2 D Pelayanan Dan Manajemen Organisasi 11 Aksesibilitas Q12 2.50 3 12 Fleksibilitas Q13 2.40 4 13 StatusKondisi Finansial Q14 2.30 6 14 Kepercayaan Q15 2.90 1 15 Tingkat Kemudahan Komunikasi Q16 2.55 2 16 Prosedur Komplain dan Responsibilitas Q17 2.40 4 17 Traceabiliy Q21 1.83 7 18 Label SNI Q22 2.33 5 E Biaya 19 Harga Produk Q18 2.30 1 20 Kemampuan Memberikan Diskon Q19 1.80 2 21 Mekanisme Pembayaran yang Mudah Q20 2.30 1 Sumber : Data Primer diolah 89 Penjelasan analisis tingkat kepentingan kriteria supplier bahan baku LBS PT. AR Tabel 16 adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Kelengkapan Dokumen Keamanan Pangan Kelengkapan dokumen keamanan pangan yang menjadi prioritas pertama dengan bobot 2,85 adalah sertifikat halal. Kriteria ini menjadi pertimbangan PT. AR karena merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan pangan yang mengutamakan kehalalan produk. Sertifikat halal menjadi salah satu dokumen penting yang harus dimiliki setiap supplier yang akan bekerjasama dengan PT. AR. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturut- turut adalah kelengkapan dokumen sertifikat GMP dan HACCP 2,35 dan kelengkapan dokumen sertifikat P-IRT 2,20 untuk bahan baku tertentu yang diproduksi oleh skala IKM, contohnya tepung talas. 2. Kriteria Kualitas Standar dan jaminan kualitas yang termasuk dalam kriteria kualitas menjadi prioritas pertama dengan bobot 2,90 yang dipertimbangkan PT. AR untuk memilih supplier bahan baku, hal ini disebabkan standar dan jaminan kualitas merupakan hal awal yang dilihat dari masing-masing supplier, bagaimana setiap supplier memberikan jaminan kualitas bahan baku yang sesuai standar dan spesifikasi yang diinginkan PT.AR sebagai kliennya. Kriteria yang menjadi prioritas kedua yaitu kesesuaian teknis 2,60 bahan baku yang dipasok, sebelumnya PT. AR telah menetapkan spesifikasi masing-masing bahan baku yang harus dipenuhi setiap supplier, kesesuaian teknis dengan standar dan spesifikasi yang telah 90 ditetapkan menjadi pertimbangan PT. AR untuk memilih supplier. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturut-turut adalah reliabilitas produk 2,50 dan rasio ketertolakan produk 2,35. 3. Kriteria Pengiriman Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam pengiriman adalah ketepatan waktu 2,80, ketepatan waktu dalam kegiatan pengiriman bahan baku merupakan hal yang vital dalam persediaan bahan baku, karena PT. AR merupakan pabrik pengolahan yang beroperasi 24 jam dan bergantung pada persediaan bahan baku. Departemen PPIC telah mengatur re-order point sesuai kapasitas gudang dengansafety stock 1 hari untuk masing- masing bahan baku, sehingga jika terjadi keterlambatan dalam hitungan 1 satu hari saja dalam pengiriman bahan baku pada saat re-order point, maka akan berdampak pada terhambatnya kegiatan produksi atau bahkan pemberhentian produksi. Hal tersebut menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturut-turut adalah kontinuitas 2,60 dan lead time singkat 2,35 4. Kriteria Pelayanan dan Manajemen Organisasi Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam pelayanan dan manajemen organisasi adalah kepercayaan 2,90, hal ini dilihat dari kinerja historis selama supplier bekerjasama dengan perusahaan. Bagaimana supplier mematuhi kesesuaian teknis dan kriteria-kriteria lainnya sesuai permintaan perusahaan. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam 91 memilih supplier bahan baku secara berturut-turut adalah tingkat kemudahan komunikasi 2,55 dalam hal pemesanan dan kegiatan distribusi bahan baku, aksesibilitas 2,50 masing-masing supplier yang memudahkan kedua belah pihak dalam kegiatan distribusi. Kriteria fleksibilitas supplier dalam pelayanan yang diberikan dan prosedur komplain dan responsibilitas yang mudah, kedua kriteria tersebut memiliki bobot yang sama yaitu 2,40, hal ini menegaskan bahwa kedua kriteria tersebut merupakan elemen yang sama pentingnya dalam kriteria pelayanan dan manajemen organisasi. Kriteria-kriteria yang menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih supplier bahan baku secara berturut- turut adalah Label SNI 2,33, statuskondisi finansial supplier 2,30 dan prioritas terakhir yaitutraceabiliy 1,83. 5. Kriteria Biaya Kriteria yang menjadi prioritas pertama dalam biaya adalah harga produk yang sama pentingnya dengan mekanisme pembayaran yang mudah yaitu memiliki bobot sebesar 2,30. Kriteria selanjutnya yang menjadi prioritas kedua yaitu kemampuan memberikan diskon 1,80, kriteria ini memiliki bobot terendah dari semua kriteria karena dianggap tidak terlalu berpengaruh. Harga produk dan mekanisme pembayaran yang mudah merupakan kriteria dengan bobot kedua terendah setelah kemampuan memberikan diskon dari semua kriteria supplier yang dipertimbangkan olehPT. AR, harga bukan merupakan prioritas utama dalam memilih supplier bahan baku LBS di PT. AR. Harga menjadi prioritas dibawah kualitas, sertifikat pendukung keamanan pangan dan pengiriman karena 92 besarnya harga bergantung pada kualitas bahan baku dan beberapa variabel lainnya sesuai dengan kriteria prioritas. Tabel 17 menunjukkan urutan kriteria global dari yang memiliki bobot terbesar hingga yang terkecil. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kualitas dan pelayanan manajemen organisasi menjadi faktor pertimbangan utama, dimana standar dan jaminan kualitas 2,90 dan kepercayaan 2,90 menduduki peringkat teratas kemudian sertifikat halal 2,85 menjadi peringkat kedua. Kriteria turunan dari kualitas, pelayanan manajemen organisasi, kelengkapan dokumen keamanan pangan dan pengiriman semuanya berada pada sepuluh peringkat teratas dengan bobot terbesar. Kriteria pelayanan manajemen organisasi menjadi faktor kriteria terbanyak yang diperhatikan dalam sepuluh peringkat teratas antara lain kepercayaan 2,90, tingkat kemudahan komunikasi 2,55, aksesibilitas 2,50, fleksibilitas 2,40 dan prosedur komplain dan responsibilitas 2,40. Kriteria kedua terbanyak yang diperhatikan yaitu kualitas, faktor tersebut yaitu standar dan jaminan kualitas 2,90, kesesuaian teknis 2,60, reliabilitas produk 2,50, dan rasio ketertolakan produk 2,35. Tabel 17. Urutan Peringkat Bobot Global Kepentingan Kriteria No Kriteria Kode Kriteria Bobot Peringkat 1 Standar dan jaminan kualitas Q7 2.90 1 2 Kepercayaan Q15 2.90 1 3 Sertifikat halal Q1 2.85 2 4 Ketepatan waktu Q10 2.80 3 5 Kesesuaian teknis Q5 2.60 4 6 Kontinuitas Q11 2.60 4 7 Tingkat kemudahan komunikasi Q16 2.55 5 93 No Kriteria Kode Kriteria Bobot Peringkat 8 Reliabilitas produk Q6 2.50 6 9 Aksesibilitas Q12 2.50 6 10 Fleksibilitas Q13 2.40 7 11 Prosedur komplain dan responsibilitas Q17 2.40 7 12 Sertifikat GMP dan HACCP Q2 2.35 8 13 Rasio ketertolakan produk Q8 2.35 8 14 Lead time singkat Q9 2.35 8 15 Label SNI Q22 2.33 9 16 Statuskondisi finansial Q14 2.30 10 17 Harga produk Q18 2.30 10 18 Mekanisme pembayaran yang mudah Q20 2.30 10 19 Sertifikat P-IRT Q3 2.20 11 20 Traceabiliy Q21 1.83 12 21 Kemampuanmemberikan diskon Q19 1.80 13 Sumber : Data Primer diolah 5.5.2 Aplikasi MPE pada Masalah Seleksi Supplier Prinsip dasar pengadaan yang baik adalah bahwa kerjasama antara pembeli dengan supplier dapat menarik lebih banyak peluang menghemat biaya daripada dua pihak yang bekerja sendiri-sendiri. Kerjasama yang solid ini kiranya hanya dapat dihasilkan ketika dua pihak tersebut mempunyai hubungan jangka panjang dan tingkat kesalingpercayaan yang baik. Hubungan jangka panjang akan mendorong supplier untuk mengeluarkan usaha lebih besar pada permasalahan yang dihadapi oleh pembeli tertentu. Hubungan jangka panjang ini juga dapat meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara kedua belah pihak. Kemampuan seperti ini sangatlah penting dalam proses pengadaan barang-barang langsung direct materials. Oleh karena itu, hubungan jangka panjang ini seharusnya 94 dibangun dengan para supplier barang-barang strategis dan kritis Chopra dan Meindl 2001. Analisis penilaian alternatif supplier bahan baku LBS yang akan dijadikan supplier utama oleh PT.AGRINESIA RAYA menggunakan teknik MPE Metode Perbandingan Eksponensial. Supplier dengan nilai tertinggi akan diprioritaskan menjadi supplier utama bahan baku LBS. Data dan hasil pengolahan untuk kasus seleksi supplier bahan baku secara lengkap tersaji pada Tabel 18. Proses seleksinya didasarkan pada pertimbangan faktor-faktor yang telah ditentukan bobot kepentingannya, yaitu kelengkapan dokumen keamanan pangan, kualitas, pengiriman, pelayanan dan manajemen organisasi, biaya dan kriteria rekomendasi dari para pakar berikut dengan kriteria turunannya. Tabel 18. Aplikasi MPE pada kasus seleksi supplier bahan baku LBS pada PT. AR No Bahan baku Perusahaan Supplier Nilai MPE Ranking 1 Tepung talas KWT. MA 262,39 1 KWT. ME 145,84 2 KWT. LI 66,43 3 2 Tepung Terigu UD. YU 115,24 4 KJ 126,64 3 PT. LNFM 184,67 2 CV. KI 286,40 1 3 Telur CV. BN 269,32 1 CV. GI 104,99 3 CV. KT 165,18 2 GH 32,29 4 4 Gula PT. ITT 156,05 3 PT. KCS 256,80 1 RB 78,00 4 95 No Bahan baku Perusahaan Supplier Nilai MPE Ranking CV. KI 254,80 2 5 Susu PT. UJ 229,76 2 PT. AT 134,72 3 CV. KI 269,37 1 6 Vegetable oil KJ 149,51 3 PT. SM 173,07 2 CV. KI 260,98 1 7 Shortening PD. ABD 126,12 4 PT. ITT 269,29 1 UD. YOE 206,79 3 MKY 265,23 2 8 Cokelat PT. AA 259,77 2 PT. FM 251,74 3 PT. NL 266,28 1 CV. SE 124,19 4 9 Keju PT. MBR 247,63 1 PT. ITT 179,34 2 PT. ME 127,63 3 10 Bahan Kondimen PT. HS 244,13 2 CV. DSI 260,02 1 KJ 138,26 3 UD. YOE 133,92 4 11 Box kemasan Karton LBS PT. KP 202,64 3 PT. MAP 195,44 4 BOP 273,13 1 PT. GMU 248,52 2 Sumber : Data Primer diolah 96 Berdasarkan Tabel 18, hasil analisis seleksi supplier masing-masing bahan baku yang dibutuhkan PT.AGRINESIA RAYA untuk memproduksi LBS adalah sebagai berikut : 1. Tepung Talas Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, supplier KWT. MA memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 262,39, KWT. ME 145,84 dan KWT. LI 66,43. Dari ketiga alternatif supplier tepung talas, KWT. MA dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama tepung talas. KWT. MA menjadi peringkat pertama karena memiliki nilai bobot tinggi 3 dalam kriteria pemenuhan sertifikat halal dan P-IRT, standar dan jaminan kualitas, rasio ketertolakan produk, lead time yang singkat, ketepatan waktu, aksesibilitas, fleksibilitas, kepercayaan, tingkat kemudahan komunikasi, prosedur komplain dan responsibilitas serta traceabiliy. KWT. ME menjadi peringkat kedua karena hanya unggul dalam pemenuhan sertifikat halal dan P-IRT, ketepatan waktu dan traceabiliy, sedangkan KWT. LI tidak memiliki nilai bobot tinggi dalam kriteria manapun. 2. Tepung Terigu Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. KI memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 286,39, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 184, 67 untuk PT. LNFM, KJ 126,64 dan UD. YU 115,24. Dari 97 keempat alternatif supplier tepung terigu, CV. KI dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi pemaosk utama tepung terigu. Keempat supplier tersebut sama-sama memiliki nilai bobot tertinggi terhadap kriteria sertifikat halal, sertifikat GMP dan HACCP, mekanisme pembayaran yang mudah dan traceabiliy, CV. KI lebih unggul karena hanya memiliki nilai terendah terhadap kriteria prosedur komplain dan responsibilitas 1,71 serta harga produk 1. 3. Telur Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. BN memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 269,32, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 165,18 untuk CV. KT, CV. GI 104,99 dan GH 32,29. Dari keempat alternatif supplier telur, CV. BN dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utamatelur. CV. BN lebih unggul karena dari 18 kriteria yang dinilai hanya memiliki nilai terendah terhadap kemampuannya memberikan diskon 2,29 sedangkan CV. GH memiliki nilai keputusan terendah karena hanya memiliki nilai bobot tertinggi dalam kriteria reliabilitas produknya saja 2,14. 4. Gula Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, PT. KCS memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 256,80, sementara supplier lainnya memiliki nilai 98 MPE 254,80 untuk CV. KI, PT. ITT 156,05 dan RB 78,00. Dari keempat alternatif supplier gula. PT. KCS dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama gula. Keempat supplier sama-sama memiliki nilai tertinggi dalam kriteria sertifikat halal 3. PT. KCS menjadi peringkat pertama karena unggul dalam kriteria pemenuhan sertifikat GMP dan HACCP, kesesuaian teknis kualitas, reliabilitas produk, rasio ketertolakan produk, lead time singkat, statuskondisi finansial, kemampuan memberikan diskon, traceabiliy dan label SNI. PT. ITT menjadi peringkat kedua karena hanya memiliki nilai bobot tertinggi dalam 6 kriteria dari 20 kriteria yang dinilai yaitu sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk, rasio ketertolakan produk serta label SNI. 5. Susu Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. KI memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 269,37, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 229,76 untuk PT. UJ dan nilai MPE 134,72 untuk PT. AT. Dari ketiga alternatif supplier susu, CV. KI dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama susu. Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan traceabiliy. CV. KI menjadi peringkat pertama karena unggul juga dalam kriteria standar dan jaminan kualitas dan ketepatan waktu, 99 sedangkan PT. AT menjadi peringkat kedua karena hanya unggul dalam kriteria standar dan jaminan kualitas. 6. Vegetable Oil Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. KImemiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 260,98, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 173,07 untuk PT. SM dan nilai MPE 149,51 untuk KJ. Dari ketiga alternatif suppliervegetable oil, CV. KI dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utamavegetable oil. Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas. CV. KI dan PT. SM memiliki nilai bobot tertinggi dalam kriteria traceabiliy, CV. KI menjadi peringkat pertama karena ke-14 kriteria sisanya lebih unggul dari PT. SM 7. Shortening Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, PT. ITT memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 269,29, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 265,23 untuk MKY, UD. YOE 206,79 dan PD. ABD 126,12. Dari keempat alternatif suppliershortening, PT. ITT dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama shortening. Keempat supplier unggul dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis dan reliabilitas produk. PT. ITT unggul juga 100 dalam kriteria fleksibiitas, statuskondisi finansial, tingkat kemudahan komunikasi, mekanisme pembayaran yang mudah dan traceabiliy. 8. Cokelat Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, PT. NL memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 266,28, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 259,77 untuk PT. AA, PT. FM 251,74 dan CV. SE 124,19. Dari keempat alternatif suppliercokelat, PT.NL dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama cokelat. Keempat supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas. PT. NL menjadi peringkat pertama karena memiliki nilai bobot tinggi dalam kriteria kepercayaan, tingkat kemudahan komunikasi,mekanisme pembayaran yang mudah, traceabiliy dan label SNI serta dalam kriteria lainnya memiliki nilai bobot lebih besar dari supplier lainnya. 9. Keju Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, PT. MBR memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 247,63, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 179,34 untuk PT. ITT dan nilai MPE 127,63 untuk PT. ME. Dari ketiga alternatif supplierKeju, PT. MBR dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama keju. 101 Ketiga supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas. PT. MBR menjadi peringkat pertama karena unggul juga dalam kemampuannya memberikan diskon, traceabiliy dan label SNI dibandingkan dengan supplier lainnya. 10. Bahan Kondimen Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, CV. DSI memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 260,02, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 244,13 untuk PT. HS, KJ 138,26 dan UD. YOE 133,92. Dari keempat alternatif supplierbahan kondimen, CV. DSI dapat dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama bahan kondimen. Keempat supplier yang dinilai sama-sama unggul dalam dalam pemenuhan sertifikat halal, GMP dan HACCP, kesesuaian teknis, reliabilitas produk dan standar dan jaminan kualitas dan traceabiliy. CV. DSI unggul juga dalam kriteria aksesibilitas, tingkat kemudahan komunikasi, prosedur komplain dan responsibilitas, kemampuan memberikan diskon dan traceabiliy. 11. Box Kemasan Karton LBS Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan teknik MPE pada Tabel 18, BOP memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan supplier lainnya yaitu dengan nilai MPE 273,13, sementara supplier lainnya memiliki nilai MPE 248,52 untuk PT. GMU, PT. KP 202,64 dan PT. MAP 195,44. Dari keempat alternatif supplierBox kemasan karton LBS, BOP dapat 102 dipertimbangkan perusahaan menjadi supplier utama Box kemasan karton LBS. Keempat supplier dinilai berdasarkan 19 kriteria, BOP menjadi peringkat pertama karena unggul dalam 17 kriteria dibandingkan dengan supplier lainnya, tetapi semua supplier dinilai rendah dalam kontinuitas dan traceabiliy.

5.6 Implikasi Manajerial