Kriteria Supplier yang Ideal

23 pelanggan Pujawan, 2005. Pearson dan Ellram 1995 menyebutkan beberapa alasan mengapa seleksi dan evaluasi Supplier menjadi hal yang begitu penting, terutama sehubungan dengan dampak yang diberikan oleh manajemen rantai pasokan, sebagai berikut Hou dan Huang 2002: 1. Tren reduksi basis pasokan dan hubungan jangka panjang dengan Supplier. Adopsi praktek just-in-time yang semakin meningkat dalam industri manufaktur telah meningkatkan perhatian terhadap reduksi basis pasokan, sehingga proses seleksi dan evaluasi Supplier menjadi lebih penting. Reduksi basis pasokan ini melibatkan komitmen jangka panjang dengan Supplier, yang pada gilirannya mendorong adanya sharing sumberdaya karena interaksi yang lebih kuat antara pembeli dan Supplier. Pada umumnya, evaluasi Supplier dapat dijadikan alat untuk mengurangi variabilitas bagi konsumen dengan mengurangi variabilitas Supplier dari sisi pengiriman, kualitas, fleksibilitas dan sebagainya. 2. Strategi pelibatan Supplier dalam proses desain produk. Praktek ini dianggap sebagai salah satu kontributor yang signifikan dalam mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas pada siklus produksi. 3. Perkembangan sistem informasi Electronic Data Interchangeable EDI yang memfasilitasi koordinasi dan interaksi yang lebih dekat antara pembeli dan Supplier.

2.8 Kriteria Supplier yang Ideal

Menentukan kriteria Supplier yang ideal untuk industri pengolahan pangan tidak terlepas dari bagaimana perusahaan dan perusahaan Supplier merencanakan, menerapkan, menjalankan dan memeliharaGood Manufacturing Practices GMP 24 sebagai persyaratan kelayakan dasar dan penerapan sistem Hazard Analysis Critical Control Point HACCP yang merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan preventive yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen eBookpangan.com, 2006. Perusahaan Supplier khususnya Supplier bahan baku pangan ikut berperan dalam menjamin keamanan pangan karena merupakan salah satu anggota kritis dari rantai pangan yang terjadi hingga produk siap dipasarkan kepada konsumen akhir. Setiap industri pengolahan pangan yang akan menerapkan sistem keamanan pangan model HACCP harus direncanakan, dirancangdidisain dan diimplementasikan suatu program persyaratan kelayakan dasar atau sering disebut dengan istilah prerequisite programs. Program persyaratan kelayakan dasar atau prerequisite programs ini menurut Bernard dan Parkinson 1999 merupakan suatu fondasi yang harus dan perlu dipenuhi oleh setiap industri pangan guna menghasilkan produk pangan yang aman dan bermutu ditinjau dari aspek keamanan dan kesehatan. Konsep program persyaratan kelayakan dasar ini pertama kali dicetuskan oleh Agriculture and Agri-Food Canadas AAFC dalam rangka program peningkatan keamanan pangan di Kanada dan mereka mendefinisikan program persyaratan kelayakan dasar ini sebagai suatu langkah-langkah universal atau prosedur yang mengendalikan kondisi operasional dalam suatu industri pangan yang didirikannya guna memenuhi kondisi lingkungan tetap baik untuk menghasilkan pangan yang aman Gombas dan Stevenson, 2000. National Advisory Committee on Microbiological Kriteria for Foods NACMCF, 1998 25 mendefinisikan program persyaratan kelayakan dasar sebagai suatu prosedur termasuk prosedur cara produksi pangan yang baik atau good manufacturingpractice GMP yang ditujukan untuk menyediakan kondisi operasional dasar sistem HACCP. Prinsip program persyaratan kelayakan dasar untuk sistem HACCP mencakup suatu program dan prosedur yang sudah harus tersedia didalam industri pangan, termasuk program penerimaan bahan baku dan cara penyimpanannya, manajemen keluhan pelanggankonsumen, kemampuan telusur bahan ingredien yang digunakan hingga produk pangan dihasilkan serta program persetujuan untuk Supplier approved Supplier barang-barang yang masuk ke dalam perusahaan industri pangan Gombas dan Stevenson, 2000. Menurut Bernard dan Parkinson 1999, program persyaratan kelayakan dasar seperti rancangan HACCP HACCP Plan harus terdokumentasi dengan baik dalam Standard Operating Procedures SOP yang tertulis, dimengerti dan dihayati oleh setiap karyawan yang bekerja di industri pangan yang bersangkutan. Program persyaratan kelayakan dasar atau prerequisite programs ini jika diperlukan dapat ditinjaudikaji ulang dan direvisi kembali oleh setiap industri pangan guna menjamin bahwa program yang didisain dan direncanakan, diimplementasikan secara efektif sesuai dengan tujuan keamanan pangan yang hendak dicapai NACMCF, 1998. Program persyaratan kelayakan dasar terdiri dari dua bagian, yaitu cara produksi pangan yang baik CPPB atau good manufacturingpractice GMP dan standard prosedur operasional sanitasi atau SanitationStandard Operating Procedure SSOP. Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM di Indonesia 26 telah menerbitkan pedoman cara produksi pangan yang baik CPPB atau GMP. Pedoman penerapan GMP ini disusun berdasarkan pedoman umum higiene pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang pangan, terutama yang mengatur mengenai produksi pangan. Menurut Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Ditjen POM, 2011, tujuan penerapan GMP adalah menghasilkan produk akhir pangan yang bermutu, aman dikonsumsi dan sesuai dengan selera konsumen, baik domestik maupun internasional. Tujuan khusus penerapan GMP adalah : 1. Memberikan prinsip-prinsip dasar yang penting dalam produksi pangan yang dapat diterapkan sepanjang rantai pangan mulai dari produksi primer sampai konsumen akhir, untuk menjamin bahwa pangan yang diproduksi aman dan layak untuk dikonsumsi, 2. Mengarahkan industri agar dapat memenuhi berbagai persyaratan produksi, seperti persyaratan lokasi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, bahan, proses, mutu produk akhir, serta persyaratan penyimpanan dan distribusi 3. Mengarahkan pendekatan dan penerapan sistem HACCP sebagai suatu cara untuk meningkatkan keamanan pangan. Pedoman penerapan GMP ini berguna bagi pemerintah sebagai dasar untuk mendorong dan menganjurkan industri pangan untuk menerapkan cara produksi pangan yang baik dalam rangka sebagai berikut : 1. Melindungi konsumen dari penyakit atau kerugian yang diakibatkan oleh pangan yang tidak memenuhi persyaratan, 27 2. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa pangan yang dikonsumsi merupakan pangan yang layak, 3. Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan terhadap pangan yang diperdagangkan secara internasional, 4. Memberikan bahan acuan dalam program pendidikan kesehatan di bidang pangan kepada industri dan konsumen, sedangkan bagi industri pangan sebagai acuan dalam menerapkan praktek cara produksi pangan yang baik dalam rangka : a. Memproduksi dan menyediakan pangan yang aman dan layak bagi konsumen, b. Memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada masyarakat, misalnya dengan pelabelan dan pemberian petunjuk mengenai cara penyimpanan dan penyediaannya, sehingga masyarakat dapat melindungi pangan terhadap kemungkinan terjadinya kontaminasi dan kerusakan pangan, yaitu dengan cara penyimpanan, penanganan dan penyiapan yang baik, c. Mempertahankan atau meningkatkan kepercayaan dunia internasional terhadap pangan yang diproduksinya Ditjen POM, 2011. Berdasarkan literatur dapat disimpulkan beberapa kriteria Supplier yang ideal mengacu pada penerapan GMP dan HACCP dalam industri pengolahan pangan adalah sebagai berikut : 1. Pengetahuan Supplier mengenai isu keamanan pangan 28 2. Perusahaan Supplier telah menerapkan GMP dan HACCP didukung dengan memiliki sertifikat dari lembaga sertifikasi standar internasional di Indonesia 3. Memiliki data kandungan bahan kimia untuk produk-produk tertentu 4. Memiliki sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga P-IRT dari Dinas Kesehatan setempat untuk produk-produk tertentu 5. Kelengkapan dokumen sertifikasi halal dan layak edar 6. Jaminan kualitas 7. Kesesuaian spesifikasi bahan Dilihat dari sudut pandang manajerial, sekumpulan kriteria seleksi Supplier perlu diidentifikasi dari berbagai industri. Terkait hal tersebut, banyak peneliti mengkaji dan membahas tentang kriteria yang dipertimbangkan dalam seleksi dan evaluasi Supplier di berbagai industri Cheng et al. 2009. Salah satunya penelitian Eka 2011 meringkaskan kriteria Supplier yang digunakan oleh PT. Nippon Indosari Corpindo, sebuah industri bakery sebagai berikut :

1. Kehalalan

a. Dokumen pendukung lengkap b. Audit lapangan c. Sertifikasi kehalalan internasional yang diakui oleh LPPOM MUI

2. Kualitas

a. Kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan b. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten c. Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan bebas bakteri 29

3. Harga

a. Kesesuaian harga b. Kemampuan memberikan diskon c. Mekanisme pembayaran yang mudah

4. Ketersediaan Barang

a. Kemampuan memenuhi pesanan b. Persediaan untuk pesanan mendadak

5. Reputasi Supplier

a. Perusahaan Supplier dan produknya telah banyak dikenal b. Dipercaya oleh perusahaan

6. Waktu Pengiriman

a. Kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu b. Lead time pengiriman singkat c. Kemampuan menangani masalah sistem transportasi Seleksi Supplier merupakan keputusan yang sulit karena berbagai macam kriteria harus dipertimbangkan dalam proses pembuatan keputusannya. Analisis mengenai kriteria untuk memilih dan mengukur kinerja Supplier telah menjadi fokus perhatian banyak ilmuwan dan praktisi pengadaan sejak 1960-an. Vincent Gasperz 2012 dalam bukunya “All-In-One Practical Management Excellence” merancang sebuah formulir seleksi dan evaluasi Supplier untuk diterapkan pada beberapa perusahaan industri di Indonesia sebagai penggunaan analisis seleksi dan evaluasi Supplier pada Tabel 4. 30 Tabel 4. Formulir Seleksi dan Evaluasi Supplier Vincent Gaspersz 2012 No Kriteria Seleksi dan Evaluasi Supplier 5 4 3 2 1

A. Keadaan Umum Supplier

1 Ukuran danatau kapasitas produksi 2 Kondisi financial 3 Kondisi operasional 4 Fasilitas riset dan desain 5 Lokasi geografis 6 Hubungan kerja antar karyawan 7 Hubungan dagang antar industri 8 Dan lain-lain

B. Keadaan Pelayanan

1 Waktu penyerahan material 2 Kondisi kedatangan material 3 Mengikuti instruksipermintaan pembeli 4 Kuantitas pesanan yang ditolak 5 Penanganan keluhan dari pembeli 6 Bantuan teknik yang diberikan 7 Bantuan dalam keadaan darurat 8 Informasi material yang diberikan 9 Informasi harga yang diberikan 10 Dan lain-lain

C. Keadaan Material

1 Kualitas material 2 Harga material 3 Keseragamanuniformitas dari material 4 Jaminan yang diberikan oleh Supplier 5 Keadaan pengepakanpembungkusan 6 Dan lain-lain Sumber : Vincent Gaspersz 2012 Keterangan : Makna Skala : 5 : Sangat Baik, 4 : Baik, 3 : Cukup, 2 : Kurang, 1 : Sangat Kurang Data kriteria Supplier pada PT. AR diidentifikasi sebelum melakukan penilaian kepentingan kriteria Supplier oleh para responden ahlipakar. Kriteria Supplier yang digunakan oleh PT. AR yaitu harga, kualitas, status kehalalan produk dan waktu pengiriman. Kriteria tersebut dikombinasikan dengan kriteria yang digunakan dalam literature mengenai seleksi dan evaluasi Supplier yaitu kombinasi dari kriteria Supplier yang ideal mengacu pada GMP dan HACCP, 31 kriteria Supplier untuk industri bakery yang diadaptasi dari PT. Nippon Indosari Corpindo dan formulir kriteria seleksi dan evaluasi Supplier yang telah dirancang oleh Vincent Gasperz 2012, terdapat 21 kriteria yang akan dinilai kepentingannya oleh pakar dengan skor rentang bobot yaitu 1 tidak penting, 2 penting dan 3 sangat penting.

2.9 Metode Pengambilan Keputusan pada Seleksi Supplier