1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat
tertentu sektor perikanan merupakan sektor unggulan dan dijadikan sebagai arus utama pembangunan nasional Dahuri 2003, tetapi pada saat yang lain
diposisikan sebagai sektor pinggiran peripheral sector Kusumastanto 2002 dan 2003, dan memiliki implikasi bukan merupakan sektor unggulan Fauzi 2005, di
mana pada era pasar bebas dan globalisasi tantangan dan persaingan dengan berbagai bentuk permasalahan tersebut semakin komplek. Ditandai dengan
perubahan lingkungan yang cepat dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat, menuntut kepekaan sektor perikanan untuk merespon
perubahan, sehingga mampu menghadapi persaingan. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, akan berdampak pada
kebijakan pemerintah, antara lain pemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah yang terhitung sejak 1 Januari 2000 dengan didasarkan pada keluarnya
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan disempurnakan dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004, tentang otonomi daerah yang sebelumnya hal tersebut
belum terjadi. Wacana otonomi daerah mengemuka dengan berbagai dilema baru yang perlu pula memperoleh solusi baru, yang sejalan dengan
perkembangan politik dalam era reformasi serta sekaligus sebagai pelaksanaan terhadap UUD 45 yang didalamnya disebutkan bahwa sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Salah satu bagian dari kebijakan pemberian otonomi daerah tersebut adalah adanya pemberian
kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menentukan arah kebijakan pembangunan daerah, yang diharapkan akan mempengaruhi target-target
pembangunan secara nasional, seperti antara lain : penciptaan lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan, peningkatan daya saing dan pertumbuhan sektor-
sektor primer dan sekunder. Pemberian kewenangan kepada daerah tersebut juga memiliki potensi dalam pengelolaan sumberdaya yang ada, baik
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang akan menjadikan suatu daerah menjadi lebih efisien dan mampu menciptakan nilai tambah yang lebih
tinggi, yang semua itu akan berujung pada peningkatan kinerja perusahaan,
2
kinerja sektor, bahkan kinerja pemerintah daerah. Dengan meningkatnya kinerja tersebut, akan berdampak luas pada masyarakat dengan semakin meningkatnya
tujuan pembangunan, antara lain; tujuan secara ekonomi, sosial, ekologi dan eksternalitas.
Perubahan di tingkat global tersebut salah satunya disebabkan adanya tekanan ekonomi baik internal maupun eksternal seperti saat ini krisis ekonomi
glabal yang terjadi di Amerika Serikat, dengan ambruknya perbankan dan pembiayaan investasi lainnya, tekanan informasi, dan tekanan isu lingkungan
hidup, tekanan isu hak asasi manusia, yang berimbas semakin berkurangnya ekspor ke negara-negara tersebut, akan mendorong suatu sektor untuk dapat
meningkatkan kinerja sektor dan perannya baik dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut akan menuntut peran sumber daya manusia untuk
dapat mengadopsi perubahan yang terjadi, seperti dengan lebih meningkatkan skill dan knowledge, sehingga akan menciptakan daya saing yang tinggi melalui
produk yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Sumberdaya manusia yang ada harus selalu dikembangkan secara kontinyu guna meningkatkan kemampuan
sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan yang terjadi. Perubahan lingkungan ini akan berdampak pada perubahan kebijakan
secara nasional, yang secara simultan akan berdampak terhadap pembangunan di daerah dan pembangunan sektor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
kinerja pembangunan di daerah. Kinerja pembangunan di daerah merupakan refleksi dari kumpulan kinerja-kinerja sektor dalam perekonomian yang
membangun fondasi perekonomian daerah. Sektor-sektor yang menopang suatu perekonomian dan pembangunan
daerah yang ada selama ini antara lain sektor tanaman bahan makanan, sektor tanaman perkebunan, sektor peternakan, sektor kehutanan, sektor perikanan,
sektor pertambangan dan bahan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan transportasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Ke-13 sektor tersebut merupakan perincian
lapangan usaha dalam struktur Produk Domestik Regional Bruto PDRB pada suatu daerah. Keberadaan sektor- sektor ini menjadi penting, antar lain untuk
mengetahui sejauh mana peran masing-masing sektor pada perekonomian daerah seperti distribusi input, output, struktur ekspor-impor, keterkaitan antar
3
sektor dan dampak pengganda. Dengan diketahuinya peran suatu sektor, akan dapat menentukan arah kebijakan sektor tersebut dalam pembangunan daerah.
Salah satu kebijakan pembangunan sektor adalah pada sektor perikanan dan kelautan Jawa Tengah yang diarahkan untuk keseimbangan pembangunan
perikanan dan kelautan di daerah pengembangan perikanan pantai utara Pantura dan pantai selatan Pansela, yang ditekankan pada : 1 Peningkatan
produksi melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan, baik sumberdaya pulih, maupun sumberdaya tidak pulih untuk menunjang
pembangunan ekonomi nasional, melalui: peningkatan sarana dan prasarana aparatur serta kualitas sumberdaya manusia dalam memanfaatkan sumberdaya
perikanan dan kelautan; pengembangan penangkapan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di laut dan perairan pedalaman; pengembangan kawasan
budidaya laut, payau, dan air tawar yang menerapkan sistem usaha yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan; pemberdayaan pembudidaya ikan
dan nelayan dalam meningkatkan produktivitas usaha disertai peningkatan kelembagaan pendukungnya; peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil, terutama kelompok masyarakat yang mata pencahariannya berhubungan langsung dengan pemanfaatan
sumberdaya alam; 2 Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang belum termanfaatkan secara optimal, melalui: Peningkatan
kapasitas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan; peningkatan penyediaan pangan dan konsumsi masyarakat terhadap sumber protein ikan dan
bahan baku industri di dalam negeri serta ekspor. Salah satu bagian pengembangan pada sektor perikanan adalah usaha
perikanan tangkap dan industri perikanan, bagaimana perannya dalam pembangunan Jateng, seperti distribusi input, output, struktur ekspor-impor,
keterkaitan antar sektor dan dampak pengganda. Bagaimana kebijakan pemerintah pada sektor perikanan Jawa Tengah, yaitu kebijakan pusat dan
daerah dengan skala kebijakan mikro, meso, dan makro, memiliki hubungan yang terkait dengan lingkungan usaha perikanan, kinerja, akan memiliki
pengaruh dalam peningkatan tujuan pembangunan perikanan. Analisis peranan sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah,
dengan menerapkan model Input Output IO. Model input output ini didasarkan pada Tabel Input Output IO, yaitu suatu perangkat data atau tabel transaksi
yang komprehensif, konsisten dan terinci yang menggambarkan hubungan
4
supply dan demand antar berbagai sektor dalam suatu wilayah perekonomian baik negara, wilayah maupun daerah yang lebih kecil Arief 1993; BPS 1995;
Nazara 1997; Arsyad 1999; Mangiri 2000. Dengan digunakan Tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2007 hasil up dating sebagai basis analisis,
diharapkan dapat memberikan gambaran aktivitas perekonomian Jawa Tengah secara menyeluruh, serta hubungan antara satu sektor dengan sektor yang lain
dapat tertangkap. Secara umum Tabel Input Output ini dapat digunakan sebagai kerangka
data yang dapat menjelaskan berbagai hubungan kuantitatif antara lain : 1. Kinerja pembangunan ekonomi negara dalam bentuk Produk Domestik Bruto
atau Produk Domestik Regional Bruto untuk kinerja perekonomian daerah, konsumsi masyarakat, tabungan dan keperluan input sektor produksi dan
output yang dihasilkan termasuk perdagangan internasionalnya. 2. Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci
menurut faktor produksinya. Didalamnya termasuk distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah tangga
modifikasi Tabel IO dari Miyazawa yang digolongkan menjadi pendapatan golongan rendah, menengah dan atas pada kuadran I atau transaksi antara
Sonis dan Hewing 2003 , dan 3. Pola pengeluaran rumah tangga per sektor perekonomian.
Sebagai bagian dari sistem neraca nasional atau regional, maka tabel IO mempunyai keterkaitan dengan perangkat data ekonomi makro lainnya seperti
Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Data PDRB menunjukkan nilai tambah atau pendapatan yang diciptakan oleh berbagai unit sektor ekonomi produksi
atau dikenal sebagai lapangan usaha. Pada akhirnya sebagian besar dari nilai tambah tersebut akan menjadi sumber pendapatan masyarakat, baik rumah
tangga, pemerintah maupun unit usaha itu sendiri. Selain itu pada sisi yang berbeda data PDRB menurut penggunaan atau pengeluaran mampu
menjelaskan tentang struktur konsumsi akhir rumah tangga secara agregat total, konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga, konsumsi akhir
pemerintah, pembentukan modal tetap investasi fisik serta ekspor dan impor. Ukuran nonpendapatan yang saat ini tergolong baru adalah Indeks
Pembangunan Manusia IPM. Ada 3 komponen pokok yang dipakai untuk mengukur besarnya angka IPM, yaitu 1 angka harapan hidup, 2 angka melek
5
huruf dan rata-rata lama sekolah, dan 3 angka pengeluaran perkapita atau daya beli masyarakat.
Dalam sistem dunia nyata, dengan aktivitas ekonomi yang begitu luas dan saling kait mengkait, pengukuran peranan sektor pada suatu perekonomian
harus didukung oleh instrumen pengukuran dan analisis yang bersifat menyeluruh, dan model IO mampu menjawab hal tersebut. Sementara itu model
IO modifikasi dari Miyazawa untuk mengukur aspek distribusi kesejahteraan, yang selama ini belum mampu dianalisis dari tabel IO yang ada. Penelitian ini
akan mencoba menggunakan tabel modifikasi dari Miyazawa dengan dasar tabel IO Jawa Tengah tahun 2007 yang merupakan hasil up dating, untuk
menganalisis peranan sektor perikanan dari aspek pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan pada perekonomian Jawa
Tengah. Selain analisis dilakukan terhadap peranan sektor perikanan dalam
perekonomian Jawa Tengah, maka perlu diketahui bagaimana hubungan antara faktor lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah, tujuan pembangunan
perikanan dalam meningkatkan kinerja sektor perikanan dan diperlukan juga faktor dominan apa yang paling berpengaruh peningkatan kinerja sektor
perikanan tersebut dalam pembangunan sektor perikanan di Jawa Tengah. Oleh karena itu perlu adanya suatu kajian yang menyangkut peranan dan kinerja
sektor perikanan di Jawa Tengah, diharapkan dengan kajian tersebut kita dapat mengetahui peranan sektor perikanan pada perekonomian dan bagaimana
hubungan yang rumit antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap, kinerja
industri pengolahan, dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, dapat mengetahui faktor yang dominan, sehingga ke depan dapat ditentukan skala
prioritas dalam pembangunan perikanan di Jawa Tengah.
1.2 Perumusan Masalah