Peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah .1 Struktur perekonomian

85 secara cukup memadai jumlah rekruitmen pada masa mendatang. Keadaan ini dikenal dengan istilah “fekunditas”, suatu jenis ikan dimana ikan betinanya mampu menghasilkan berjuta-juta telur yang siap dipijahkan dan jika hidup survive cukup memadai, maka ‘recruitment overfishing’ biasanya tidak dapat dideteksi secara jelas. 4.1.3 Peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah 4.1.3.1 Struktur perekonomian Hasil yang didapatkan dari tabel input output transaksi domestik atas dasar harga produsen Jawa Tengah tahun 2007 dari hasil updating Lampiran 2 menunjukkan bahwa; total output maupun input secara keseluruhan sebesar Rp. 648 541,23 milyar naik 61,76 dari tahun 2004. Dari total input sebesar Rp. 648 541,23 milyar dialokasikan antara lain untuk memenuhi input antara sebesar Rp. 344 767,74 milyar 53,16, dan input primer sebesar Rp. 303 773,50 milyar 46,85. Dari total input tersebut, sektor perikanan mempunyai kontribusi sebesar Rp. 3 529,41 milyar 0,54, dengan distribusi pada permintaan antara sebesar Rp. 1 389,35 milyar 0,4, dan input primer sebesar Rp 2 140,06 milyar 0,7, dengan demikian secara keseluruhan sektor perikanan tersebut input yang digunakan oleh seluruh sektor sebesar Rp. 2 456 ,46 milyar. Sedangkan dari total output sebesar Rp. 648 541,23 milyar dialokasikan antara lain untuk memenuhi permintaan akhir sebesar Rp. 303 773,50 milyar 46,85, dan permintaan antara sebesar Rp. 344 767,74 milyar 53,16. Dari total output tersebut, sektor perikanan mempunyai kontribusi sebesar Rp. 3 529,41 milyar 0,54, dengan distribusi pada permintaan antara sebesar Rp. 1 517,54 milyar 0,44 dan permintaan akhir sebesar Rp 2 011,87 milyar 0,66, dengan demikian secara keseluruhan sektor perikanan tersebut yang outputnya digunakan sebagai input oleh seluruh sektor sebesar Rp. 3 529,41 milyar. Output tersebut dikategorikan masih rendah, sehingga jika secara ekonomi kontribusi sektor perikanan kecil.

4.1.3.2 Analisis keterkaitan

Secara umum sektor perikanan mempunyai nilai keterikatan ke belakang lebih besar dibandingkan dengan ke depan. Sektor perikanan mempunyai nilai keterkaitan ke depan sebesar 1,0214 dan menempati peringkat 15 dari 19 sektor. Dari nilai keterkaitan output ke depan sektor perikanan sebesar 86 1,0214, bahwa pada setiap satu satuan nilai output sektor 1,0214 akan dialokasikan kepada sektor-sektor lainnya maupun pada sektor perikanan itu sendiri sebesar 1,0214 satuan atau dengan kata lain setiap ada peningkatan dalam permintaan akhir sebesar seribu rupiah, maka akan terjadi peningkatan pada permintaan output baik terhadap sektor perikanan itu sendiri maupun terhadap perekonomian secara keseluruhan sebesar Rp 1,0214. Tabel 15 Keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang perekonomian Jawa Tengah, tahun 2007 Keterkaitan ke Depan Keterkaitan Ke Belakang Sektor Nilai Rank Nilai Rank Padi 1,0535 9 1,0496 13 Tanaman Bahan Makanan 1,0354 13 1,0550 10 Tanaman Pertanian lainnya 1,0103 18 1,0260 14 Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,0239 14 1,1849 2 Kehutanan 1,0123 17 1,2009 1 Perikanan 1,0214 15 1,1401 5 Pertambangan dan Penggalian 1,0530 10 1,0113 16 Industri Makanan, Minuman Tembakau 1,2776 1 1,0521 11 Industri lainnya 1,1917 3 1,0245 15 Industri Penggilingan Minyak 1,1285 4 1,0088 18 Listrik, Gas dan Air Minum 1,0469 11 1,0111 17 Bangunan 1,1203 5 1,0674 9 Perdagangan 1,1969 2 1,1833 3 Restoran dan Hotel 1,1135 6 1,1202 6 Pengangkutan dan Komunikasi 1,1074 7 1,0973 7 Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 1,0619 8 1,1467 4 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 1,0187 16 1,0826 8 Jasa-Jasa 1,0408 12 1,0520 12 Kegiatan yang Tidak Jelas Batasannya 0,0000 19 0,0000 19 Sumber: Tabel IO Jawa Tengah hasil up dating, tahun 2007 Sektor perikanan mempunyai nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 1,1401, dan menempati peringkat ke-5. Hal ini menunjukkan, jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor perikanan, maka sektor ini akan membutuhkan input tambahan untuk proses produksi dari sektor lainnya pada perekonomian Jawa Tengah, termasuk sektor perikanan sendiri sebesar 1,1401 satuan secara langsung. 87 Dari hasil analisis keterkaitan langsung baik ke depan maupun ke belakang sektor perikanan menunjukkan nilai yang masih kecil dibandingkan dengan sektor yang lain, hal ini karena nilai input maupun output sektor perikanan masih kecil, akan tetapi sektor perikanan berpotensi untuk dikembangkan. Penyebab lain kecilnya nilai keterkaitan tersebut adalah sub sektor yang masuk dalam sektor perikanan masih terbatas pada sektor primer seperti penangkapan dan budidaya, sedangkan sektor sekunder dan tersier belum masuk dalam kategori sektor perikanan seperti, pada sektor industri makanan dan minuman, sektor perbaikan kapal, dan sektor perdagangan. Untuk mengetahui kemana distribusi dari nilai keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah digunakan perhitungan distribusi multiplier keterkaitan Tabel 16. Pada analisis keterkaitan ke depan sektor perikanan terhadap masing-masing sektor pada perekonomian Jawa Tengah berdasarkan klasifikasi 19 sektor, memperlihatkan dari nilai keterkaitan ke depan sektor perikanan sebesar 1,0214 akan dialokasikan pada seluruh sektor perekonomian termasuk sektor perikanan sebanyak 13 sektor, dimana sektor yang memiliki nilai keterkaitan terbesar terjadi pada sektor perikanan sebesar 1,0087 98,76, sektor kehutanan sebesar 0,0066 0,64 dan sektor restoran sebesar 0,0025 0,24, nilai tersebut mengandung arti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor perikanan sebesar satu satuan, maka kenaikan output sektor perikanan yang dialokasikan pada sektor perikanan sendiri secara langsung sebesar 1,0087 satuan, untuk sektor kehutanan sebesar 0,0066 satuan dan untuk sektor hotel dan restoran sebesar 0,0025 satuan, demikian juga nilai-nilai untuk sektor-sektor yang lain. Dengan demikian, sektor yang mempunyai kemampuan untuk menampung hasil produksi dari hasil sektor perikanan, seperti ikan laut adalah sektor perikanan, sektor kehutanan dan sektor industri hotel dan restoran. Sedangkan pada nilai keterkaitan ke belakang sektor perikanan sebesar 1,1401 terhadap sektor perekonomian Jawa Tengah, tiga sektor yang mempunyai nilai keterkaitan tertinggi jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor perikanan, maka sektor perikanan tersebut membutuhkan input tambahan untuk proses produksi antara lain dari sektor perikanan sendiri sebesar nilai keterkaitan tertinggi antara lain: sektor perikanan sendiri sebesar 1,0087 satuan 88,47, ke sektor industri 88 makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,0513 4,50, dan sektor industri penggilingan minyak sebesar 0,0277 2,43, demikian juga untuk sektor yang lain Tabel 16 Distribusi multiplier keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, tahun 2007 Keterkaitan ke Depan Keterkaitan Ke Belakang Sektor Nilai Nilai Padi 0,0016 0,16 0,0013 0,12 Tanaman Bahan Makanan 0,0001 0,01 0,0006 0,06 Tanaman Pertanian lainnya 0,0004 0,04 0,0003 0,02 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,0002 0,02 0,0009 0,08 Kehutanan 0,0066 0,64 0,0002 0,01 Perikanan 1,0087 98,76 1,0087 88,47 Pertambangan dan Penggalian 0,0000 0,00 0,0005 0,04 Industri Makanan, Minuman Tembakau 0,0006 0,06 0,0513 4,50 Industri lainnya 0,0000 0,00 0,0106 0,93 Industri Penggilingan Minyak 0,0000 0,00 0,0277 2,43 Listrik, Gas dan Air Minum 0,0000 0,00 0,0007 0,07 Bangunan 0,0000 0,00 0,0011 0,10 Perdagangan 0,0001 0,01 0,0232 2,04 Restoran dan Hotel 0,0025 0,24 0,0047 0,42 Pengangkutan dan Komunikasi 0,0001 0,01 0,0058 0,51 Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 0,0001 0,01 0,0018 0,16 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 0,0003 0,03 0,0002 0,02 Jasa-Jasa 0,0001 0,01 0,0004 0,04 Kegiatan yang Tidak Jelas Batasannya 0,0000 0,00 0,0000 0,00 Own Multiplier 1,0087 98,76 1,0087 88,47 Other Linkage Multiplier 0,0127 1,24 0,1315 11,53 Total Multiplier 1,0214 100,00 1,1401 100,00 Sumber: Tabel IO Jawa Tengah hasil up dating, tahun 2007

4.1.1.3 Analisis dampak pengganda

Analisis dampak pengganda multiplier effect, digunakan untuk mengetahui perubahan permintaan akhir terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja. Menurut Muchdie 2002 dengan analisis pengganda ini lebih lengkap dibandingkan analisis keterkaitan, karena analisis keterkaitan hanya memperhatikan rangkaian pengaruh suatu sektor terhadap sektor lainnya, sedangkan analisis dampak pengganda multiplier effect mampu menelusuri rentetan pengaruh suatu sektor baik secara langsung, tidak 89 langsung, maupun terimbas, terhadap sektor lainnya pada perekonomian secara keseluruhan. Secara umum dari hasil analisis data didapatkan bahwa sektor perikanan pada nilai pengganda output, pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja memiliki nilai tipe I sama dengan tipe II. Melalui analisis IO, dapat dilihat pengaruh investasi terhadap semua sektor pada Tabel IO, terutama pada sektor perikanan. Untuk mengestimasi antara pertumbuhan total produksi total pengeluaran seluruh sektor produksi dengan investasi di sektor perikanan serta melihat peranan kegiatan perikanan terhadap perekonomian Jawa Tengah, digunakan Pengganda output Resosudarmo et.al 2002. Pengganda output tersebut adalah kenaikan nilai total produksi semua sektor perekonomian akibat kenaikan satu unit final demand suatu sektor. Tabel 17 Dampak pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja sektor pada perekonomian jawa tengah, tahun 2007 Output Pendapatan Tenaga kerja Sektor Type I Type II Type I Type II Type I Type II Padi 1,2215 1,2215 1,2363 1,2363 1,1613 1,1613 Tanaman Bahan Makanan 1,2341 1,2341 1,2418 1,2418 1,1298 1,1298 Tanaman Pertanian lainnya 1,3758 1,3758 1,2518 1,2518 1,1261 1,1261 Peternakan dan Hasil- hasilnya 2,2037 2,2037 1,7549 1,7549 1,2020 1,2020 Kehutanan 2,2907 2,2907 3,0610 3,0610 1,2968 1,2968 Perikanan 1,8552 1,8552 1,9067 1,9067 1,2204 1,2204 Pertambangan dan Penggalian 1,1526 1,1526 1,0635 1,0635 4,4694 4,4694 Industri Makanan,Minuman Tembakau 2,4997 2,4997 8,5971 8,5971 6,6811 6,6811 Industri lainnya 2,1450 2,1450 2,6993 2,6993 2,9229 2,9229 Industri Penggilingan Minyak 2,0555 2,0555 16,9355 16,9355 1,3052 1,3052 Listrik, Gas dan Air Minum 1,9756 1,9756 4,0253 4,0253 4,4443 4,4443 Bangunan 2,7196 2,7196 6,8820 6,8820 2,3879 2,3879 Perdagangan 1,8398 1,8398 1,8774 1,8774 1,2802 1,2802 Restoran dan Hotel 2,0975 2,0975 1,9282 1,9282 55,3585 55,3585 Pengangkutan dan Komunikasi 2,0273 2,0273 2,2176 2,2176 1,9844 1,9844 Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 2,0305 2,0305 3,9108 3,9108 3,7949 3,7949 Pemerintahan Umum dan Pertahanan 2,1078 2,1078 1,3520 1,3520 40,9639 40,9639 Jasa-Jasa 1,9629 1,9629 1,5000 1,5000 1,1407 1,1407 Kegiatan yang Tidak Jelas Batasannya 1,0000 1,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 Sumber: Tabel IO Jawa Tengah hasil up dating tahun 2007 Dari hasil analisis nilai pengganda output tipe I maupun tipe II sektor perikanan mempunyai nilai pengganda sebesar 1,8552 dan menempati 90 pada urutan ke-13 dari 19 sektor perekonomian Jawa Tengah, sehingga jika terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor perikanan sebesar satu rupiah baik dengan memasukkan atau tidak rumah tangga ke dalam model, maka output pada semua sektor pada perekonomian Jawa Tengah akan meningkat sebesar Rp 1,8552. Selanjutnya untuk melihat karakteristik sektor perikanan berdasarkan kontribusinya dalam meningkatkan nilai tambahnya, terutama pada pendapatan masyarakat, digunakan pengganda pendapatan rumah tangga. Pengganda pendapatan rumah tangga dari Tabel IO mengindikasikan dampak dari peningkatan permintaan sebesar satu unit dari sebuah sektor tertentu pada total pendapatan rumah tangga Resosudarmo et.al 2002. Dari hasil analisis nilai pendapatan tipe I maupun tipe II sektor perikanan sebesar 1,9067 dan menempati pada urutan ke-10 dari 19 sektor perekonomian Jawa Tengah, yang menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan pendapatan tenaga kerja yang bekerja di sektor perikanan baik dengan memasukkan rumah tangga dalam model maupun tidak, karena terjadinya kenaikan permintaan akhir di sektor perikanan sebesar satu satuan, akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di semua sektor masing-masing sebesar 1,9067 atau yang dibelanjakan ke semua sektor akan meningkat Rp. 1,9067 satuan secara langsung maupun tidak langsung. Dari hasil analisis nilai pengganda tenaga kerja sektor perikanan baik tipe I maupun tipe II sebesar 1,2204, maka jika terjadi peningkatan output di perikanan sebesar satu satuan baik dengan memasukkan rumah tangga dalam model maupun tidak, maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja bekerja semua sektor sebesar 1,2204 satuan baik langsung maupun tidak langsung. Masih kecilnya peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah yang ditunjukkan dengan nilai keterkaitan ke depan dan ke belakang maupun dampak pengganda multiplier effect. Kecilnya peranan tersebut, menurut Resosudarmo et. al. 2002, Kusumastanto 2002 dan 2003, dan Mudzakir 2006 salah satu penyebabnya adalah masih banyaknya potensi yang dapat dikategorikan merupakan bagian dari sektor perikanan dan kelautan yang masuk dan menjadi bagian dari sektor yang lain seperti di sektor pertambangan, industri maritim, pariwisata bahari, 91 angkutan laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan lampiran 1,2 dan 3. Dari Lampiran 1, 2 dan 3, tersebut sektor perikanan pada Tabel IO tahun 2007 sebagai hasil up dating dari Tabel IO tahun 2004, klasifikasi sektor perikanan hanya dari ikan laut dan hasil laut lainnya, ikan darat dan hasil perairan darat, dan jasa pertanian, sedangkan ada beberapa sektor seperti udang, Ikan kering dan ikan asin, Ikan olahan dan awetan, kapal dan jasa perbaikannya masuk dalam kelompok sektor industri maritime, jasa restoran, jalan, jembatan dan pelabuhan, tidak masuk dalam sektor perikanan. Dengan demikian, selama ini di Jawa Tengah, kontribusi sektor perikanan dalam PDRB dari tahun 2002 sampai 2007 hanya sebesar 1,22 sampai 1,42, menurut hasil simulasi dari Kusumastanto 2002 kontribuasi PDB tingkat nasional untuk data tahun 1995 sampai dengan 1998 pada sektor perikanan laut dan payau menjadi 6,47 sampai 20,35, Dengan kondisi ini, dengan mengacu pada pendapat untuk sektor perikanan di Jawa Tengah Kusumastanto 2002, kontribusi sektor perikanan akan meningkat 2 sampai 3 kali lipat, dari hasil sebelum sektor perikanan disagregasinya dari 19 sektor menjadi lebih terinci, seperti 38 sektor, 85 sektor bahkan 172 sektor perekonomian.

4.1.3.4 Proporsi dan distribusi perekonomian

Sebelum menguraikan lebih lanjut hasil analisis input output versi miyazawa terlebih dahulu harus diketahui hasil perhitungan proporsi pendapatan sektor pada perekonomian Jawa Tengah. Dari hasil perhitungan dari data Susenas tahun 2004 dan Tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2007 hasil up dating, didapatkan bahwa proporsi pendapatan pada kelompok pendapatan rendah, sedang, dan tinggi masing-masing sebesar 33,88, 37,97 dan 30,15 Lampiran 3. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa penyumbang terbesar dari pendapatan pada perekonomian Jawa Tengah adalah dari kelompok pendapatan rendah, akan tetapi jika kita hitung proporsi pendapatan per kapita justru kelompok pendapatan tinggi memiliki sumbangan yang lebih besar di bandingkan dengan kelompok pendapatan rendah, hal ini karena jumlah rumah tangga yang memiliki pendapatan tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah tangga pada kelompok pendapatan tinggi. 92

4.1.3.5 Keterkaitan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah

Sebelum menjabarkan bagaimana distribusi pendapatan, terlebih dahulu perlu dikaji keterkaitan antar sektor perikanan, kelompok pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi serta sektor-sektor lainnya yang terdapat dalam Tabel Input output Jawa Tengah tahun 2007 versi Miyazawa. Dengan adanya keterkaitan antar sektor ini akan membantu dalam menganalisis pengaruh pengembangan sektor perikanan terhadap perekonomian. 0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000 3,5000 4,0000 4,5000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Sektor Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Perekonomian Jawa Tengah Depan Belakang Gambar 10 Keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang perekonomian Jawa Tengah, hasil up dating tahun 2007 Sektor perikanan mempunyai nilai koefisien keterkaitan langsung ke depan sebesar 1,1664, maka pada setiap satu satuan nilai output sektor perikanan akan dialokasikan kepada sektor-sektor lainnya maupun pada sektor perikanan itu sendiri sebesar 1,1664 satuan atau dengan kata lain setiap ada peningkatan dalam permintaan akhir sebesar satu rupiah, maka akan terjadi peningkatan pada permintaan output baik terhadap sektor perikanan itu sendiri maupun terhadap sektor yang lain sebesar Rp 1,1664. Sedangkan nilai keterkaitan langsung ke belakang sebesar 0,8092, hal ini menunjukkan, jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor perikanan, maka sektor ini akan membutuhkan input tambahan untuk proses produksi dari sektor lainnya pada perekonomian 93 Jawa Tengah, termasuk sektor perikanan sendiri sebesar 0,8092 satuan secara langsung. 0,0000 0,5000 1,0000 1,5000 2,0000 2,5000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Sektor Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Perekonomian Jawa Tengah Depan Belakang Gambar 11 Keterkaitan output langsung dan tidak langsung pada perekonomian Jawa Tengah hasil up dating, tahun 2007 Nilai keterkaitan langsung sektor perikanan baik ke depan maupun ke belakang masih relatif kecil dibandingkan dengan sektor yang lain, sedangkan pada kelompok pendapatan rendah, sedang dan tinggi merupakan tiga sektor yang memiliki nilai keterkaitan ke depan dan ke belakang tinggi. Dari nilai keterkaitan sektor perikanan memiliki keterkaitan ke belakang lebih besar dari ke depan, hal ini menunjukkan bahwa orientasi pengembangan sektor perikanan lebih menyediakan input, dibandingkan output. Maka, hasil output dari kelompok pendapatan rendah, sedang dan tinggi lebih banyak digunakan sebagai input bagi sektor yang lain. Sektor perikanan mempunyai nilai koefisien keterkaitan ke depan 1,1919, maka setiap satu satuan nilai output sektor perikanan akan dialokasikan kepada sektor-sektor lainnya maupun pada sektor perikanan itu sendiri sebesar 1,1919 satuan. Sedangkan nilai keterkaitan tidak langsung ke belakang sektor perikanan sebesar 0,8552, maka jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor perikanan, maka sektor ini akan membutuhkan input tambahan untuk proses produksi dari sektor lainnya 94 secara pada perekonomian Jawa Tengah, termasuk sektor perikanan sendiri sebesar 0,8552 satuan secara tidak langsung. 94

4.2 Kondisi Umum Responden