Peranan dan kinerja sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah

(1)

PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

ABDUL KOHAR MUDZAKIR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi, Peranan dan Kinerja Sektor Perikanan pada Perekonomian Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing akademik dan belum diajukan dalam bentuk apapun melalui perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini

Bogor, Februari 2009

Abdul Kohar Mudzakir NIM C561040011


(3)

ABDUL KOHAR MUDZAKIR. Role and Performance of Fishery Sector to Central Java Economics. Under direction of MULYONO S. BASKORO, BUNASOR SANIM, SOEPANTO SOEMOKARYO, and SUGENG HARI WISUDO.

The objectives of the research are to analyze the role of fishery sector at Central Java economics, to analyze the influence between environment of fishery effort (LUP), central government policy (KEBIJ_PUS), local government policy (KEBIJ_DAE), performance of captured fishery effort (KUP_TANG), performance of processing industry (KI_PROS), and the development target of Central Java fisheries (TUJ_PEM_PI), and dominant factors. The analysis was carried out by using input output analysis (IO) from Central Java IO table 2007 up dating, on the basis of price to 19 sectors and processed with GRIMP Version 7.1 software. The complex relation among the variables of fishery effort environment, central government policy, local government policy, performance of capture fishery effort, performance of processing industry, and development target of Central Java fisheries were analyzed using structural equation modelling (SEM) with AMOS version 6 software. Data for SEM analysis were collected from 228 respondents to identity their opinions which were measured in scale number which have 1-5 likert scale. The role of fishery sector at Central Java economics is still minimum , which is posed from lowering related value forward and backward linkage and multiplier effect value of output, income and employment, so fishery sector were more influenced by other sector in forming of input and output which are yielded. The SEM full model equation of the SEM showed chi-square value (1128,994), probability (0,000), CMIN/df (1,634), GFI (0,805), AGFI (0,769), TLI (0,912) and RMSEA (0,053), at recommended value gyration, so the model have fit and can be accepted. Only six from the 15 hypothesis were rejected; these were the effect of KEBIJ_PUS to KI_PROS, the effect of KEBIJ_PUS to KEBIJ_DAE, the effect of KEBIJ_PUS on TUJ_PEM_PI, the effect of KEBIJ _DAE on TUJ_PEM_PI, and the effect of KUP_TANG on TUJ_PEM_PI, while influence of LUP on KUP_TANG, LUP on KI_PROS, LUP on TUJ_PEM_PI, KEBIJ_PUS on LUP, KEBIJ_PUS on KUP_TANG, KEBIJ_DAE on LUP, KEBIJ_DAE to KUP_TANG, KUP_TANG on KI_PROS, and the effect of KI_PROS on TUJ_PEM_PI were not significant. This finding indicate that central government policy was dominant factor in realizing efficacy of fishery development of Central Java with the policy component that is training and tuition which can be accessed.


(4)

Perekonomian Jawa Tengah. Dibimbing oleh MULYONO S. BASKORO, BUNASOR SANIM, SOEPANTO SOEMOKARYO, dan SUGENG H. WISUDO.

Perubahan orientasi pembangunan suatu negara dapat menyebabkan aspek lingkungan strategis (internal dan eksternal) mengalami perubahan antar lain terhadap kebijakan pemerintah (pusat maupun daerah), kinerja dan tujuan pembangunan. Penelitian ini bertujuan ; 1) menganalisis peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, 2) menganalisis keterkaitan hubungan dan faktor-faktor dominan antara lingkungan usaha perikanan (LUP), kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS), kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE), kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) dan kinerja industri pengolahan (KI_PROS) terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_Pi), dan 3) merumuskan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan pembangunan perikanan Jawa Tengah. Analisis dilakukan untuk menguji hipotesis: a) pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja usaha perikanan tangkap, b) pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja industri pengolahan, c) pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, d) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap lingkungan usaha perikanan, e) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja usaha perikanan tangkap, f) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja industri pengolahan, g) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kebijakan pemerintah daerah, h) pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, i) pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap lingkungan usaha perikanan, j) pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja usaha perikanan tangkap, k) pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja industri pengolahan, l) pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, m) pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap terhadap kinerja industri pengolahan, n) pengaruh kinerja industri pengolahan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, o) pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ada dua. Pertama analisis input output untuk mengetahui peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, dengan data yang digunakan merupakan data sekunder yang digunakan yaitu Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2007 atas dasar harga konsumen dengan 19 sektor hasil up dating tabel IO tahun 2004 yang selanjutnya diolah menjadi tabel IO versi IO Miyazawa, dengan bantuan piranti lunak Excel, GAMS, dan GRIMP Versi 7.1. Kedua, model persamaan struktural (Structural Equation Modelling (SEM)), dengan data yang digunakan merupakan data primer. Data primer tersebut dikumpulkan melalui survai secara langsung ke lapangan kepada responden pilihan yang berjumlah 228 responden, pada daerah pengembangan sektor perikanan Jawa Tengah yaitu: Kota Pekalongan, Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang. Penggunaan Model SEM ini untuk menganalisis keterkaitan hubungan dan faktor-faktor dominan antara lingkungan usaha perikanan (LUP), kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS), kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE), kinerja usaha perikanan tangkap (KEBIJ_DAE), kinerja industri pengolahan (KEBIJ_DAE) dan


(5)

Hasil analisis dengan pendekatan model input output (IO) menunjukkan bahwa peranan sektor perikanan masih rendah antara lain perananya terhadap perekonomian Jawa Tengah, yang ditunjukkan dari nilai input (0,61%) maupun output (0,61%) yang masih kecil. Analisis Keterkaitan (linkage), yaitu keterkaitan ke depan sektor perikanan sebesar 1,0214 (urutan ke-15) lebih kecil daripada ke belakang sebesar 1,1401 (urutan ke-5). Hal ini menunjukkan bahwa sektor perikanan lebih mampu menarik sektor hulu, dibandingkan sektor hilir atau lebih banyak menyediakan input untuk proses produksi sektor yang lain (yaitu: ke sektor industri makanan, minuman dan tembakau (4,50%), industri pengilangan minyak (2,43%), dan sektor perdagangan (2,04%), sedangkan untuk keterkaitan ke depan sektor perikanan lebih banyak digunakan untuk sektor perikanan sendiri yang ditunjukkan dengan nilai own multiplier sebesar 98,76%. Dari hasil perhitungan analisis dampak pengganda (multiplier effect) baik multiplier output (urutan ke-13), pendapatan (urutan ke-10), maupun tenaga kerja (urutan ke-10) masih pada urutan terbawah dari 19 sektor perekonomian. Dari kecilnya peranan sektor perikanan tersebut mengakibatkan sektor perikanan lebih banyak dipengaruhi oleh sektor yang lain dalam pembentukan input maupun output pada perekonomian Jawa tengah. Untuk perhitungan proporsi pendapatan dari tabel IO versi Miyazawa yang digunakan untuk mengetahui distribusi pendapatan, menunjukkan bahwa penyumbang terbesar dari distribusi pendapatan adalah dari kelompok pendapatan sedang (33,97%), rendah (35,88%), dan tinggi (30,15%).

Dari uji model Unidimensional dengan piranti lunak AMOS Versi 6 terhadap 6 variabel laten menunjukkan bahwa variabel telah fit, keenam variabel tersebut adalah lingkungan usaha perikanan (LUP), kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS), kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE), kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG), kinerja industri pengolahan (KI_PROS) dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI). Dengan

confirmatory factor analysis (CFA) maupun estimasi persamaan full model dengan membandingkan nilai criteria goodness of fit (chi-square=1128,994, Probabilitas =0,000, CMIN/df =1,634, GFI=0,805, AGFI=0,769, TLI=0,912 dan RMSEA=0,053) hasil yang diperoleh model telah fit, sehingga model tersebut dapat diterima. Pengujian terhadap 15 hipotesis, menunjukkan enam hipotesis signifikan yaitu pengaruh kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS) terhadap kinerja industri pengolahan (KI_PROS) (hipotesis 6), pengaruh kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS) terhadap kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE) (hipotesis 7), pengaruh kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS) terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI) (hipotesis 8), pengaruh kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE) terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI) (hipotesis 11), pengaruh kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE) terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI) (hipotesis 12) dan pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI) (hipotesis 15). Dengan diterimanya hipotesis tersebut menunjukkan bahwa hipotesis tersebut sesuai dengan hipotesis awal yang dibangun. Sedangkan sembilan hipotesis tidak signifikan yaitu pengaruh lingkungan usaha perikanan (LUP) terhadap kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) (hipotesis 1), pengaruh lingkungan


(6)

pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI) (hipotesis 3), pengaruh kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS) terhadap lingkungan usaha perikanan (LUP) (hipotesis 4), pengaruh kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS) terhadap kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) (hipotesis 5), pengaruh kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE) terhadap kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) (hipotesis 9), pengaruh kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE) terhadap kinerja industri pengolahan (KI_PROS) (hipotesis 10), pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) terhadap kinerja industri pengolahan (KI_PROS) (hipotesis 13), dan pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG) terhadap kinerja industri pengolahan (KI_PROS) (hipotesis 14). Hal ini membuktikan bahwa diantara ke-6 (enam) faktor laten lingkungan usaha perikanan (LUP), kebijakan pemerintah pusat (KEBIJ_PUS), kebijakan pemerintah daerah (KEBIJ_DAE), kinerja usaha perikanan tangkap (KUP_TANG), kinerja industri pengolahan (KI_PROS) dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah (TUJ_PEM_PI) akan saling berhubungan dan mempengaruhi secara positif atau negatif. Dengan demikian setiap perubahan yang semakin positif atau negatif dari salah satu faktor mempengaruhi kinerja faktor berikutnya dan besar kecilnya pengaruh tergantung dari besaran hasil nilai signifikansi yang dihasilkan.

Simulasi model merupakan simulasi dilakukan untuk mendapatkan pola hubungan yang optimal dari ke-enam variabel laten, simulasi ini dilakukan pada model konseptual awal, dimana variabel, dimensi dan indikator tidak mengalami perubahan, tetapi memiliki pola hubungan hipotesis yang hasilkan untuk simulasi dibalik dari awal model, yaitu simulasi 1 dengan membalik pola hubungan hipotesis 1, simulasi 2 dengan membalik pola hubungan hipotesis 13, dan simulasi 3 meupakan gabungan simulasi 1 dan simulasi 2. Dari ketiga simulasi model menunjukkan bahwa dari uji estimasi persamaan full model dengan membandingkan nilai hasil criteria goodness of fit (Chi-square, probability, CMIN/DF, GFI, AGFI, TLI dan RMSEA) dari ke-3 simulasi yang dilakukan menunjukkan ketiga simulasi model yang diperoleh model telah fit, sehingga dapat diterima. Sementara itu, dari hipotesis penelitian yang diuji penerimaan atau ditolaknya suatu hipotesis tidak mengalami perubahan dari model awalnya, akan tetapi pada simulasi model 3 untuk pengujian hipotesis 1, hipotesis 2 dan hipotesis 3 tidak muncul dari hasil pengolahan dengan AMOS versi 6.

Model tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk merumuskan strategi pembangunan perikanan daerah antara lain, dengan menambah variabel pembentuk faktor pada lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap, serta kinerja industri pengolahan, maupun menambah variabel laten yang membentuknya, seperti variabel laten kinerja budidaya maupun variabel-variabel yang lain serta bagaimana tujuan pembangunan akan dilakukan. Penambahan variabel laten maupun indikatornya tentu saja harus tetap didasarkan pada telaah pustaka yang cermat mengingat penelitian ini bersifat eksplorasi.


(7)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis tanpa bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(8)

PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

ABDUL KOHAR MUDZAKIR

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studi Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(9)

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr.Ir. Eko Sri Wiyono, M.Si Dr. Ir. H. Fedi M. Sondita, M.Sc

Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Lachmuddin Sya’rani Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc


(10)

Perekonomian Jawa Tengah Nama : Abdul Kohar Mudzakir

NIM : C561040011

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Bunasor Sanim, M.Sc.

Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. Soepanto Soemokaryo, MBA Dr. Ir. Sugeng H. Wisudo, M.Si.

Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 19 Februari 2009 Tanggal Lulus :


(11)

ii

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T karena hanya dengan limpahan Rahmad dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan disertasi ini dengan baik dan tepat waktu. Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan sektor unggulan dan dijadikan sebagai arus utama pembangunan nasional, tetapi pada saat yang lain diposisikan sebagai sektor pinggiran (peripheral sector), dan berimplikasi bukan merupakan sektor unggulan, di mana pada era pasar bebas dan globalisasi tantangan dan persaingan dengan berbagai bentuk permasalahan semakin komplek. Disertasi ini berjudul “Peranan dan Kinerja Sektor Perikanan pada Perekonomian Jawa Tengah.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada; Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc, Prof. Dr.Ir. Bunasor Sanim, MSc, Prof. Dr. Ir. Soepanto Soemokaryo MBA dan Dr. Ir. Sugeng H. Wisudo, M.Si, selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc, yang penuh dengan perhatian dan kesabaran mengarahkan penulis dalam perkuliahan, penyusunan disertasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan Perikanan, Dekan FPIK, dan Rektor Universitas Diponegoro, yang memberikan kesempatan penulis untuk menempuh S3 di Sekolah Pascasarjana IPB, Dirjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional yang telah menfasilitasi Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS) pada tahun 2004, dan beasiswa bantuan penulisan Disertasi Program Mitra Bahari-COREMAP T.A 2008. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, Ibu Hj. Muzayanah, dan Bapak Drs. H. Mudzakir Muhsin (Almarhum, 2006), Bp dan Ibu mertua, istri tercinta dr. Afiana Rohmani, dan kedua anak Muhammad Fikri Maulana Kofi dan Naila Ramadhani Kofi, dan Staf pengajar Laboratorium Sosek, PS PSP dan Jurusan Perikanan, FPIK, Undip.

Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih ada beberapa kekurangan, yang akan ditemui oleh pembaca. Harapan penulis disertasi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, dan atas kritikan yang membangun kami ucapkan terima kasih.

Bogor, Februari 2009 Abdul Kohar Mudzakir


(12)

iii

Penulis bernama Abdul Kohar Mudzakir, dilahirkan di Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, pada tanggal 22 Januari 1974, putra ke enam dari tujuh bersaudara dari pasangan Drs. H Mudzakir Muhsin (Almarhum, 2006) dan Hj Muzayanah. Pada tahun 1993 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui Jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), dan pada tahun 1998, penulis manamatkan jenjang S1. Selama kuliah penulis aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan, mulai dari tingkat Jurusan Perikanan sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Perikanan (HMJ) periode 1997/1998, tingkat fakultas, di Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan, di tingkat universitas pada Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) UNDIP, dan ditingkat nasional pada Himpunan Mahasiswa Perikanan se Indonesia (HIMAPIKANI).

Pada tahun 1999 penulis diterima sebagai dosen tetap di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Undip, dengan konsentrasi pada sosial ekonomi perikanan (sosek). Pada tahun 2000 penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dengan beasiswa dari Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN), Program Pascasarjana IPB dan lulus pada tahun 2003, dengan judul tesis “Dampak Pengembangan Sektor Perikanan terhadap Perekonomian Jawa Tengah”. Pada Agustus 2004 penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan studi ke Jenjang S3 pada Program Studi Teknologi Kelautan (TKL), dengan beasiswa BPPS. Selama menempuh jenjang S3 penulis telah mempresentasikan beberapa makalah hasil penelitian pada seminar nasional antara lain di Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan Universitas Brawijaya, Malang, serta menulis beberapa tulisan yang diterbitkan di jurnal ilmiah antara lain; Jurnal Dinamika Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Jurnal Penelitian Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya Malang, dan Buletin PSP, FPIK, IPB. Penulis telah menikah dengan dr. Afiana Rohmani pada tahun 2003 dan telah dikarunia dua orang anak, satu putra bernama Muhammad Fikri Maulana Kofi (4 tahun, 4 bulan) dan seorang putri Naila Ramadhani Kofi (4 bulan).


(13)

iv

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 10

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Model Input Output ... 12

2.1.1 Konsep model input output ... 13

2.1.2 Model dasar input output ... 13

2.1.3 Pengembangan model input output versi Miyazawa ... 18

2.1.4 Pemuktahiran matrik input-output dengan metode RAS ... 19

2.2 Model Persamaan Struktural ... 26

2.2.1 Spesifikasi model ... 27

2.2.2 Identifikasi ... 28

2.2.3 Matriks input ... 30

2.2.4 Estimasi model ... 31

2.2.5 Evaluasi model ... 31

2.3 Lingkungan Usaha ... 32

2.3.1 Lingkungan internal ... 34

2.3.2 Lingkungan industri ... 35

2.3.3 Lingkungan eksternal ... 38

2.4 Kebijakan Pemerintah ... 40

2.5 Kinerja ... 43

2.6 Tujuan Pembangunan Perikanan ... 45

2.7 Penelitian Terdahulu yang Terkait ... 47

3 METODOLOGI PENELITIAN ... 54

3.1 Kerangka Pemikiran ... 54

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 55

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 55

3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 56

3.5 Metode Analisis ... 57

3.5.1 Model input output ... 57

3.5.2 Model persamaan struktural ... 60

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1 Kondisi Umum Jawa Tengah ... 74

4.1.1 Perekonomian ... 74

4.1.2 Perikanan ... 76

4.1.3 Peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah .. 85

4.2 Kondisi Umum Responden ... 94

4.2.1 Karakteristik responden ... 94


(14)

v

confirmatory factor analysis (CFA) ... 133

4.3.2 Estimasi persamaan full model ... 184

4.4 Pengujian Hipotesis ... 193

4.5 Simulasi Model ... 199

4.5.1 Simulasi 1 ... 200

4.5.2 Simulasi 2 ... 202

4.5.3 Simulasi 3 ... 204

4.6 Pembahasan ... 208

4.6.1 Peranan sektor perikanan dalam pembangunan ekonomi ... 208

4.6.2 Faktor-faktor dalam pembangunan perikanan Jawa Tengah ... 214

5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 224

5.1 Kesimpulan ... 224

5.2 Saran ... 227

DAFTAR PUSTAKA ... 230

LAMPIRAN ... 238


(15)

vi

1 Kerangka dasar Tabel I-O untuk tiga sektor ... 15

2 Matriks-matriks structural equation model ... 30

3 Goodness of Fit Creation Index pada structural equation model.... 32

4 Distribusi responden berdasarkan lokasi penelitian ... 55

5 Variabel dan indikator penelitian pada analisis model persamaan struktural ... 64

6 Goodness of fit statistics ... 71

7 PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 1993 serta perkembangannya di Jawa Tengah, tahun 2001-2005 .... 75

8 Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, tahun 2002-2006 ... 76

9 Pendapatan per kapita Jawa Tengah, tahun 2002-2006 ... 76

10 Luas daerah dan potensi sumberdaya ikan di perairan utara dan selatan Jawa ... 77

11 Perkembangan jumlah rumah tangga perikanan (RTP) di kabupaten dan kota Provinsi Jawa Tengah, tahun 1999-2006 ... 79

12 Perkembangan jumlah perahu di kabupaten dan kota pada Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1999-2006 ... 80

13 Perkembangan jumlah unit penangkapan di kabupaten dan kota pada Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1998-2006 ... 81

14 Fluktuasi volume dan nilai produksi perikanan laut di Jawa Tengah, tahun 1998-2006 ... 84

15 Keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang perekonomian Jawa Tengah, tahun 2007 ... 86

16 Distribusi multiplier keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, tahun 2007 ... 88

17 Dampak pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja sektor pada perekonomian jawa tengah, tahun 2007 ... 89

18 Komposisi responden berdasarkan kisaran umur, tahun 2008 ... 95

19 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin, tahun 2008 ... 95

20 Komposisi responden berdasarkan status pernikahan, tahun 2008 ... 96

21 Komposisi responden berdasarkan jumlah responden, tahun 2008... 96

22 Komposisi responden berdasarkan pendidikan terakhir, tahun 2008 .... 97

23 Komposisi responden berdasarkan jenis pekerjaan, tahun 2008 ... 98

24 Komposisi responden berdasarkan lama bekerja, tahun 2008 ... 99

25 Komposisi responden berdasarkan pendapatan per Bulan, tahun 2002 99 26 Penentuan kategori skor berdasarkan skala jawaban responden pada skala likert ... 100


(16)

vii

28 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator penggunaan

teknologi tepat guna ... 102 29 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator modal kerja yang

cukup ... 102 30 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator budaya sebagai

nelayan dan pedagang yang dilestarikan ... 103 31 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator perijinan sesuai

potensi ... 103 32 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

logistik ... 104 33 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator penguasaan

akses ke pasar yang kompetitif ... 105 34 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tingkat suku

bunga yang murah ... 105 35 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kredit yang dapat di

akses ... 106 36 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator perijinan yang

cepat dan biaya yang murah ... 106 37 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pendidikan yang

dapat di akses dan bermutu ... 107 38 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator permodalan

dengan tingkat suku bunga yang murah dan dapat di akses... 108 39 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pelatihan dan

bimbingan yang dapat di akses ... 109 40 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

fasilitas sekolah yang memadai ... 109 41 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

fasilitas puskesmas yang memadai ... 110 42 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pelatihan dan

penyuluhan yang dapat di akses dan bermutu ... 111 43 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pelabuhan dan

tempat pelelangan ikan yang baik ... 111 44 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator proses perizinan

yang cepat dengan biaya yang wajar ... 112 45 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kelembagaan

koperasi, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berjalan dengan baik ... 113 46 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator teknologi yang

memberi nilai tambah ke prosesing ... 113 47 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pelatihan dan


(17)

viii

49 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

fasilitas sekolah yang memadai ... 115 50 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

fasilitas puskesmas yang memadai ... 116 51 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator laba dan rugi.. 117 52 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tingkat

pengembalian investasi ... 117 53 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator informasi

daerah penangkapan ikan ... 118 54 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator peningkatan

pendapatan anak buah kapal ... 118 55 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator ikut menciptakan

keamanan ... 119 56 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kebersihan

lingkungan ... 120 57 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tersedianya

sarana dan prasarana pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 120 58 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator ketersediaan es

atau garam ... 121 59 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator laba dan rugi ... 122 60 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator tingkat

pengembalian investasi ... 122 61 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator peningkatan

pendapatan pekerja ... 123 62 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator peningkatan

pendapatan pekerja ... 123 63 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator informasi

harga ikan ... 124 64 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator teknologi dan

nilai tambah ... 125 65 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator ketahanan

pangan ... 126 66 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator devisa ... 126 67 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pendapatan

daerah ... 127 68 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kenaikan

pendapatan masyarakat ... 127 69 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator penyerapan


(18)

ix

71 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator pemerataan

konsumsi ikan ... 129 72 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator kelestarian

lingkungan ... 130 73 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator plasma nutfah .. 130 74 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator menumbuhkan

bisnis yang lain ... 131 75 Rata-rata skor jawaban responden terhadap indikator menurunkan

eksternalitas negatif ... 131 76 Regression weights (loading factor) measurement model awal lingkungan

usaha perikanan ... 134 77 Modification index model awal lingkungan usaha perikanan ... 134 78 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 1

lingkungan usaha perikanan ... 136 79 Modification index model revisi 1 lingkungan usaha perikanan ... 136 80 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 2

lingkungan usaha perikanan ... 138 81 Modification index model revisi 2 lingkungan usaha perikanan ... 138 82 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 3

lingkungan usaha perikanan ... 139 83 Modification index model revisi 3 Lingkungan Usaha Perikanan... 140 84 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 4

lingkungan usaha perikanan ... 141 85 Modification index model revisi 4 lingkungan usaha perikanan ... 142 86 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 5

lingkungan usaha perikanan ... 143 87 Modification index model revisi 5 lingkungan usaha perikanan ... 144 88 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model lingkungan usaha

perikanan ... 145 89 Regression weights (loading factor) measurement model kebijakan

pemerintah pusat ... 146 90 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kebijakan pemerintah

pusat ... 147 91 Regression weights (loading factor) measurement model awal kebijakan

pemerintah daerah ... 149 92 Modification index model awal kebijakan pemerintah daerah ... 149 93 Regression weights (loading factor) measurement model revisi1

kebijakan pemerintah daerah ... 151 94 Modification index model revisi 1 kebijakan pemerintah daerah ... 151


(19)

x

96 Modification index model revisi 2 kebijakan pemerintah daerah ... 153 97 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 3

kebijakan pemerintah daerah ... 155 98 Modification index model revisi 3 kebijakan pemerintah daerah ... 155 99 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 4

kebijakan pemerintah daerah ... 156 100 Modification index model revisi 4 kebijakan pemerintah daerah ... 157 101 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 5

kebijakan pemerintah daerah ... 158 102 Modification index model revisi 5 kebijakan pemerintah daerah ... 159 103 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 6

kebijakan pemerintah daerah ... 160 104 Modification index model revisi 6 kebijakan pemerintah daerah ... 161 105 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 7

kebijakan pemerintah daerah ... 163 106 Modification index model revisi 7 kebijakan pemerintah daerah ... 163 107 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 8

kebijakan pemerintah daerah ... 164 108 Modification index model revisi 8 kebijakan pemerintah daerah ... 165 109 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kebijakan pemerintah

daerah ... 166 110 Regression weights (loading factor) measurement model awal kinerja

usaha perikanan tangkap ... 167 111 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 1

kinerja usaha perikanan tangkap ... 169 112 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kinerja usaha

perikanan tangkap ... 170 113 Regressionweights (loading factor) measurement model awal kinerja

industri pengolahan ... 170 114 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 1

kinerja industri pengolahan ... 172 115 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 2

kinerja industri pengolahan ... 173 116 Modification index model revisi 2 kinerja industri pengolahan ... 174 117 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kinerja industri

pengolahan ... 175 118 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model kinerja industri


(20)

xi

120 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 1

kinerja usaha perikanan tangkap ... 178

121 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 2 kinerja usaha perikanan tangkap ... 179

122 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 3 kinerja usaha perikanan tangkap ... 180

123 Regression weights (loading factor) measurement model revisi 4 tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah ... 182

124 Modification index model revisi 4 tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah ... 182

125 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah ... 183

126 Hasil uji analisis faktor konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis (CFA)) dari indikator yang membentuk suatu variabel laten pada full model . 185 127 Evaluasi model tiap variabel laten penelitian terhadap nilai reliabilitas dan variance extracted ... 186

128 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian full model awal penelitian .. 188

129 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian full model revisi 18 penelitian 189 130 Variabel indikator yang paling berpengaruh terhadap variabel laten pada penelitian ... 191

131 Hasil pengujian hipotesis penelitian ... 194

132 Pengujian pengaruh langsung dan tidak langsung ... 198

133 Pola hubungan dan tingkat penerimaan pada hipotesis penelitian ... 199

134 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model pada simulasi 1... 202

135 Hasil pengujian hipotesis penelitian pada simulasi model 1 ... 202

136 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model pada simulasi 2 ... 204

137 Hasil pengujian hipotesis penelitian pada simulasi model 2 ... 204

138 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model pada simulasi 3... 206

139 Hasil pengujian hipotesis penelitian pada simulasi model 3 ... 206

140 Pengaruh simulasi terhadap pola hubungan dan tingkat penerimaan pada hipotesis ... 207


(21)

xii

Halaman

1 Model sederhana Input-Output ... 14

2 Modifikasi agro based industry cluster (ABIC) (Porter 1990 dan Kotler 1997) ... 39

3 Strategi kebijakan pemerintah dalam mendukung industri perikanan (Porter.1990) ... 42

4 Kerangka pemikiran penelitian ... 54

5 Hubungan antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah, kinerja sektor perikanan dan tujuan pembangunan Jawa Tengah ... 61

6 Model path diagram tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah .. 63

7 Perkembangan jumlah nelayan perikanan laut di Jawa Tengah tahun 2001–2005... 78

8 Perkembangan volume produksi perikanan tangkap di pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah, tahun 1998-2006 ... 82

9 Perkembangan nilai produksi perikanan tangkap di pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah, tahun 1998-2006 ... 83

10 Keterkaitan output langsung ke depan dan ke belakang perekonomian Jawa Tengah, hasil up dating tahun 2007 ... 92

11 Keterkaitan output langsung dan tidak langsung sektor perikanan pada perekonomian jawa tengah, Tahun 2004 ... 93

12 Output path diagram model awal lingkungan usaha perikanan ... 133

13 Output path diagram model revisi 1 lingkungan usaha perikanan ... 135

14 Output path diagram model revisi 2 lingkungan usaha perikanan ... 137

15 Output path diagram model revisi 3 lingkungan usaha perikanan ... 139

16 Output path diagram model revisi 4 lingkungan usaha perikanan ... 141

17 Output path diagram model revisi 5 lingkungan usaha perikanan ... 142

18 Output path diagram model revisi 6 lingkungan usaha perikanan ... 144

19 Output path diagram model kebijakan pemerintah pusat ... 146

20 Output path diagram model awal kebijakan pemerintah daerah ... 148

21 Output path diagram model revisi 1 kebijakan pemerintah daerah ... 150

22 Output path diagram model revisi 2 kebijakan pemerintah daerah ... 152

23 Output path diagram model revisi 3 kebijakan pemerintah daerah ... 154

24 Output path diagram model revisi 4 kebijakan pemerintah daerah ... 156

25 Output path diagram model revisi 5 kebijakan pemerintah daerah ... 158

26 Modification index model revisi 6 kebijakan pemerintah daerah... 160


(22)

xiii

30 Output path diagram model awal kinerja usaha perikanan tangkap .. 168 31 Output path diagram model revisi 1 kinerja usaha perikanan tangkap 169 32 Output path diagram model awal kinerja industri pengolahan ... 171 33 Output path diagram model revisi 1 kinerja industri pengolahan ... 173 34 Output path diagram model revisi 2 kinerja industri pengolahan ... 174 35 Output path diagram model revisi 3 kinerja industri pengolahan ... 175 36 Output path diagram model awal tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 177 37 Output path diagram model revisi 1 tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 178 38 Output path diagram model revisi 2 tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 179 39 Output path diagram model revisi 3 tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 180 40 Output path diagram model revisi 4 tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 181 41 Output path diagram model revisi 5 tujuan pembangunan perikanan

Jawa Tengah ... 183 42 Output path diagram full model awal penelitian ... 187 43 Output path diagram full model revisi ke-18 penelitian ... 189 44 Output path diagram penelitian pada uji model simulasi 1 ... 201 45 Output path diagram penelitian pada uji model simulasi 2 ... 203 46 Output path diagram penelitian pada uji model simulasi 3 ... 205 47 Peranan sektor pertanian dalam perekonomian (Stringer 2001) ... 211


(23)

xiv

Halaman

1 Klasifikasi 19 Sektor, 38 Sektor, dan 85 Sektor Tabel Input Output

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2004 ... 239 2 Sektor kelautan dan perikanan dalam Tabel IO Indonesia 172x172... 243 3 Hasil penggabungan dan modifikasi untuk sektor-sektor yang

kemungkinan masuk dalam kelompok sektor kelautan dan perikanan dalam Tabel Input Output 172 sektor ... 244 4 Tabel transaksi domestik atas harga produsen klasifikasi 19 sektor

hasil up dating Tabel IO Jawa Tengah tahun 2007 ... 246 5 Hasil perhitungan proporsi pendapatan pada kelompok pendapatan

rendah, sedang dan tinggi pada perekonomian Jawa Tengah, hasil olahan dari Tabel Input Output Jawa Tengah Tahun 2004 dan data

Susenas tahun 2004 ... 250 6 Perkembangan jumlah produksi di kabupaten dan kota pada

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1998-2006 ... 251 7 Perkembangan nilai produksi di kabupaten dan kota pada

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1998-2006 ... 252 8 Kuisioner penelitian peranan dan kinerja sektor perikanan pada

perekonomian Jawa Tengah ... 253 9 Data primer dari hasil kuesioner yang disebarkan untuk menganalisis

model persamaan stuktural ... 259 10 Output path diagram full model dari revisi ke-1 sampai ke-18 ... 273 11 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model dari simulasi ke-1

sampai dengan ke-18 ... 291 12 Hasil perhitungan normalitas full model ... 292 13 Evaluasi outlier full model penelitian ... 293 14 Hasil analisis uji normalitas dengan tehnik bootstrap ... 295


(24)

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan sektor unggulan dan dijadikan sebagai arus utama pembangunan nasional (Dahuri 2003), tetapi pada saat yang lain diposisikan sebagai sektor pinggiran (peripheral sector) (Kusumastanto 2002 dan 2003), dan memiliki implikasi bukan merupakan sektor unggulan (Fauzi 2005), di mana pada era pasar bebas dan globalisasi tantangan dan persaingan dengan berbagai bentuk permasalahan tersebut semakin komplek. Ditandai dengan perubahan lingkungan yang cepat dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat, menuntut kepekaan sektor perikanan untuk merespon perubahan, sehingga mampu menghadapi persaingan.

Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, akan berdampak pada kebijakan pemerintah, antara lain pemberian otonomi yang lebih luas kepada daerah yang terhitung sejak 1 Januari 2000 dengan didasarkan pada keluarnya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan disempurnakan dengan Undang-undang No. 32 tahun 2004, tentang otonomi daerah yang sebelumnya hal tersebut belum terjadi. Wacana otonomi daerah mengemuka dengan berbagai dilema baru yang perlu pula memperoleh solusi baru, yang sejalan dengan perkembangan politik dalam era reformasi serta sekaligus sebagai pelaksanaan terhadap UUD 45 yang didalamnya disebutkan bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Salah satu bagian dari kebijakan pemberian otonomi daerah tersebut adalah adanya pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menentukan arah kebijakan pembangunan daerah, yang diharapkan akan mempengaruhi target-target pembangunan secara nasional, seperti antara lain : penciptaan lapangan kerja, penanggulangan kemiskinan, peningkatan daya saing dan pertumbuhan sektor-sektor primer dan sekunder. Pemberian kewenangan kepada daerah tersebut juga memiliki potensi dalam pengelolaan sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia yang akan menjadikan suatu daerah menjadi lebih efisien dan mampu menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi, yang semua itu akan berujung pada peningkatan kinerja perusahaan,


(25)

kinerja sektor, bahkan kinerja pemerintah daerah. Dengan meningkatnya kinerja tersebut, akan berdampak luas pada masyarakat dengan semakin meningkatnya tujuan pembangunan, antara lain; tujuan secara ekonomi, sosial, ekologi dan eksternalitas.

Perubahan di tingkat global tersebut salah satunya disebabkan adanya tekanan ekonomi baik internal maupun eksternal (seperti saat ini krisis ekonomi glabal yang terjadi di Amerika Serikat, dengan ambruknya perbankan dan pembiayaan investasi lainnya), tekanan informasi, dan tekanan isu lingkungan hidup, tekanan isu hak asasi manusia, yang berimbas semakin berkurangnya ekspor ke negara-negara tersebut, akan mendorong suatu sektor untuk dapat meningkatkan kinerja sektor dan perannya baik dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut akan menuntut peran sumber daya manusia untuk dapat mengadopsi perubahan yang terjadi, seperti dengan lebih meningkatkan

skill dan knowledge, sehingga akan menciptakan daya saing yang tinggi melalui produk yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Sumberdaya manusia yang ada harus selalu dikembangkan secara kontinyu guna meningkatkan kemampuan sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan yang terjadi.

Perubahan lingkungan ini akan berdampak pada perubahan kebijakan secara nasional, yang secara simultan akan berdampak terhadap pembangunan di daerah dan pembangunan sektor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja pembangunan di daerah. Kinerja pembangunan di daerah merupakan refleksi dari kumpulan kinerja-kinerja sektor dalam perekonomian yang membangun fondasi perekonomian daerah.

Sektor-sektor yang menopang suatu perekonomian dan pembangunan daerah yang ada selama ini antara lain sektor tanaman bahan makanan, sektor tanaman perkebunan, sektor peternakan, sektor kehutanan, sektor perikanan, sektor pertambangan dan bahan galian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan transportasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Ke-13 sektor tersebut merupakan perincian lapangan usaha dalam struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada suatu daerah. Keberadaan sektor- sektor ini menjadi penting, antar lain untuk mengetahui sejauh mana peran masing-masing sektor pada perekonomian daerah seperti distribusi input, output, struktur ekspor-impor, keterkaitan antar


(26)

sektor dan dampak pengganda. Dengan diketahuinya peran suatu sektor, akan dapat menentukan arah kebijakan sektor tersebut dalam pembangunan daerah.

Salah satu kebijakan pembangunan sektor adalah pada sektor perikanan dan kelautan Jawa Tengah yang diarahkan untuk keseimbangan pembangunan perikanan dan kelautan di daerah pengembangan perikanan pantai utara (Pantura) dan pantai selatan (Pansela), yang ditekankan pada : 1) Peningkatan produksi melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan, baik sumberdaya pulih, maupun sumberdaya tidak pulih untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional, melalui: peningkatan sarana dan prasarana aparatur serta kualitas sumberdaya manusia dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan dan kelautan; pengembangan penangkapan dan pengelolaan sumberdaya perikanan di laut dan perairan pedalaman; pengembangan kawasan budidaya laut, payau, dan air tawar yang menerapkan sistem usaha yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan; pemberdayaan pembudidaya ikan dan nelayan dalam meningkatkan produktivitas usaha disertai peningkatan kelembagaan pendukungnya; peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil, terutama kelompok masyarakat yang mata pencahariannya berhubungan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya alam; (2) Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang belum termanfaatkan secara optimal, melalui: Peningkatan kapasitas pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan; peningkatan penyediaan pangan dan konsumsi masyarakat terhadap sumber protein ikan dan bahan baku industri di dalam negeri serta ekspor.

Salah satu bagian pengembangan pada sektor perikanan adalah usaha perikanan tangkap dan industri perikanan, bagaimana perannya dalam pembangunan Jateng, seperti distribusi input, output, struktur ekspor-impor, keterkaitan antar sektor dan dampak pengganda. Bagaimana kebijakan pemerintah pada sektor perikanan Jawa Tengah, yaitu kebijakan pusat dan daerah dengan skala kebijakan mikro, meso, dan makro, memiliki hubungan yang terkait dengan lingkungan usaha perikanan, kinerja, akan memiliki pengaruh dalam peningkatan tujuan pembangunan perikanan.

Analisis peranan sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah, dengan menerapkan model Input Output (IO). Model input output ini didasarkan pada Tabel Input Output (IO), yaitu suatu perangkat data atau tabel transaksi yang komprehensif, konsisten dan terinci yang menggambarkan hubungan


(27)

supply dan demand antar berbagai sektor dalam suatu wilayah perekonomian baik negara, wilayah maupun daerah yang lebih kecil (Arief 1993; BPS 1995; Nazara 1997; Arsyad 1999; Mangiri 2000). Dengan digunakan Tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2007 hasil up dating sebagai basis analisis, diharapkan dapat memberikan gambaran aktivitas perekonomian Jawa Tengah secara menyeluruh, serta hubungan antara satu sektor dengan sektor yang lain dapat tertangkap.

Secara umum Tabel Input Output ini dapat digunakan sebagai kerangka data yang dapat menjelaskan berbagai hubungan kuantitatif antara lain :

1. Kinerja pembangunan ekonomi negara dalam bentuk Produk Domestik Bruto (atau Produk Domestik Regional Bruto untuk kinerja perekonomian daerah), konsumsi masyarakat, tabungan dan keperluan input sektor produksi dan output yang dihasilkan termasuk perdagangan internasionalnya.

2. Distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci menurut faktor produksinya. Didalamnya termasuk distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah tangga (modifikasi Tabel IO dari Miyazawa yang digolongkan menjadi pendapatan golongan rendah, menengah dan atas pada kuadran I atau transaksi antara (Sonis dan Hewing 2003 ), dan

3. Pola pengeluaran rumah tangga per sektor perekonomian.

Sebagai bagian dari sistem neraca nasional atau regional, maka tabel IO mempunyai keterkaitan dengan perangkat data ekonomi makro lainnya seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Data PDRB menunjukkan nilai tambah atau pendapatan yang diciptakan oleh berbagai unit (sektor) ekonomi produksi atau dikenal sebagai lapangan usaha. Pada akhirnya sebagian besar dari nilai tambah tersebut akan menjadi sumber pendapatan masyarakat, baik rumah tangga, pemerintah maupun unit usaha itu sendiri. Selain itu pada sisi yang berbeda data PDRB menurut penggunaan atau pengeluaran mampu menjelaskan tentang struktur konsumsi akhir rumah tangga secara agregat total, konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga, konsumsi akhir pemerintah, pembentukan modal tetap (investasi fisik) serta ekspor dan impor. Ukuran nonpendapatan yang saat ini tergolong baru adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Ada 3 komponen pokok yang dipakai untuk mengukur besarnya angka IPM, yaitu (1) angka harapan hidup, (2) angka melek


(28)

huruf dan rata-rata lama sekolah, dan (3) angka pengeluaran perkapita atau daya beli masyarakat.

Dalam sistem dunia nyata, dengan aktivitas ekonomi yang begitu luas dan saling kait mengkait, pengukuran peranan sektor pada suatu perekonomian harus didukung oleh instrumen pengukuran dan analisis yang bersifat menyeluruh, dan model IO mampu menjawab hal tersebut. Sementara itu model IO modifikasi dari Miyazawa untuk mengukur aspek distribusi kesejahteraan, yang selama ini belum mampu dianalisis dari tabel IO yang ada. Penelitian ini akan mencoba menggunakan tabel modifikasi dari Miyazawa dengan dasar tabel IO Jawa Tengah tahun 2007 yang merupakan hasil up dating, untuk menganalisis peranan sektor perikanan dari aspek pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan pada perekonomian Jawa Tengah.

Selain analisis dilakukan terhadap peranan sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah, maka perlu diketahui bagaimana hubungan antara faktor lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah, tujuan pembangunan perikanan dalam meningkatkan kinerja sektor perikanan dan diperlukan juga faktor dominan apa yang paling berpengaruh peningkatan kinerja sektor perikanan tersebut dalam pembangunan sektor perikanan di Jawa Tengah. Oleh karena itu perlu adanya suatu kajian yang menyangkut peranan dan kinerja sektor perikanan di Jawa Tengah, diharapkan dengan kajian tersebut kita dapat mengetahui peranan sektor perikanan pada perekonomian dan bagaimana hubungan yang rumit antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap, kinerja industri pengolahan, dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, dapat mengetahui faktor yang dominan, sehingga ke depan dapat ditentukan skala prioritas dalam pembangunan perikanan di Jawa Tengah.

1.2 Perumusan Masalah

Menurut Soemokaryo (2001) pembangunan perikanan disamping meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan devisa, maka peningkatan kesejahteraan bagi nelayan dan petani ikan haruslah menjadi prioritas utama disamping aspek kelestarian. Lebih lanjut Soemokaryo (2001) menjelaskan bahwa peningkatan kesejahteraan nelayan dan petani ikan dipengaruhi oleh faktor internal seperti pendidikan, pengalaman dan penguasaan


(29)

teknologi dan faktor eksternal, seperti potensi sumberdaya, mekanisme pasar, pola penentuan harga, proses pengakumulasian modal dan keadaan infrastruktur.

Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil pembangunan sektor perikanan di Jawa Tengah, paling tidak ada 8 indikator yang dapat digunakan sebagai acuan antara lain : produksi perikanan, armada perikanan, volume dan nilai ekspor produk perikanan terhadap PDRB, konsumsi ikan perkapita, tenaga kerja, pendapatan nelayan, pendidikan nelayan serta peraturan dan perundang-undangan (Dahuri 2003). Selama ini, gambaran dari ke-8 indikator pada sektor perikanan cenderung mengalami penurunan, seperti pada total volume produksi perikanan Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar 16,15%, yaitu dari 339 319,1 ton pada tahun 2003 menjadi 292 148 ton pada tahun 2004 (Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Tengah 2005), demikian juga pada indikator yang lain.

Jawa Tengah memiliki potensi sumberdaya perikanan yang tergolong besar, antara lain ditunjukkan dengan garis pantai sepanjang 791,76 km, yang membentang di pantai utara 502,69 km dan pantai selatan 289,07 km dan 34 pulau-pulau kecil (Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Tengah 2005). Potensi yang besar tersebut secara empiris selama ini belum sebanding dengan peranan yang dimiliki oleh sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, antara lain pada pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan. Kondisi ini menimbulkan suatu pertanyaan “sebesar apa peranan sektor perikanan dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan pada perekonomian Jawa Tengah?”

Jika dilihat dari data BPS Jawa Tengah tahun 2005, kontribusi pertumbuhan ekonomi sektor perikanan terhadap perekonomian yang ditunjukkan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang diindikasikan sebagai nilai tambah dari sektor perikanan untuk data tahun 2001 sampai 2004 Jawa Tengah masih dibawah 1,5% yaitu berkisar antara 1,18% sampai 1,47%. Demikian juga kontribusi tenaga kerja yang terbentuk dari kegiatan sektor perikanan hanya mampu menyumbangkan jumlah tenaga kerja di sektor perikanan kurang 2%.

Untuk data distribusi pendapatan berdasarkan data BPS Jawa Tengah (2004), secara umum perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2003 yang didasarkan pada perhitungan dengan kriteria Gini Ratio menunjukkan nilai


(30)

sebesar 0.24, sehingga dari nilai ini Jawa Tengah memiliki kategori pemerataan tinggi atau dengan kata lain ketimpangannya rendah. Sementara itu, menurut perhitungan distribusi pendapatan dari kriteria Bank Dunia menunjukkan bahwa 40 persen kelompok penduduk berpendapatan rendah distribusi pendapatannya sebesar 25,31 persen, pada kelompok 40 persen penduduk berpendapatan menengah distribusi pendapatan sebesar 38,37 persen, dan pada kelompok 20 persen penduduk berpendapatan tinggi distribusi pendapatan sebesar 36,32 persen. Dari ketimpangan pendapatan dengan kriteria Bank Dunia tersebut, tingkat ketimpangan pembagian pendapatan diukur dengan bagian pendapatan yang dinikmati oleh 40 persen penduduk berpenghasilan rendah, dan di Jawa Tengah dari nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat ketimpangannya dikategorikan rendah. Dari perhitungan dengan dua kriteria tersebut, pemerataan pendapatan di Jawa Tengah dapat dikatakan merata atau tidak mengalami ketimpangan. Bagaimana dengan kondisi ketimpangan pendapatan pada sektor perikanan, apakah dengan data-data tersebut telah terjawab?. Selama ini masih belum banyak data yang menyajikan bagaimana distribusi pendapatan pada pelaku di sektor perikanan, seperti nelayan, pengusaha perikanan maupun

stakeholders lainnya.

Dari pencapaian kinerja sektor perikanan pada perekonomian yang tercermin dari tingkat pertumbuhan perekonomian, ketenagakerjaan dan distribusi pendapatan tersebut, dapat dijadikan sebagai suatu indikator sejauh mana peran sektor perikanan dalam perekonomian Jawa Tengah. Dengan diketahuinya kontribusi tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk pengembangan sektor perikanan ke depan.

Menurut Mudzakir (2003), sektor perikanan Jawa Tengah belum merupakan sektor unggulan yang akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian, walaupun sumberdaya yang dimilikinya berpotensi besar. Kondisi ini menjadi perhatian, karena selama ini keterkaitan sektor perikanan baik ke depan maupun ke belakang masing kecil (Mudzakir 2003 dan Mudzakir 2006a), sehingga belum mampu untuk menarik sektor hulu (sebagai penyedia input bagi sektor perikanan) maupun mendorong sektor hilir (sebagai pengguna hasil dari sektor perikanan). Kondisi ini semakin diperparah dengan masih rendahnya nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor perikanan, akibatnya nilai PDRB, ekspor, pajak tak langsung serta upah dan gaji relatif masih kecil, sehingga menjadikan


(31)

rendahnya kontribusi sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah (Mudzakir 2003 dan 2006b).

Upaya peningkatan produksi perikanan masih dihadapkan pada kendala-kendala yaitu : (1) masih terbatasnya sarana dan prasarana yang memadai seperti Pelabuhan Perikanan, PPI dan TPI; (2) masih rendahnya kemampuan SDM nelayan, baik dibidang penangkapan, pasca panen, manajemen usaha dan mengadopsi penerapan teknologi penangkapan; (3) masih terbatasnya sistem informasi perikanan tangkap untuk mendukung perencanaan program dan pengendalian kegiatan perikanan tangkap; (4) terdapat kecenderungan kemerosotan produktivitas dan mutu lingkungan yang disebabkan oleh pemanfaatan lahan yang melewati kapasitas daya dukung lingkungan; (5) masih terbatasnya sarana dan prasarana pembenihan dan budidaya ikan baik air payau maupun air tawar, menurunnya kualitas ekosistem sumberdaya perikanan dan kelautan; (6) masih terbatasnya sarana dan prasarana pencegahan dan pengendalian kesehatan ikan maupun lingkungan; (7) masih rendahnya kemampuan dan ketrampilan SDM pembudidaya ikan maupun manajemen usaha; (8) masih terbatasnya ketersediaan induk ikan unggul dan benih ikan yang berkualitas dalam pengembangan usaha budidaya ikan; (9) masih terbatasnya system informasi perikanan budidaya untuk mendukung perencanaan program dan pengendalian kegiatan perikanan budidaya; (10) belum berkembangnya kawasan pengembangan sentra pengolahan dan pemasaran produk-produk hasil perikanan yang berdaya saing dipasar domestik dan ekspor; (11) masih rendahnya kesadaran nelayan maupun para pelaku usaha perikanan tentang perijinan usaha Perikanan; (12) masih rendahnya mutu produk hasil perikanan akibat kesalahan dalam penanganan hasil perikanan; (13) kurangnya sarana dan prasarana LPPMHP sebagai laboratorium pengujian dan pengawasan mutu hasil perikanan; dan (14) masih rendahnya kemampuan dan ketrampilan pengolah hasil perikanan.

Pertanyaan yang dapat ditujukan dalam penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah yaitu terhadap pertumbuhan ekonomi (PDRB), sosial, ekologi, eksternalitas, tenaga kerja dan distribusi pendapatan.

2. Bagaimana keterkaitan hubungan dan faktor-faktor dominan antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap dan kinerja industri


(32)

perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, yang dirumuskan antara lain bagaimana :

(1). Pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja usaha perikanan tangkap,

(2). Pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja industri pengolahan,

(3). Pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

(4). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap lingkungan usaha perikanan,

(5). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja usaha perikanan tangkap,

(6). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja industri pengolahan,

(7). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kebijakan pemerintah daerah,

(8). Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

(9). Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap lingkungan usaha perikanan,

(10). Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja usaha perikanan tangkap,

(11). Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja industri pengolahan,

(12). Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

(13). Pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap terhadap kinerja kinerja industri pengolahan,

(14). Pengaruh kinerja industri pengolahan terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

(15). Pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap terhadap tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah,

3. Bagaimana kebijakan yang tepat dalam usaha untuk meningkatkan tujuan pembangunan sektor perikanan dari aspek ekonomi, sosial, ekologi dan eksternalitas pada perekonomian Jawa Tengah.


(33)

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peranan dan kinerja sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah, sedangkan secara khusus, tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Menganalisis peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah. 2. Menganalisis pengaruh antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan

pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap, kinerja industri pengolahan dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah.

3. Menganalisis faktor-faktor dominan yang berpengaruh pada hubungan antara lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, kinerja usaha perikanan tangkap dan kinerja industri pengolahan dan tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah.

4. Merumuskan kebijakan yang tepat dalam usaha untuk meningkatkan pembangunan perikanan di Jawa Tengah.

1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi wilayah Provinsi Jawa Tengah secara agregat dengan fokus penelitian pada peranan sektor perikanan dan menganalisis hubungan yang terbentuk antara lingkungan usaha perikanan (internal, industri dan eksternal), kebijakan pemerintah (pusat dan daerah), kinerja sektor perikanan (kinerja usaha perikanan tangkap, dan kinerja industri pengolahan) dan tujuan pembangunan perikanan, serta faktor-faktor yang dominan dalam pembentukan hubungan tersebut. Untuk menjawab bagaimana peranan sektor perikanan digunakan Model Input Output yang mendasarkan analisisnya pada Tabel Input Output Jawa Tengah hasil up dating tahun 2007, sedangkan model Structural Equation Model (SEM), digunakan untuk mengetahui hubungan yang rumit serta faktor yang dominan antara lain pada kinerja usaha perikanan tangkap, kinerja industri pengolahan, lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah, kebijakan pemerintah pusat dan tujuan pembangunan perikanan.

Untuk kebutuhan analisis Input Output dengan memasukkan unsur distribusi pendapatan (yang selama ini Model dasar IO tidak mampu menjawab bagaimana distribusi pendapatan terjadi), maka digunakan Tabel Input Output hasil modifikasi dari Miyazawa (Sonis dan Hewing 2003 ). Adapun Tabel Input


(34)

Output yang digunakan adalah 19x19 sektor tahun 2007 yang merupakan tabel IO hasil up dating dengan metode RAS dengan dasar Tabel IO tahun 2004. Model Input output ini memiliki keterbatasan dalam analisis, antara lain (1) mengabaikan adanya substitusi input, (2) adanya anggapan hubungan input-output yang linear, (3) perekonomian dianggap statis, dan (3) harga dianggap konstan dan (4) Model IO Jawa Tengah tahun 2004 merupakan IO wilayah tunggal, sehingga tidak dapat memotret bagaimana terjadinya keterkaitan antara wilayah Jawa Tengah dan wilayah yang lain.

Walaupun tabel IO memiliki keterbatasan, nilai kelebihan dari model IO yang menjadi pertimbangan utama mengapa model tersebut di pilih dalam studi ini, yakni : (1) model IO mampu menggambarkan secara komperhensif perekonomian suatu daerah, (2) Model IO memberikan suatu kerangka kerja yang dapat menyatukan dan menyajikan seluruh data perekonomian wilayah, dan (3) IO dapat menjelaskan keterkaitan ekonomi diantara seluruh kegiatan pembangunan hanya dalam satu kesatuan model matriks yang terintegrasi.

Penggunaan Model Persamaan Struktural (Structural Equation Model

/SEM), digunakan untuk menganalisis hubungan antar Faktor yang dominan yang mempengaruhi tujuan pembangunan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah. Adapun faktor-faktor dominan tersebut didasarkan pada modifikasi dari pendapat Soemokaryo (2006), yang menyebutkan bahwa dalam path diagram sistem pembangunan perikanan Indonesia terdapat faktor-faktor yang saling terkait antar lingkungan usaha perikanan (internal, industri dan eksternal), kebijakan pemerintah (pusat dan daerah), kinerja sektor perikanan (kinerja usaha perikanan tangkap, dan kinerja industri pengolahan) dan tujuan pembangunan perikanan.


(35)

2.1 Model Input Output

Adanya integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antara semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. Dalam ekonomi pasar, integrasi ekonomi dapat dilihat ketika terjadi interaksi antara pelaku ekonomi yang saling jual beli input produksi. Misalkan perusahaan pengalengan ikan tuna membutuhkan input ikan tuna sebagai bahan bakunya, untuk itu ia harus membelinya dari nelayan di TPI atau tempat lainnya. Adapun nelayan jika ingin meningkatkan outputnya sangat membutuhkan sarana kapal yang diproduksi oleh perusahaan pembuat kapal maupun alat tangkap. Sementara itu perusahaan pembuat kapal maupun pembuat alat tangkap tersebut membutuhkan bahan baku berupa kayu, besi maupun modal dari perbankan. Begitu seterusnya, sehingga sulit bagi kita untuk menemukan ujung pangkal dari cerita interaksi ekonomi semacam itu. Namun yang pasti, tidak mungkin suatu sektor ekonomi tersebut bisa berkembang hanya dengan mengandalkan kekuatannya sendiri.

2.1.1 Konsep model input output

Salah satu model yang bisa memaparkan dengan jelas bagaimana interaksi antar pelaku ekonomi itu terjadi adalah model input-output yang pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontief pada tahun 1930-an, yang kemudian mendapat hadiah Nobel pada tahun 1973 (Miller dan Blair 1985). Tabel input output sebagai suatu perangkat data atau tabel transaksi yang komprehensif, konsisten dan terinci yang menggambarkan hubungan supply dan demand antar berbagai sektor dalam suatu wilayah perekonomian baik negara, wilayah maupun daerah yang lebih kecil (Arief 1993; BPS 1995; Nazara 1997; Arsyad 1999; Mangiri 2000). Dengan digunakan Tabel Input Output Jawa Tengah tahun 2007 hasil up dating

sebagai basis analisis, diharapkan dapat memberikan gambaran aktivitas perekonomian Jawa Tengah secara menyeluruh dapat diketahui, serta hubungan antara satu sektor dengan sektor yang lain dapat tertangkap.

Tabel input output ini, berguna antara lain untuk melihat (Arsyad 1999; Budiharsono 2001) ; (1) struktur ekonomi suatu negara atau wilayah, (2) derajat keterkaitan antar sektor (depan atau belakang), (3) prospek investasi suatu sektor dan dampaknya dari satu sektor kepada


(36)

sektor yang lain dan secara keseluruhan, (4) perubahan struktur perekonomian antar waktu, dan (5) penentuan sektor-sektor unggulan pada daerah tertentu .

Model I-O (input-output) ini dapat menunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antar sektor dalam suatu perekonomian. Input produksi dari sektor 1 merupakan output dari sektor 2, dan sebaliknya input dari sektor 2 merupakan output dari sektor 1, yang pada akhirnya keterkaitan antar sektor akan menyebabkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam perekonomian tersebut. Dari hubungan ekonomi yang sederhana ini menunjukkan pengaruh yang bersifat timbal balik antara dua sektor tersebut. Hubungan inilah yang dikatakan hubungan input-output.

2.1.2 Model Dasar Input Output

Melalui model I-O kita bisa menelusuri kemana saja output dari suatu sektor itu didistribusikan, dan input apa saja yang digunakan oleh sektor tersebut. Dengan memodifikasi model input-output West (1995) kita bisa membentuk alur distribusi terbentuknya suatu model I-O secara sederhana, khususnya jika dilihat dari sisi permintaan (demand-driven), seperti yang disajikan dalam Gambar 1.

Output dari suatu sektor produksi i, akan didistribusikan kepada dua konsumen. Pertama, konsumen yang menggunakan output tersebut sebagai input untuk proses produksi lanjutan, tentunya konsumen disini disebut produsen. Kedua, konsumen yang menggunakan output tersebut untuk dikonsumsi langsung, dimana dalam model I-O yang tergolong sebagai konsumen akhir ini adalah rumah tangga, pemerintah, swasta (investasi), dan konsumen luar negeri (ekspor). Bagi konsumen pertama, output sektor i tersebut merupakan input antara (intermediate input) dalam proses produksinya, sedangkan pada konsumen kedua, output-nya merupakan permintaan akhir (final demand).


(37)

Dalam hubungannya dengan input perpindahan barang antar sektor seperti output dari sektor i akan terdistribusi ke sektor j yang digunakan sebagai input antara. Selain itu bisa juga distribusi input antara tersebut dari sektor i ke sektor i itu sendiri, yang disebut perpindahan intrasektor. Namun demikian, input yang digunakan dalam suatu proses produksi bukan hanya berupa input antara. Ada pula input-input lainnya yang digunakan seperti faktor produksi tenaga kerja, modal, tanah, dan lain-lain, dimana semuanya ini digolongkan sebagai input primer. Pada model I-O biasanya input primer ini direfleksikan melalui upah dan gaji, surplus usaha, pajak tak langsung, dan subsidi. Selain input yang berasal dari dalam negeri, ada juga input yang berasal dari luar negeri. Karena itu model I-O juga memasukkan komoditi impor dalam distribusi input-nya.

Seperti nilai uang arus barang dari sektor i ke sektor j kita notasikan

zij, kemudian total output dari sektor i dinotasikan Xi, sedangkan total

permintaan akhir dari sektor i adalah Yi, maka dapat kita tuliskan total

output dari sektor i sebagai berikut :

Xi = zi1 + zi2 + zi3 + . . . + zin + Y1 ... [1] Gambar 1 Model sederhana input output (West 1995)

Teknologi

Permintaan Antara Permintaan Akhir

Permintaan Akhir Lainnya

Konsumen Rumah Tangga

Total Permintaan

Input Primer


(38)

Oleh karena dalam perekonomian terdapat n sektor produksi, maka secara keseluruhan kita bisa tuliskan total output semua sektor adalah : X1 = z11 + z12 + z13 + . . . + z1n + Y1

X2 = z21 + z22 + z23 + . . . + z2n + Y2

:

Xi = zi1 + zi2 + zi3 + . . . + zin + Yi ………..[2] :

Xn = zn1 + zn2 + zn3 + . . . + znn + Yn

Dalam bentuk umum persamaan [2] dapat ditulis sebagai berikut :

i i n

1 j

ij

Y

X

z

+

=

=

untuk i = 1, 2,3 ... [3]

Misalkan dalam suatu perekonomian terdapat tiga sektor produksi saja yaitu sektor 1, sektor 2 dan sektor 3, ini berarti berdasarkan persamaan [2] di atas kita bisa membuat suatu kerangka dasar tabel I-O sebagai berikut.

Tabel 1 Kerangka dasar tabel I-O untuk tiga sektor

Sektor Produksi Output

Input 1 2 3

Permintaan Akhir

Total Output

1 z11 z12 z13 Y1 X1

2 z21 z22 z23 Y2 X2

Sektor Produksi

3 z31 z32 z33 Y3 X3

Input Primer V V1 V2 V3

Total Input X X1 X2 X3

Sumber : Miller dan Blair (1985)

Bila dilihat secara horisontal (baris), setiap isi sel total output menunjukkan bagaimana output suatu sektor itu dialokasikan, yang mana sebagian untuk memenuhi permintaan antara (intermediate input) pada sektor produksi, dan sebagian lagi untuk memenuhi permintaan akhir (final demand) yang terdiri atas permintaan untuk konsumsi rumah tangga (C), pemerintah (G), investasi (I), dan ekspor (X).


(39)

Untuk baris pertama pada sektor produksi 1, kita bisa membacanya secara horisontal bahwa besarnya output sektor produksi 1 adalah X1 dimana dari total output tersebut sebagian dialokasikan untuk memenuhi permintaan input antara pada sektor 1 sebesar z11, sektor 2 sebesar z12, dan sektor 3 sebesar z13, selain itu sebagian juga untuk memenuhi permintaan akhir sebesar Y1. Demikian pula untuk baris-baris lainnya, dibaca demikian. Secara keseluruhan distribusi output tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut :

z11 + z12 + z13 + Y1 = X1

z21 + z22 + z23 + Y2 = X2 .. ...[4] z31 + z32 + z33 + Y3 = X3

Secara umum persamaan-persamaan di atas dapat dituliskan kembali menjadi :

i i 3

1 j

ij

Y

X

z

+

=

=

untuk i = 1, 2,3 ... [5]

dimana zij adalah banyaknya output sektor i yang dialokasikan sebagai input antara pada sektor j, Yi adalah jumlah permintaan akhir terhadap sektor i.

Sedangkan isi sel menurut garis vertikal (kolom) menggambarkan distribusi pemakaian input antara dan input primer pada suatu sektor produksi. Sebagai contoh total input X1 jika dibaca secara kolom menunjukkan bahwa jumlah input yang digunakan oleh sektor produksi 1 adalah sebanyak X1 yang terdiri atas pemakaian input dari sektor 1 sebesar z11, sektor 2 sebesar z21, dan sektor 3 sebesar z31, serta pemakaian input primer sebesar V1. Semua distribusi input ini bisa juga dibuat dalam bentuk persamaan aljabar sebagai berikut :

z11 + z21 + z31 + V1 = X1

z12 + z22 + z32 + V2 = X2 ……… [6] z13 + z23 + z33 + V3 = X3

atau secara umum persamaan-persamaan di atas diubah menjadi :

j j 3

1 i

ij

V

X

z

+

=

=


(40)

dimana zij adalah banyaknya input antara yang berasal dari sektor i yang digunakan oleh sektor j, sedangkan Vj menunjukkan jumlah input primer yang digunakan oleh sektor j.

Dari persamaan [7] kita bisa mengintroduksikan suatu koefisien input teknik aij dengan rumus :

j ij ij

X

z

a

=

... [8]

Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Untuk jumlah sektor sebanyak n, seluruh koefisien input aij dapat dinyatakan dalam sebuah matriks A sebagai berikut :

=

nn n2 n1 2n 22 21 1n 12 11

a

a

a

a

a

a

a

a

a

A

K

M

O

M

M

K

K

... [9]

Matriks A sering disebut matriks koefisien input atau matriks teknologi. Selanjutnya, karena persamaan [9] bisa diubah menjadi : zij = aij Xj , serta dengan ketentuan bahwa Xj = Xi , maka persamaan [2] dapat ditulis kembali dalam sistem persamaan berikut ini.

X1 = a11 X1 + a1 2 X2 + a13 X3 + . . . + a1n Xn + Y1 X2 = a21 X1 + a22 X2 + a23 X3 + . . . + a2n Xn + Y2

: ... [10] :

Xn = an1 X1 + an2 X2 + an3 X3 + . . . + an n Xn + Yn

Kemudian, jika sisi kanan dalam persamaan [10] semuanya dipindahkan ke kiri, kecuali Y, diperoleh sebuah sistem persamaan : X1 - a1 1 X1 - a12 X2 - a13 X3 - . . . - a1n Xn = Y1

X2 - a2 1 X1 - a22 X2 - a23 X3 - . . . - a2n Xn = Y2

: ... [11] :

Xn - an 1 X1 - an2 X2 - an3 X3 - . . . - ann Xn = Yn atau disederhanakan menjadi :


(41)

(1 - a11 )X1 - a12 X2 - a13 X3 - . . . - a1 n Xn = Y1 - a21 X1 + (1 - a22 )X2 - a2 3 X3 - . . . - a2n Xn = Y2

: ... [12] :

- an1 X1 - an2 X2 - an3 X3 - . . . + (1 - ann )Xn = Yn

Sistem persamaan [12] dapat dituliskan dalam notasi matriks yang lebih sederhana lagi sebagai berikut :

(I – A) X = Y ……….[13] yang mana I adalah matriks identitas berukuran n x n, A merupakan matriks koefisien input, sedangkan X dan Y masing-masing menunjukkan vektor kolom matriks output dan permintaan akhir. Persamaan matriks [13] dapat kita ubah bentuknya menjadi :

X = (I–A)- 1 Y ... [14] dimana matriks (I – A)-1 dikenal dengan nama matriks invers Leontief. Kekuatan peramalan model input output adalah terletak pada matriks invers Leontief ini. Dengan matriks tersebut kita dapat meramalkan perubahan setiap variabel eksogen dalam permintaan akhir, seperti pengeluaran pemerintah, terhadap sistem perekonomian secara simultan. Matriks invers Leontief (I – A)-1 juga banyak memberikan banyak informasi tentang dampak keterkaitan antar sektor produksi, diantaranya

backward linkage effect (dampak keterkaitan ke belakang) dan forward linkage effect (dampak keterkaitan ke depan).

2.1.3 Pengembangan model input output versi Miyazawa

Model Input output selama ini belum mampu untuk menganalisis distribusi pendapatan, dan biasanya untuk kepentingan analisis tersebut digunakan model Sosial Accounting Matrix (SAM) atau Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Untuk kepentingan analisis distribusi pendapatan yang belum dapat dianalisis dengan Tabel IO dasar, maka digunakan Tabel Input Output hasil pengembangan dari Miyazawa (Sonis dan Hewing 2003), yang memasukkan pendapatan sebagai bagian dari sektor ekonomi dan berada pada kuadran I baik pada sisi kolom maupun baris pada tabel input output tersebut, dan membaginya menjadi pendapatan rendah, pendapatan menengah dan pendapatan tinggi. Masuknya


(1)

Lampiran 11 Indeks pengujian kelayakan kesesuaian model dari simulasi ke-1 sampai dengan ke-18

No Goodness of Fit Creation Index Syarat awal Revisi 1 Revisi 2 Revisi 3 Revisi 4 Revisi 5 Revisi 6 Revisi 7

1 Chi Square Statistic Kecil 1644,598 1498,814 1460,347 1418,581 1374,940 1354,335 1335,340 1311,341 2 Significant Probability (P) = 0,05 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

3 df 709 708 707 706 705 704 703 702

4 CMIN/DF = 2,00 2,320 2,117 2,066 2,009 1,950 1,924 1,899 1,868

5 AGFI (adjusted goodness-of- fit index)

= 0,90 0,700 0,753 0,718 0,721 0,729 0,731 0,736 0,741

6 GFI (goodness-of-fit index) = 0,90 0,741 0,714 0,756 0,760 0,767 0,769 0,774 0,778 7 TLI (Tucker-Lewis Index) = 0,95 0,817 0,845 0,852 0,860 0,868 0,872 0,875 0,879 8 RMSEA (adjusted goodness-of- fit

index)

= 0,08 0,076 0,070 0,069 0,067 0,065 0,064 0,063 0,062

Hubungan korelasi e24<->e37 e16<->e21 e16<->e19 e48<->z3 e16<->e19 e12<->e20 e14<->e17

Lanjutan

No Goodness of Fit Creation Index Syarat awal Revisi 8 Revisi 13 Revisi 14 Revisi 15 Revisi 16 Revisi 17 Revisi18

1 Chi Square Statistic Kecil 1644,598 1290,444 1203,418 1185,324 1170,154 1154,847 1141,481 1128,994 2 Significant Probability (P) = 0,05 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

3 df 709 701 696 695 694 693 692 691

4 CMIN/DF = 2,00 2,320 1,841 1,729 1,706 1,686 1,666 1,650 1,634

5 AGFI (adjusted goodness-of- fit index)

= 0,90 0,700 0,746 0,758 0,761 0,763 0,765 0,766 0,769

6 GFI (goodness-of-fit index) = 0,90 0,741 0,783 0,795 0,797 0,799 0,802 0,803 0,805 7 TLI (Tucker-Lewis Index) = 0,95 0,817 0,883 0,899 0,902 0,905 0,907 0,910 0,912 8 RMSEA (adjusted goodness-of- fit

index)

= 0,08 0,076 0,061 0,057 0,056 0,055 0,054 0,053 0,053


(2)

Lampiran 12 Hasil perhitungan normalitas full model

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

X28 2,000 5,000 -,243 -1,501 1,448 4,464

X27 2,000 5,000 -1,022 -6,302 1,131 3,486

X26 2,000 5,000 -,783 -4,828 -,402 -1,238

X25 2,000 5,000 -,834 -5,143 ,538 1,658

X38 2,000 5,000 -1,114 -6,865 1,307 4,028

X37 1,000 5,000 -,164 -1,012 -1,516 -4,673

X35 2,000 5,000 ,069 ,427 -1,472 -4,536

X34 2,000 5,000 -,084 -,518 -1,284 -3,958

X33 2,000 5,000 -,364 -2,242 -1,409 -4,344

Y11 2,000 5,000 -,953 -5,874 ,407 1,254

Y10 2,000 5,000 -,873 -5,380 1,073 3,307

Y8 2,000 5,000 -1,030 -6,352 1,511 4,656

Y7 2,000 5,000 -,986 -6,080 ,952 2,934

Y6 2,000 5,000 -1,076 -6,630 1,265 3,899

Y5 2,000 5,000 -1,078 -6,643 ,613 1,890

Y1 2,000 5,000 -,138 -,852 -1,423 -4,386

X1 1,000 5,000 -,206 -1,270 -1,206 -3,718

X2 1,000 5,000 -,597 -3,682 -,804 -2,479

X3 2,000 5,000 -,042 -,262 -1,460 -4,499

X4 2,000 5,000 -,113 -,696 -1,538 -4,739

X5 2,000 5,000 -,619 -3,813 -,996 -3,070

X6 2,000 5,000 -,473 -2,916 -1,371 -4,226

X7 2,000 5,000 -,124 -,767 -1,212 -3,737

X8 1,000 5,000 -,278 -1,712 -1,306 -4,024

X9 1,000 5,000 -,406 -2,503 -1,216 -3,748

X10 1,000 5,000 -,455 -2,806 -1,141 -3,516

X11 2,000 5,000 ,410 2,527 -1,583 -4,879

X12 2,000 5,000 -,321 -1,981 -1,488 -4,585

X13 2,000 5,000 -,078 -,480 -1,771 -5,458

X14 2,000 5,000 -,090 -,552 -1,578 -4,864

X15 2,000 5,000 -,134 -,829 -1,710 -5,271

X16 2,000 5,000 -,594 -3,665 -1,089 -3,358

X17 2,000 5,000 -1,206 -7,437 2,701 8,325

X18 2,000 5,000 -,944 -5,821 -,160 -,492

X19 2,000 5,000 -,258 -1,593 -1,607 -4,953

X20 1,000 5,000 -,268 -1,653 -1,372 -4,230

X21 2,000 5,000 -,711 -4,384 -1,049 -3,233

X22 1,000 5,000 -1,594 -9,824 1,053 3,244

X23 2,000 5,000 1,663 10,252 1,563 4,818

X24 2,000 5,000 ,536 3,305 -1,396 -4,303


(3)

Lampiran 13 Evaluasi outlier full model penelitian

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

115 116,321 ,000 ,000

43 83,983 ,000 ,000

5 83,433 ,000 ,000

102 75,456 ,001 ,000

48 73,241 ,001 ,000

114 72,742 ,001 ,000

2 70,118 ,002 ,000

46 69,746 ,002 ,000

15 69,075 ,003 ,000

7 68,903 ,003 ,000

39 68,281 ,004 ,000

8 67,252 ,004 ,000

12 66,477 ,005 ,000

107 66,231 ,006 ,000

195 65,959 ,006 ,000

108 65,924 ,006 ,000

105 64,876 ,008 ,000

141 63,846 ,010 ,000

116 62,431 ,013 ,000

88 61,009 ,018 ,000

76 60,660 ,019 ,000

117 60,487 ,020 ,000

156 58,575 ,029 ,000

69 58,160 ,032 ,000

30 57,316 ,037 ,000

118 56,460 ,044 ,000

44 56,404 ,044 ,000

161 56,087 ,047 ,000

40 55,241 ,055 ,000

196 54,338 ,065 ,000

193 53,142 ,080 ,003

186 52,003 ,097 ,021

100 51,126 ,112 ,074

16 50,989 ,114 ,064

28 50,409 ,125 ,119

165 50,387 ,126 ,089

80 50,263 ,128 ,078

58 50,095 ,132 ,074

21 49,460 ,145 ,155

47 49,443 ,146 ,119

55 48,934 ,157 ,196

84 48,852 ,159 ,171

163 48,584 ,166 ,197

26 48,198 ,175 ,264

53 48,186 ,175 ,215

14 47,906 ,183 ,252

96 47,663 ,189 ,281

32 47,560 ,192 ,262


(4)

Lanjutan

110 47,083 ,205 ,324

52 46,806 ,213 ,375

23 46,693 ,217 ,361

160 46,631 ,218 ,328

111 46,623 ,219 ,276

104 46,587 ,220 ,238

9 46,441 ,224 ,240

18 45,498 ,254 ,578

6 45,211 ,263 ,646

121 45,139 ,266 ,620

148 44,907 ,274 ,664

140 44,768 ,279 ,669

185 44,247 ,297 ,816

225 44,239 ,297 ,777

79 43,896 ,310 ,847

172 43,583 ,322 ,895

33 43,451 ,327 ,898

176 43,389 ,329 ,885

17 43,169 ,337 ,908

201 42,923 ,347 ,931

128 42,923 ,347 ,911

27 42,738 ,354 ,924

202 42,711 ,355 ,907

112 42,662 ,357 ,893

211 42,651 ,358 ,868

181 42,518 ,363 ,874

169 42,317 ,371 ,896

183 42,028 ,383 ,931

150 41,885 ,389 ,937

41 41,669 ,398 ,952

29 41,350 ,411 ,974

57 41,305 ,413 ,969

209 41,175 ,419 ,971

90 40,952 ,429 ,980

61 40,867 ,432 ,978

13 40,858 ,433 ,971

38 40,717 ,439 ,974

123 40,125 ,465 ,995

175 39,960 ,472 ,996

113 39,860 ,476 ,996

173 39,803 ,479 ,996

151 39,762 ,481 ,995

34 39,702 ,484 ,994

60 39,576 ,489 ,994

119 39,240 ,504 ,998

87 39,087 ,511 ,998

208 39,074 ,512 ,998

192 38,909 ,519 ,998

199 38,803 ,524 ,998

218 38,783 ,525 ,998


(5)

Lampiran 14 Hasil analisis uji normalitas dengan tehnik Bootstrap Bollen-Stine Bootstrap (Default model)

The model fit better in 500 bootstrap samples. It fit about equally well in 0 bootstrap samples. It fit worse or failed to fit in 0 bootstrap samples.

Testing the null hypothesis that the model is correct, Bollen-Stine bootstrap p =,002

Summary of Bootstrap Iterations (Default model) (Default model)

Iterations Method 0 Method 1 Method 2

1 0 0 0

2 0 0 0

3 0 0 0

4 0 0 0

5 0 0 0

6 0 0 0

7 0 0 0

8 0 0 0

9 0 0 2

10 0 0 6

11 0 0 10

12 0 0 12

13 0 0 7

14 0 0 6

15 0 0 12

16 0 0 14

17 0 0 9

18 0 0 7

19 0 353 62

Total 0 353 147

0 bootstrap samples were unused because of a singular covariance matrix. 23 bootstrap samples were unused because a solution was not found. 500 usable bootstrap samples were obtained.


(6)

Lanjutan

Summary of Bootstrap Iterations (Default model) (Default model)

|--- 569,110 |*

609,203 |** 649,297 |***** 689,391 |******** 729,484 |************* 769,578 |************** 809,672 |***************** N = 500 849,765 |*************** Mean = 814,411 889,859 |*********** S. e. = 4,355 929,953 |********

970,046 |****** 1010,140 |** 1050,234 |** 1090,328 |* 1130,421 |*

|---

bootstrap samples were unused because of a singular covariance matrix. 23 bootstrap samples were unused because a solution was not found. 500 usable bootstrap samples were obtained.