76
ke tahun tumbuh 3,5 – 5,5 persen, dengan pertumbuhan terbesar pada tahun 2005 sebesar 5,35 persen Tabel 8.
Tabel 8. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, tahun 2002-2006 No.
Tahun Pertumbuhan ekonomi
1 2002
3,55 2
2003 4,98
3 2004
5,13 4
2005 5,35
5 2006
5,33 Sumber : Jawa Tengah dalam Angka, 2006
Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini, dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran, sehingga diharapkan
perekonomian semakin bergairah akan meningkat kesejahteraan
kesejahteraan masyarakat.
4.1.1.3 Pendapatan per kapita
Pendapatan perkapita dapat dijadikan sebagai salah satu indikator guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah.
Perkembangan pendapatan perkapita di Jawa Tengah atas dasar harga berlaku, menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2006 pendapatan perkapita Jawa Tengah sebesar Rp. 7 527 487,12 juta rupiah atau naik sebesar 20,03 persen dari tahun 2005. Demikian juga
pendapatan perkapita atas dasar harga konstan, dalam kurun waktu empat tahun terakhir selalu mengalami kenaikan, meskipun kenaikannya tidak
sebesar berdasarkan harga konstan. Tabel 9. Pendapatan per kapita Jawa Tengah, tahun 2002-2006
Pendapatan per kapita Rp Pertumbuhan
No. Tahun Harga berlaku
Harga konstan
Harga berlaku
Harga konstan
1 2002
4 154 163,03 3 365 590,06
13,10 2,52
2 2003
4 669 568,92 3 517 661,94
12,41 4,52
3 2004
5 217 344,20 3 683 196,94
11,73 4,71
4 2005
6 271 193,36 3 853 012,68
20,20 4,61
5 2006
7 527 487,12 4 030 376,58
20,03 4,60
Sumber : PDRB Jawa Tengah, tahun 2006
4.1.2 Perikanan
77
Sektor perikanan memegang peran yang penting dalam perekonomian Propinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan Jawa Tengah
sebagian besar wilayah berbatasan langsung dengan laut, dari 35 Daerah Tingkat II di Jawa Tengah, ada 17 Daerah Tingkat II yang berbatasan
langsung dengan laut sehingga sumberdaya perikanan yang ada di daerah tersebut mempunyai kontribusi dalam perekonomian di daerahnya
4.1.2.1 Potensi sumberdaya ikan
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perikanan 1991, luas, potensi dan penyebaran sumberdaya Ikan laut di Perairan Indonesia luas
daerah penangkapan ikan di perairan utara jawa dan selatan jawa tersaji pada Tabel 10. Pada daerah perairan utara jawa, tercatat potensi terluas
adalah ikan pelagis kecil sebesar 385 000 km
2
dengan potensi sumberdaya ikan sebesar 250 000 tonth.
Tabel 10 Luas daerah dan potensi sumberdaya ikan di perairan utara dan selatan jawa
No Daerah
Perairan Jenis Ikan
Luas km
2
Sumberdaya Ikan Tonth
Potensi LestarI
TonTh
1 Utara Jawa
Pelagis kecil Damersal
Udang penaid Udang barong
384 000 72 000
173 000 250 000
185 000 24 000
1 059,2 125 000
94 700 12 000
529,6 2
Selatan Jawa Pelagis kecil
Damersal Udang penaid
Udang barong 34 000
34 000 34 000
389,49 122 000
187 000 11 000
468 61 000
93 500 5 500
234 3
ZEEI Pelagis kecil
Tuna Cakalang
495 000 1 600
420 704 000
64 000 30 660
352 000 32 000
15 330
Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan, 1991 Sumberdaya ikan pelagis kecil meliputi ikan-ikan yang hidup di
permukaan laut atau di dekatnya, yang pada umumnya terdiri dari ikan-ikan yang berukuran relatif kecil seperti ikan Kembung, Selar, Bentong, Lemuru,
Tembang dan lain-lain, namun tidak termasuk jenis ikan Tuna dan sejenisnya. Sedangkan kelompok ikan demersal atau jenis-jenis ikan yang
hidup di dasar perairan, seperti : ikan kerapu, bambangan, bawal, kakap, manyung, kuwe, Gerot-gerot, Baronang, Layur, Pari, Cucut, Petek, sebelah,
ikan Lidah, dan lain-lain.
4.1.2.2 Kondisi sumberdaya manusia
78
Jumlah nelayan
Sumberdaya manusia yang bergerak di bidang penangkapan ikan dilaut pada tahun 2006 terdiri dari nelayan sebanyak 88.547 orang, dan
bakul ikan sebanyak 10.391 orang, dengan infrastruktur pendukungnya yang meliputi tiga buah pelabuhan perikanan, yaitu Pelabuhan Perikanan
Nusantara PPN Pekalongan, Pelabuhan Perikanan Samudera PPS Cilacap, dan Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Karimunjawa-Jepara.
Disamping itu masih terdapat 74 buah Pusat Pendaratan Ikan PPI yang tersebar di Pantai Utara dan Pantai Selatan Jawa Tengah.
Nelayan merupakan orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikanbinatang air lainnya tanaman air.
Perkembangan nelayan Jawa Tengah sejalan dengan menurunnya armada penangkapan. Menurunya jumlah nelayan diakibatkan oleh over fishing
disebagian perairan Jawa Tengah. Nelayan sebagai pelaku utama kegiatan usaha penangkapan ikan di Jawa Tengah pada tahun 2005 berjumlah
168.113 orang, meningkat sebesar 38,44 dari 103.484 pada tahun 2001.
103484 120957
167072 172418
168113
20000 40000
60000 80000
100000 120000
140000 160000
180000 200000
2001 2002
2003 2004
2005
Tahun Jumlah Nelayan
Jumlah Nelayan
Gambar 7 Perkembangan jumlah nelayan perikanan laut di Jawa Tengah, tahun 2001–2005
Rumah Tangga Perikanan RTP
Rumah tangga perikanan atau perusahaan yang berusaha di sektor perikanan di Jawa Tengah, dari perkembangan selama delapan tahun
terakhir tahun 1999 sampai 2006, dari 17 kabupatenkota menunjukkan
79
fluktuasi naik dan menurun. Dengan kenaikan tertinggi hampir disemua kabupatenkota terjadi pada tahun 2003, pada daerah Pantura berjumlah
21 572 RTP dan di Pansela 3 681 RTP, dan di tahun yang sama Kabupaten Rembang memiliki jumlah RTP terbesar yaitu 4 258 RTP,
kemudian Kabupaten Demak 3 527 RTP dan Kabupaten Jepara 3 433. Kenaikan tertinggi dari tahun 1999 sampai tahun 2006 adalah Kabupaten
Jepara sebesar 47,12 atau meningkat 1,89 kali, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada Kabupaten Demak -234,85 atau turun 0,30 kali,
sementara itu Kabupaten Wonogiri baru secara statistik tercatat pada tahun 2004 dan Kabupaten Purworejo dimulai tahun 2000.
Tabel 11 Perkembangan jumlah Rumah Tangga Perikanan RTP di kabupaten dan kota Provinsi Jawa Tengah, tahun 1999-2006
No. KabupatenKota 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006
1 Kab. Brebes 1 874 1 880 1 880 1 880 2 671 2 657
2 387 2 024
2 Kab.Tegal 348
352 356
448 422
404 417
393 3 Kota Tegal
879 990 1 206 1 238
957 617
581 685
4 Kab.Pemalang 1 265 1 272 1 272 1 272 1 197 1 231
1 231 1 195
5 Kab.Pekalongan 361
445 448
482 477
480 484
463 6 Kota Pekalongan
274 265
455 386
276 276
272 272
7 Kab.Batang 577
584 584
563 651
651 651
656 8 Kab.Kendal
992 992 1 664 1 664 1 776 1 776
1 776 778
9 Kota Semarang 493
528 528
493 866
866 866
926 10 Kab.Demak
1 614 1 614 1 614 1 614 3 080 3 527 3 527
482 11 Kab.Jepara
1 793 2 094 2 061 2 061 3 425 3 433 3 436
3 391 12 Kab.Pati
1 636 1 636 1 751 2 032 1 516 1 712 2 533
2 135 13 Kab.Rembang
2 499 3 797 3 301 3 259 4 258 4 209 3 238
1 392
Pantai Utara 14 605 16 449 17 120 17 392 21 572 21 839 21 399 14 792
14 Kab.Wonogiri 30
30 5
15 Kab.Purworejo 198
198 62
61 61
61 79
16 Kab.Kebumen 461
581 794
824 871
759 782
460 17 Kab.Cilacap
1 182 1 821 1 823 1 809 2 749 2 427 2 427
1 931
Pantai Selatan 1 643 2 600 2 815 2 695 3 681 3 277
3 300 2 475
Jumlah Total 16 248 19 049 19 935 20 087 25 253 25 116 24 699 17 267
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, 2000-2007
4.1.2.3 Perahu dan
unit penangkapan
Dari potensi sektor perikanan yang dimiliki Jawa Tengah dalam penjelasan berikut akan dijelaskan secara agregat atau total jumlah perahu
dan jumlah unit penangkapan per kotaKabupaten.
80
Jumlah perahu
Perahu yang digunakan nelayan dalam menangkap ikan merupakan armada penangkapan yang memiliki peran yang penting, disamping alat
tangkap. Dari perkembangan jumlah perahu di kabupaten dan kota Jawa Tengah tahun 1999-2006, kenaikan tertinggi 24 066 unit
di pantai utara Jawa Tengah terjadi pada tahun 2004, sedangkan di pantai selatan Jawa
Tengah terjadi pada tahun 2002 sebesar 4 546 unit. Kabupaten Kendal merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan jumlah perahu terbesar
85,78 atau meningkat 7,03 kali dari tahun 1999 ke tahun 2006, sedangkan Kabupaten Demak mengalami penurunan terbesar turun 197,86 atau
menurun 0,34 kali. Tabel 12 Perkembangan jumlah perahu di kabupaten dan kota pada
Provinsi Jawa Tengah, tahun 1999-2006
No. KabupatenKota 1999
2000 2001 2002 2003
2004 2005 2006
1 Kab. Brebes 1 874 1 880 1 880 1 880 2 671 2 671 2 621 2 038
2 Kab.Tegal 352
365 450
472 428
414 428
412 3 Kota Tegal
903 965 1 222 1 252 1 158 1 084 1 034 1 032
4 Kab.Pemalang 1 269 1 276 1 276 1 276 1 263 1 313 1 313 1 277
5 Kab.Pekalongan 402
472 472
498 499
505 508
487 6 Kota Pekalongan
596 696
696 696
782 782
782 670
7 Kab.Batang 681
688 688
616 758
758 733
741 8 Kab.Kendal
121 1 022 1 664 1 664 1 776 1 776 1 776 851
9 Kota Semarang 559
611 611
645 866
866 866
926 10 Kab.Demak
1 668 1 668 1 668 1 668 3 131 3 594 3 594 560
11 Kab.Jepara 1 993 2 011 1 973 1 964 3 501 3 509 3 512 3 467
12 Kab.Pati 1 740 1 753 1 759 2 082 1 549 2 311 2 578 2.403
13 Kab.Rembang 2 499 3 228 3 228 3 336 4 177 4 483 3 500 1 439
Pantai Utara 14 657 16 635 17 587 18 049 22 559 24 066 23 245 16 303
14 Kab.Wonogiri 30
30 5
15 Kab.Purworejo 236
37 61
61 61
79 16 Kab.Kebumen
490 610
879 889
958 809
834 899
17 Kab.Cilacap 2 208 2 208 2 208 3 620 3 315 2 427 2 427 1 931
Pantai Selatan 2 698 3 054 3 087 4 546 4 334 3 327 3 352 2 914
Jumlah Total 17 355 19 689 20 674 22 595 26 893 27 393 26 597 19 217
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, 2000-2007
Jumlah unit penangkapan
Jumlah unit penangkapan yang tersaji pada Tabel 13, merupakan total unit penangkapan yang dimiliki kabupaten atau kota tanpa merinci
lebih lanjut per unit penangkapan, seperti beberapa jenis alat tangkap pada tahun 2005 yaitu pukat tarik, pukat kantong 10 298 unit, pukat cincin 666
81
unit, jaring insang 20 001 unit, jaring angkat 2 402 unit, pancing 2 398 unit, perangkap 2 466 unit, alat pengumpul 25 unit dan alat perangkap
lainnya 1 151 unit Buku Statistik Perikanan Tangkap Jawa Tengah 2005. Pada tahun 2006, Kabupaten Jepara memiliki jumlah unit
penangkapan terbesar 7 410 unit sedangkan Kabupaten Purworejo hanya memiliki 118 unit. Dari perkembangan jumlah unit penangkapan dari tahun
1998 – 2006, Kabupaten Jepara merupakan Kabupaten yang memiliki kenaikan pertumbuhan tertinggi 62,4 atau meningkat 1,84 kali,
sedangkan Kabupaten Rembang mengalami penurunan terendah - 576 atau turun 0,15 kali.
Tabel 13 Perkembangan jumlah unit penangkapan di kabupaten dan kota pada Provinsi Jawa Tengah, tahun 1998-2006
No. KabupatenKota 1998
1999 2000 2001
2002 2003
2004 2005 2006
1 Kab. Brebes 2 173
2 336 2 416 2 434 2 434
3 209 3 996 2 761 2 065
2 Kab.Tegal 448
687 687
965 619
717 597
650 477
3 Kota Tegal 743
932 1 015 1 239 1 291
1 657 1 085 1 034 1 075
4 Kab.Pemalang 1 725
1 835 1 890 1 916 1 916
2 186 2 418 2 346 1 985
5 Kab.Pekalongan 306
402 563
594 611
617 623
632 672
6 Kota Pekalongan 603
596 705
807 722
827 782
782 670
7 Kab.Batang 995
1 542 1 461 1 622 1 508
1 965 1 543 1 576
999 8 Kab.Kendal
1 001 1 153 1 291 1 447
1 984 1 984
1 984 1 984 851
9 Kota Semarang 567
567 607
701 885
1 038 1 038 1 038 1 023
10 Kab.Demak 1 804
1 866 1 866 1 872 1 887
4 056 4 058 4 058
560 11 Kab.Jepara
2 786 3 529 4 073 4 378
4 142 7 117
7 501 6 871 7 410 12 Kab.Pati
1 692 3 295 3 295 3 755
2 720 2 894
2 960 3 033 3 121 13 Kab.Rembang
9 891 11 399 14 726 14 827 14 231 11 081 6 896 5 807 1 463
Pantai Utara 24 734 30 139 34 595 36 557 34 950 39 348 35 481 32 572 22 371
14 Kab.Wonogiri 180
180 151
15 Kab.Purworejo 230
236 236
244 96
61 61
61 118
16 Kab.Kebumen 1 138
1 192 1 251 1 383 2 290
2 198 1 440 2 148 2 143
17 Kab.Cilacap 3 891
2 652 2 652 3 450 4 101
6 490 4 446 5 006 3 837
Pantai Selatan 5 259
4 080 4 139 5 077 6 487
8 749 6 127 7 395 6 249
Jumlah Total 29 993 34 219 38 734 41 634 41 437 48 097 41 608 39 967 28 620
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, 2000-2007
4.1.2.4 Produksi dan nilai produksi
Produksi perikanan laut Propinsi Jawa Tengah bersumber dari wilayah utara Pantura dan wilayah selatan Pansela Jawa Tengah.
Kedua wilayah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam perspektif geografis, sumberdaya, nelayan maupun teknologi
82
penangkapannya. Secara umum produksi dan nilai produksi ikan laut di Jawa Tengah sejak tahun 1999 sampai dengan 2006 cenderung menurun.
Produksi perikanan dari perairan wilayah Pantai Selatan Pansela Jawa Tengah sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2006 cenderung
menurun, demikian juga nilai produksinya Tabel 14 dan Gambar 8 dan 9. Namun pada tahun 2006 terjadi peningkatan yang cukup besar, yaitu
sebesar 32,12 untuk produksi dan pada tahun 2005 sebesar 34,48 untuk nilai produksi.
50000 100000
150000 200000
250000 300000
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006
Tahun Produksi ton
Pantura Pansela
Gambar 8 Perkembangan volume produksi perikanan tangkap di pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah, tahun 1998-2006
Hal ini berbeda dengan kondisi di Pantura Jawa Tengah, yang sejak tahun 1999 cenderung menurun sampai dengan tahun 2000, kemudian
mengalami kenaikan sampai tahun 2002, dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2003, kemudian naik pada tahun 2004, setelah itu
menurun cukup besar sampai tahun 2006, kondisi ini terjadi baik pada produksi maupun nilai produksinya. Jika dicermati lebih lanjut terlihat pula
bahwa laju penurunan produksi di Pansela relatif lebih besar dibanding Pantura. Hal ini dapat pula diartikan bahwa perikanan tangkap di Pantura
benar-benar telah pada tingkat sangat jenuh, sedangkan di Pansela masih
83
fluktuatif dan ada indikasi masih dapat dikembangkan, tahun 1998 dan 1999, persediaan stok ikan relatif banyak dibandingkan tahun berikutnya.
200000000 400000000
600000000 800000000
1000000000 1200000000
1998 1999 2000
2001 2002
2003 2004 2005 2006
Tahun Nilai Produksi Rp. 1000
Pantura Pansela
Gambar 9 Perkembangan nilai produksi perikanan tangkap di pantai utara dan pantai selatan Jawa Tengah, tahun 1998-2006
Melihat data diatas maka sumberdaya perikanan yang ada di Jawa Tengah ini perlu dilakukan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.
Pengelolaan perikanan ini pada dasarnya bertujuan agar tingkat penangkapan terhadap sumberdaya ikan ikan dalam arti luas diupayakan
agar seimbang dengan kemampuan sumberdaya ikan tersebut untuk pulih kembali. Dalam rangka mendukung kegiatan ini diperlukan analisis
keterkaitan antara tingkat penangkapan dengan sumberdaya ikannya melalui kegiatan pengkajian stok. Secara sederhana data dasar minimal
yang diperlukan dalam kegiatan pengkajian stok adalah data tentang kegiatan penangkapan yang meliputi jumlah, jenis dan ukuran alat tangkap
dan jumlah serta jenis hasil tangkapan. Pengaruh penangkapan terhadap stok ikan spesies tertentu dan hasil
tangkapan yang diperoleh dari stok sebenarnya. Pada awal usaha penangkapan, stok ikan cukup melimpah dan hasil tangkapan yang diambil
oleh nelayan cukup tinggi, meskipun secara keseluruhan total hasil tangkapan biasanya relative rendah. Sejalan dengan perkembangan
perikanan dimana jumlah nelayan bertambah banyak, maka total hasil
84
tangkapan juga akan meningkat sesuai dengan tingginya jumlah kegiatan penangkapan. Keadaan ini tentunya tidak akan berlangsung selamanya.
Akhirnya akan sampai pada suatu titik dimana hasil tangkapan tidak akan meningkat, bahkan penambahan jumlah unit alat penangkap dapat
mengakibatkan hasil tangkapan yang diperoleh segera turun. Tabel 14 Fluktuasi volume dan nilai produksi perikanan laut di Jawa Tengah,
tahun 1998-2006
Tahun volume
produksi ton Pertumbuhan
Nilai Produksi Rp.1000
Pertumbuhan
Pansela 1998
20 463,4 111 967 289
1999 22 195,2
7,80 124 257 607
9,89 2000
16 650,3 -33,30
122 101 309 -1,77
2001 15 592,7
-6,78 117 212 532
-4,17 2002
14 357,50 -8,60
82 314 063 -42,40
2003 12 521,70
-14,66 60 719 918
-35,56 2004
9 894,10 -26,56
59 362 058 -2,29
2005 8 572,30
-15,42 90 607 794
34,48 2006
12 628,30 32,12
79 691 078 -13,70
Pantura 1998
283 436,1 618 267 733
1999 255 068,7
-11,12 754 585 025
18,07 2000
244 619,5 -4,27
949 393 300 20,52
2001 259 216,4
5,63 918 772 331
-3,33 2002
266 909,5 2,88
1 040 216 109 11,67
2003 223 713,3
-19,31 712 901 199
-45,91 2004
234 495,4 4,60
777 299 577 8,28
2005 184 014,3
-27,43 727 843 433
-6,79 2006
165 353,7 -11,29
671 289 965 -8,42
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Tengah, 2000-2007 Penyebab utama menurunnya hasil tangkapan ikan dari suatu
perikanan tertentu dapat dikelompokkan ke dalam dua hal. Pertama, ikan yang tertangkap berukuran relative kecil ikan muda dimana mereka tidak
mempunyai kesempatan untuk tumbuh besar sampai ukuran dewasa. Meskipun peningkatan kegiatan penangkapan akan meningkatkan
banyaknya ikan yang tertangkap, rata-rata berat individu ikan secara perlahan-lahan akan menurun, yang pada akhirnya hasil tangkapan secara
keseluruhannya akan menurun, dikenal dengan istilah “growth overfishing”. Penyebab kedua yang secara potensial lebih berbahaya dari menurunnya
hasil tangkapan akibat intensitas penangkapan yang tinggi adalah berkurangnya ikan induk Spawning Stock, sehingga ikan dapat menjamin
85
secara cukup memadai jumlah rekruitmen pada masa mendatang. Keadaan ini dikenal dengan istilah “fekunditas”, suatu jenis ikan dimana
ikan betinanya mampu menghasilkan berjuta-juta telur yang siap dipijahkan dan jika hidup survive cukup memadai, maka ‘recruitment overfishing’
biasanya tidak dapat dideteksi secara jelas.
4.1.3 Peranan sektor perikanan pada perekonomian Jawa Tengah 4.1.3.1 Struktur perekonomian