214
10. Pertumbuhan Gross Domestic Product GDP atau Produk Domestik Bruto PDB pada sektor perikanan lebih efektif dalam penurunan jumlah penduduk
miskin dan memeratakan pendapatan.
4.6.2 Faktor-faktor dalam pembangunan perikanan Jawa Tengah
Dalam membahas faktor-faktor yang berpengaruh pada pembangunan perikanan Jawa Tengah dalam penelitian ini dijelaskan melalui hubungan yang
saling terkait antara faktor lingkungan usaha perikanan, kebijakan pemerintah daerah, kebijakan pemerintah pusat, kinerja usaha perikanan tangkap, kinerja
industri pengolahan dan tujuan pembangunan Jawa Tengah. Dari ke-enam variabel tersebut, dengan menggunakan model persamaan struktural akan dapat
diketahui faktor yang paling dominan dari enam variabel tersebut serta indikator yang dominan pada masing-masing variabel, sehingga mampu untuk
merumuskan kebijakan yang tepat dalam pembangunan perikanan di Jawa Tengah.
4.6.2.1 Lingkungan usaha perikanan
Dari persamaan struktural yang membentuk lingkungan usaha perikanan, dari hasil analisis dengan bantuan Amos versi 6 didapatkan :
LUP = 0,202 KEBIJ_PUS – 0,650 KEBIJ_DAE + 0,092 Dari persamaan ini variabel laten yang mempengaruhi terhadap lingkungan
usaha perikanan LUP adalah variabel kebijakan pemerintah pusat KEBIJ_PUS dan kebijakan pemerintah daerah KEBIJ_DAE, kebijakan
pemerintah pusat memiliki pengaruh terbesar terhadap lingkungan usaha perikanan.
Analisis terhadap lingkungan usaha perikanan adalah suatu usaha untuk mengidentifikasi sejumlah variabel pokok yang berada diluar kendali yang
diperkirakan akan memiliki pengaruh nyata terhadap sektor perikanan, dalam penelitian ini sektor perikanan dipengaruhi oleh kebijakan yang dihasilkan dari
pemerintah pusat dan daerah.
1. Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap lingkungan usaha
perikanan Menurut Wahab 2004, kebijakan suatu pemerintah memiliki
implikasi antara lain; pertama, kebijakan pemerintah pusat lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan dari pada sebagai
215
perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan, kedua kebijakan terdiri dari tindakan-tindakan yang saling berkait, dan ketiga, kebijakan
mungkin bersifat positif mungkin pula negatif. Sehingga dari pendapat Wahab 20004 bahwa kebijakan pemerintah pusat yang berkaitan untuk
meningkatkan lingkungan bisnis pada sektor perikanan diharapkan secara positif berpengaruh terhadap masyarakat, disamping kebijakan
tersebut bukan suatu kebetulan akan tetapi memiliki tujuan yang jelas. Akan tetapi, dari implikasi kebijakan tersebut belum diikuti dengan suatu
proses yang mendukung terhadap keberhasilannya, dengan demikian dari kebijakan tersebut dapat berimplikasi negatif.
Dari hasil hipotesis 4, yang menyatakan kebijakan pemerintah pusat KEBIJ_PUS akan berpengaruh positif terhadap lingkungan usaha
perikanan LUP, dengan nilai signifikan 0,375 diatas nilai signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan tidak signifikan.
Sedangkan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh sebesar 0,202, nilai positif yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa kebijakan pemerintah pusat
seperti kebijakan terhadap pendidikan, permodalan, dan pelatihan akan berpengaruh positif terhadap lingkungan usaha perikanan, dengan kata
lain apabila kebijakan pemerintah pusat dilaksanakan akan meningkatkan lingkungan usaha perikanan seperti peningkatan SDM, penggunaan
teknologi maupun yang lain justru akan menurunkan peran lingkungan usaha perikanan.
2 Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap lingkungan usaha
perikanan Dari hasil hipotesis 9, yang menyatakan kebijakan pemerintah
daerah KEBIJ_DAE akan berpengaruh positif terhadap lingkungan usaha perikanan LUP, dengan nilai signifikan 0,223 diatas nilai
signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan tidak signifikan. Sedangkan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh sebesar
-0,658, nilai negatif yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa kebijakan pemerintah daerah akan berpengaruh negatif terhadap lingkungan usaha
perikanan, dengan kata lain apabila kebijakan pemerintah daerah yang dihasilkan untuk meningkatkan indikator yang ada pada lingkungan
216
usaha perikanan seperti misal peningkatan SDM, penggunaan teknologi maupun yang lain justru akan menurunkan peran lingkungan usaha
perikanan. Kondisi ini bertolak belakang dengan pesan terhadap suatu
kebijakan pemerintah yang dihasilkan, dimana menurut Dunn 2000, bahwa kebijakan pemerintah bersifat memaksa atau berpengaruh
terhadap tindakan privat masyarakat luas publik, serta kebijakan ini ditujukan untuk melakukan intervensi terhadap kehidupan masyarakat
dalam rangka meningkatkan kehidupannya Dwijowinoto 2003. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan daerah yang dihasilkan dari sikap
kompromi politik antara lembaga eksekutif pemerintah daerah dan lembaga legislatif DPRD terkait persetujuan penetapan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Jawa Tengah yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan proyek, seperti peningkatan skill nelayan, akses
kredit, regulasi yang mendukung dan lain-lain, belum mampu untuk meningkatkan lingkungan usaha perikanan tersebut. Justru dari hasil
penelitian ini mengalami penurunan atau koefisien regresinya bernilai negatif. Kondisi ini dapat terjadi karena ada beberapa hal, antara lain :
a. Kegiatan-kegiatan yang dihasilkan dari program pemerintah tersebut belum menyentuh inti kebutuhan nelayan secara spesifik, sehingga
tujuan akhir yang diharapkan belum tercapai. b. Terjadinya gab antara kebutuhan pemerintah di satu sisi dan nelayan
di lain pihak. c. Nelayan yang merasakan terhadap program pemerintah tersebut
salah sasaran, justru nelayan yang membutuhkannya belum tersentuh.
4.6.2.2 Kebijakan pemerintah daerah
Dari persamaan struktural yang membentuk kebijakan pemerintah daerah, hasil analisis dengan bantuan Amos versi 6 didapatkan :
KEBIJ_DAE = 0,433 KEBIJ_PUS + 0,04 Sehingga dari persamaan struktural tersebut kebijakan pemerintah
daerah KEBIJ_DAE hanya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah pusat KEBIJ_PUS.
217
Dari hipotesis 7, yang menyatakan kebijakan pemerintah pusat KEBIJ_PUS akan berpengaruh positif terhadap kebijakan pemerintah
daerah KEBIJ_DAE, didapatkan nilai signifikan sebesar 0,375 diatas nilai signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan
hipotesis tersebut tidak signifikan. Sedangkan dari nilai koefisien regresi atau loading factor yang diperoleh bernilai positif sebesar 0,433, hal ini
memiliki arti bahwa kebijakan pemerintah pusat seperti kebijakan terhadap pendidikan, permodalan, dan pelatihan akan berpengaruh positif
terhadap lingkungan usaha perikanan, dengan kata lain apabila kebijakan pemerintah pusat dilaksanakan akan meningkatkan lingkungan usaha
perikanan seperti misal peningkatan SDM, penggunaan teknologi maupun yang lain akan menurunkan lingkungan usaha perikanan
4.6.2.3 Kinerja usaha perikanan tangkap
Dari persamaan struktural yang membentuk kinerja usaha perikanan tangkap, hasil analisis dengan bantuan Amos versi 6 didapatkan :
KUP_TANG = -0,018 LUP + 0,059 KEBIJ_PUS + 0,035 KEBIJ_DAE + 0,005
Sehingga dari persamaan struktural tersebut lingkungan usaha perikanan LUP, kebijakan pemerintah pusat KEBIJ_PUS, dan
kebijakan pemerintah daerah KEBIJ_DAE berpengaruh terhadap kinerja usaha perikanan tangkap KUP_TANG. Dari ketiga pengaruh tersebut
kebijakan pemerintah pusat memiliki pengaruh terbesar terhadap kinerja usaha perikanan tangkap.
1 Pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja usaha
perikanan tangkap Dari hipotesis 1, yang menyatakan lingkungan usaha perikanan
LUP akan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha perikanan tangkap KUP_TANG, didapatkan hasil nilai signifikan sebesar 0,427,
nilai ini diatas nilai signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan hipotesis tidak signifikan. Sedangkan dari nilai koefisien
regresi diperoleh sebesar -0,018, nilai negatif yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa lingkungan usaha perikanan akan berpengaruh negatif
terhadap kinerja usaha perikanan tangkap, dengan kata lain apabila
218
kinerja usaha perikanan tangkap ditingkatkan satu satuan, maka akan menurunkan lingkungan usaha perikanan sebesar 0,018. Penurunan
kinerja ini tidak sejalan dengan harapan bahwa dengan meningkatnya lingkungan usaha perikanan akan meningkatkan kinerja usaha perikanan
tangkap.
2 Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja usaha
perikanan tangkap Dari hasil hipotesis 4, yang menyatakan kebijakan pemerintah pusat
KEBIJ_PUS akan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha perikanan tangkap KUP_TANG, didapatkan hasil nilai signifikan sebesar 0,375 ,
nilai ini diatas nilai signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan hipotesis tidak signifikan. Sedangkan dari nilai koefisien
regresi diperoleh sebesar 0,059, dan nilai positif yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa kebijakan pemerintah pusat seperti kebijakan
terhadap pendidikan, permodalan, dan pelatihan akan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha perikanan tangkap, dengan kata lain apabila
kebijakan pemerintah pusat dilaksanakan akan meningkatkan kinerja usaha perikanan tangkap.
3 Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja usaha
perikanan tangkap Dari hasil hipotesis 10, yang menyatakan kebijakan pemerintah
daerah KEBIJ_DAE akan berpengaruh positif terhadap kinerja usaha perikanan tangkap KUP_TANG, dengan nilai signifikan 0,797 diatas nilai
signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan hipotesis tersebut tidak signifikan. Sedangkan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh sebesar 0,035, nilai positif yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa kebijakan pemerintah daerah akan berpengaruh positif terhadap
kinerja usaha perikanan tangkap, dengan kata lain apabila kinerja usaha perikanan tangkap ditingkatkan sebesar satu satuan, maka akan
meningkatkan kebijakan pemerintah daerah sebesar 0,035.
219
4.6.2.4 Kinerja industri pengolahan
Dari persamaan struktural yang membentuk kinerja usaha perikanan tangkap, hasil analisis dengan bantuan Amos versi 6 didapatkan :
KI_PROS = 0,198 LUP + 1,873 KEBIJ_PUS – 5,190 KEBIJ_DAE - 0,360 KUP_TANG+ 0,268
Sehingga dari persamaan struktural tersebut didapatkan bahwa kinerja industri pengolahan KI_PROS akan dipengaruhi oleh lingkungan
usaha perikanan LUP, kebijakan pemerintah pusat KEBIJ_PUS, kebijakan pemerintah daerah KEBIJ_DAE, dan kinerja usaha perikanan
tangkap KUP_TANG, dengan terbesar yang mempengaruhi kinerja industri pengolahan adalah kebijakan pemerintah pusat.
1 Pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap kinerja industri
pengolahan Dari hipotesis 2, yang menyatakan lingkungan usaha perikanan
LUP akan berpengaruh positif terhadap kinerja industri pengolahan KI_PROS, didapatkan hasil penelitian nilai signifikan sebesar 0,272,
nilai ini diatas nilai signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan hipotesis tidak signifikan. Sedangkan dari nilai koefisien
regresi yang diperoleh sebesar 0,198, nilai positif yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa lingkungan usaha perikanan akan berpengaruh
positif terhadap kinerja industri pengolahan, dengan kata lain apabila lingkungan usaha perikanan ditingkatkan akan secara positif
meningkatkan kinerja industri pengolahan.
2 Pengaruh kebijakan pemerintah pusat terhadap kinerja industri
pengolahan Dari hipotesis 6, yang menyatakan kebijakan pemerintah pusat
KEBIJ_PUS akan berpengaruh positif terhadap kinerja industri pengolahan KI_PROS, didapatkan hasil nilai signifikan sebesar 0,027,
nilai ini dibawah nilai signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan signifikan. Sedangkan dari nilai koefisien regresi diperoleh
sebesar 1,873 dan nilai positif yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa peningkatan kebijakan pemerintah pusat akan meningkatkan kinerja
industri pengolahan.
220
3 Pengaruh kebijakan pemerintah daerah terhadap kinerja industri
pengolahan Dari hipotesis 11, yang menyatakan bahwa kebijakan pemerintah
daerah KEBIJ_DAE akan berpengaruh positif terhadap kinerja industri pengolahan KI_PROS, dengan nilai signifikan sebesar 0,009 dibawah
nilai signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan hipotesis signifikan. Sedangkan dari nilai koefisien regresi yang
diperoleh sebesar -5,190, dan nilai negatif yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa kebijakan pemerintah daerah akan berpengaruh negatif
terhadap kinerja industri pengolahan, dengan kata lain apabila kebijakan pemerintah daerah diterapkan akan menurunkan kinerja
industri pengolahan
4 Pengaruh kinerja usaha perikanan tangkap terhadap kinerja industri
pengolahan Dari hasil hipotesis 13, yang menyatakan kinerja usaha perikanan
tangkap KUP_TANG akan berpengaruh positif terhadap kinerja industri pengolahan KI_PROS, diperoleh hasil analisis nilai signifikan
0,676, nilai ini diatas nilai signifikan yang ditetapkan sebesar 0,05, sehingga disimpulkan hipotesis tidak signifikan. Sedangkan dari nilai
koefisien regresi yang diperoleh sebesar -0,360, nilai negatif yang dihasilkan ini memiliki arti bahwa kinerja usaha perikanan tangkap akan
berpengaruh negatif terhadap kinerja industri pengolahan, dengan kata lain apabila kinerja usaha perikanan tangkap ditingkatkan justru akan
menurunkan peran kinerja industri pengolahan
4.6.2.5 Tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah
Dari persamaan struktural yang membentuk variabel dependen tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah, hasil analisis dengan
bantuan Amos versi 6 didapatkan : TUJ_PEM_PI = -0,084 LUP + 2,140 KEBIJ_PUS – 4,294 KEBIJ_DAE +
2,01 KUP_TANG -0,168 KI_PROS + 0,054 Sehingga dari persamaan struktural tersebut dapat dijelaskan
bahwa tujuan pembangunan perikanan Jawa Tengah TUJ_PEM_PI akan dipengaruhi oleh lingkungan usaha perikanan LUP, kebijakan
221
pemerintah pusat KEBIJ_PUS, kebijakan pemerintah daerah KEBIJ_DAE, dan kinerja industri pengolahan KI_PROS, dan dari
kelima variabel laten tersebut, pengaruh terbesar pada penerapan kebijakan pemerintah pusat.
Menurut Mulyadi 2005, ada lima tujuan yang harus dicapai oleh pembangunan perikanan nasional, yaitu : pemenuhan kebutuhan
konsumsi produk perikanan untuk dalam negeri, peningkatan perolehan devisa, peningkatan produksi perikanan sesuai dengan potensi lestari
dan daya dukung lingkungan, pemeliharaan kelestarian stok ikan dan daya dukung lingkungannya dan peningkatan kesejahteraan nelayan
dan petani ikan
1. Pengaruh lingkungan usaha perikanan terhadap tujuan pembangunan