Pengaruh Profesionalisme Dan Pengalaman Kerja Internal Auditor Terhadap Evektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening

(1)

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN KERJA INTERNAL AUDITOR TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERUSAHAAN MELALUI

MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada PT. Bank “X”)

Oleh

ARGO DWI SAPUTRA NIM: 204082002300

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN KERJA INTERNAL AUDITOR TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERUSAHAAN MELALUI

MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada PT Bank “X”)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

ARGO DWI SAPUTRA NIM: 204082002300

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM NIP. 130 676 334

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini Jum’at, Tanggal 7 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Argo Dwi Saputra NIM: 204082002300 dengan judul Skripsi “PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN KERJA INTERNAL AUDITOR TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERUSAHAAN MELALUI MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada PT. Bank “X”)”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Agustus 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si Rahmawati, SE., MM

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli


(4)

Hari ini Jum’at, Tanggal 14 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Argo Dwi Saputra NIM: 204082002300 dengan judul Skripsi “PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN KERJA INTERNAL AUDITOR TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PERUSAHAAN MELALUI MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada PT. Bank “X”)”. Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Agustus 2009

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamja, MM Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Argo Dwi Saputra

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 08 September 1986 Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Komplek Batan Indah, Blok H No.23, Serpong, BSD Tangerang, Banten

Telp / HP : (021) 99716517 / 085694329478

E-mail : argodwisaputra@yahoo.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

1992 – 1998 : SDN Batan Indah

1998 – 2001 : SLTPN 4 Puspiptek Serpong 2001 – 2004 : SMUN 7 Tangerang

2004 – 2009 : S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III.PENDIDIKAN NON FORMAL

2003 – 2005 : Kursus Bahasa Inggris “LIA”

2009 : Kursus Komputer “MYOB Accounting”

IV.LATAR BELAKANG KELUARGA

Ayah : Ir. Agustiar Harun

Tempat / Tanggal Lahir : Jambi, 09 Juli 1954

Alamat : Komp Batan Indah Blok H 23, Serpong Tangerang

Ibu : Dra. Harlina Hamid

Tempat / Tanggal Lahir : Jambi, 15 September 1965


(6)

The Influence of Professionalism and Working Experience of Internal Auditor To Effectiveness of Implementation of Internal Control System of

CompanyThrough Motivation As Intervening Variable (Case Studies On PT. Bank “X”)

By:

Argo Dwi Saputra ABSTRACT

This research is to examine and to obtain empirical evidence on influence of professionalism and working experience of internal auditor to the effectiveness of implementation of internal control system of company through motivation as intervening variable.

This research used primary data through questionnaires, it has been done in PT. Bank “X”. Retrieval of sample has been done by using convenience sampling. Number of questionnaires distributed were one hundred and ten copies but only eighty one questionnaires were returned. The data analysis is to examine the hypothesis it has been done by path analysis.

The result shows that (a) professionalism and working experience of internal auditor have significant influence to motivation, (b) professionalism and working experience of internal auditor have significant influence to the effectiveness of implementation of internal control system of company, (c) motivation has significant influence to the effectiveness of implementation of internal control system of company, (d) Professionalism and working experience of internal auditor have significant influence to the effectiveness of implementation of internal control system of company through motivation as intervening variable.

Keywords: Professionalism, working experience, internal auditor, internal control system, and motivation.


(7)

Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Kerja Internal Auditor Terhadap Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan

Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada PT. Bank “X”)

Oleh: Argo Dwi Saputra

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memperoleh bukti secara empiris pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening.

Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner yang dilakukan di PT. Bank “X”. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan convenience sampling. Kuesioner yang disebar berjumlah seratus sepuluh buah akan tetapi hanya delapan satu yang kembali. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap motivasi, (b) profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan, (c) motivasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan, (d) profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening.

Kata Kunci: Profesionalisme, pengalaman kerja, internal auditor, sistem pengendalian intern, dan motivasi.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara hati yang bersifat mulia, sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur cahaya Ilham, Pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat-Nya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan terselesaikan.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman, Muhammad SAW, yang telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran islam yang telah terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa segala kerja keras demi terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, dorongan serta bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Ir. Agustiar Harun dan Ibu Dra. Harlina Hamid serta Kakak dan adikku tersayang Kak Tommy dan De Destri yang selalu memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, motivasi dan yang selalu mengiringi saya melalui doa dan restu.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM sebagai dosen Pembimbing I yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM sebagai dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk membimbing dan memotivasi penulis, terima kasih untuk ilmunya semoga bermanfaat bagi penulis.


(9)

5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 7. Bapak Suhendra, S.Ag., MM selaku Ketua Program Studi.

8. Ibu Rahmawati, SE., MM selaku Wakil Ketua Program Studi.

9. Seluruh dosen, staf administrasi, staf perpustakaan, staf keamanan dan staf kebersihan Fakultas Ekonomi terima kasih atas semua ilmu, bantuan, kemudahan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan.

10.Pihak PT. BANK “X” yang telah bersedia untuk mengisi kuesioner demi terkumpulnya dan selesainya penelitian ini.

11.Saudaraku Bang Daniel yang selalu membuat hidup ini menjadi lucu, Fara Safitri yang selalu memberikan motivasi, Rudi, Arya, Faisal, Andi, dan juga Mr. Syafi’i terima kasih telah memberikan masa kebersamaan dan keakrabannya.

12.Semua teman-teman seperjuangan akuntansi dan manajemen angkatan 2004 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-satu, terima kasih telah memberikan masa kebersamaan, keakraban, dan kepeduliannya.

13.Untuk semua orang yang telah membantu saya tapi tidak tercantum namanya, saya mengucapkan terima kasih banyak.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik. Pada akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Jakarta, Agustus 2009


(10)

Hal i ii iii iv v vi vii ix xii xiii xiv 1 6 7 7 8 10 10 11 12 13 15 15 16 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ABSTRACT ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ... B. Perumusan Masalah ... C. Tujuan dan Manfaat ... 1. Tujuan Penelitian ... 2. Manfaat Penelitian ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A...Ru ang Lingkup Internal Audit... 1...Pe

ngertian Internal Audit ... 2...Fu

ngsi dan Tujuan Internal Audit... 3...Int


(11)

Hal 18 19 19 21 22 22 24 26 28 34 35 35 37 39 41 41 43 44 44 46 47 49 49 50 52 52 4...Fu

ngsi dan Tanggung Jawab Internal Auditor ... B...Pr

ofesionalisme... 1. Pengertian Profesionalisme ... 2. Konsep Profesionalisme ... 3. Kemahiran Profesionalisme ... C...Pe

ngalaman Kerja ... 1...Pe

ngertian Pengalaman Kerja ... 2...Pe

ngalaman Kerja Auditor... D...

Sistem Pengendalian Intern ... 1. Pengertian Pengendalian Internal ... 2. Tujuan Pengendalian Internal ... 3. Sistem Pengendalian Internal ... 4. Unsur – Unsur Pengendalian Intern ... 5. Ciri – Ciri Pengendalian Intern yang Efektif dan Memadai ... E...Ru

ang Lingkup Sistem Pengendalian Intern Bank ... 1. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengendalian Intern Bank ... 2. Pihak – pihak yang Berkepentingan dengan Sistem

Pengendalian Intern Bank ... 3. Elemen Utama Sistem Pengendalian Intern Bank ... F...M

otivasi ... 1. Pengertian Motivasi ... 2. Jenis – Jenis Motivasi ... 3. Tujuan Motivasi ...


(12)

Hal 53 56 59 63 69 69 69 72 72 74 79 80 81 92 106 G...Ti

njauan Penelitian Terdahulu ... H...Di

ferensiasi Penelitian ... I...Pe

rumusan Hipotesis ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian... B. Metode Penentuan Sampel... C. Metode Pengumpulan Data ... D. Metode Analisis ... 1...Uj

i Kualitas Data ... a...Uj

i Validitas... b...Uj

i Reliabilitas ... 2...Uj

i Hipotesis... a...M

enguji Sub - Struktur 1 ... b...M

enguji Sub - Struktur 2 ... E. Operasional Variabel Penelitian...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 2. Sejarah dan Perkembangan PT Bank”X” ... B. Hasil Penelitian ...


(13)

1...De skripsi Data ... 2...Uj

i Validitas ... 3...Uj

i Reliabilitas... 4...Ha

sil Uji Hipotesis ... a...M

enguji Sub - Struktur 1 ... b...M

enguji Sub - Struktur 2 ... C. Kerangka Hubungan Sub – Struktur 1 dan Sub – Struktur 2 ... D. Pembahasan...

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan ... B. Implikasi dan Saran...


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Hubungan Struktur X1, X2 dan Y terhadap Z 46

Gambar 3.1 Diagram Jalur 55

Gambar 3.2 Diagram Jalur Sub Struktur 1 56

Gambar 3.3 Diagram Jalur Sub Struktur 2 59

Gambar 4.1 Hubungan Sub Struktur 1 Variabel X1, dan X2 terhadap Y

90

Gambar 4.2 Hubungan Sub Struktur 2 Variabel X1, X2 dan Y terhadap Z

103


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian 66

Tabel 4.1 Karakteristik Data 72

Tabel 4.2 Deskriptif Responden 73

Tabel 4.3 Uji Validitas Profesionalisme 75

Tabel 4.4 Uji Validitas Pengalaman Kerja 76

Tabel 4.5 Uji Validitas Motivasi 77

Tabel 4.6 Uji Validitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern 78

Tabel 4.7 Uji Reliabilitas Profesionalisme 79

Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Pengalaman Kerja 79

Tabel 4.9 Uji Reliabilitas Motivasi 80

Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern 80

Tabel 4.11 Coefficients (a) 81

Tabel 4.12 Correlations 85

Tabel 4.13 Anova 86

Tabel 4.14 Model Summary 88

Tabel 4.15 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung, Kontribusi Total, Kontribusi Profesionalisme (X1) dan Pengalaman Kerja (X2) Secara Simultan dan Signifikan Terhadap Motivasi (Y)

91

Tabel 4.16 Coefficients(a) 92

Tabel 4.17 Correlations 97

Tabel 4.18 Anova 99

Tabel 4.19 Model Summary 101

Tabel 4.20 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung, Kontribusi Total, Kontribusi Profesionalisme (X1), Pengalaman Kerja (X2) dan Motivasi (Y) Secara Simultan Terhadap Sistem Pengendalian Intern (Z)


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lampiran 1 Permohonan Melaksanakan Penelitian 118 Lampiran 2 Permohonan Ijin Riset dari PT Bank Mandiri 119

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian 120

Lampiran 4 Matriks Jawaban Responden (Data Primer) 130 Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Try Out 136 Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Pasca Try Out 144


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kegiatan usaha dalam mencari tujuannya selalu dihadapkan pada berbagai kendala, sedangkan setiap perusahaan selalu dituntut untuk dapat tetap bertahan dalam menghadapi arus persaingan bisnis yang semakin ketat pada era globalisasi sekarang ini. Suatu langkah yang dapat ditempuh oleh perusahaan agar dapat tetap bertahan dan semakin berkembang, yaitu diperlukan adanya upaya dan penyempurnaan dalam hal produktivitas, efisiensi, serta efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi harus terus dikembangkan dan ditingkatkan. Dalam penelitian Desyanti dan Ratnadi (2006), salah satu kebijakan yang dapat diambil oleh manajemen adalah meningkatkan sistem pengendalian intern perusahaan. Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) dalam Eroika (2008), sistem pengendalian intern itu meliputi susunan organisasi dan semua metode serta ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta benda miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah digariskan.


(18)

Dalam dunia perbankan, sistem pengendalian intern yang efektif merupakan komponen penting dalam manajemen bank dan menjadi dasar bagi kegiatan operasional bank yang sehat dan aman. Sistem Pengendalian Intern yang efektif dapat membantu pengurus bank menjaga aset bank, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan bank terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi resiko terjadinya kerugian, penyimpangan serta pelanggaran dalam beberapa aspek. Terselenggaranya sistem pengendalian intern bank yang handal dan efektif sudah merupakan tanggung jawab dari pengurus dan para pejabat bank. Selain itu, pengurus bank juga berkewajiban untuk meningkatkan budaya risiko (risk culture) yang efektif pada organisasi bank dan memastikan hal tersebut melekat di setiap jenjang organisasi (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003:1).

Sistem Pengendalian Intern perlu mendapat perhatian bank, mengingat bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kesulitan usaha bank adalah adanya berbagai kelemahan dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern bank, antara lain (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003:1): 1. Kurangnya mekanisme pengawasan, tidak jelasnya akuntabilitas dari

pengurus bank dan kegagalan dalam mengembangkan budaya pengendalian intern pada seluruh jenjang organisasi;

2. Kurang memadainya pelaksanaan identifikasi dan penilaian atas resiko dari kegiatan operasional bank;


(19)

3. Tidak ada atau gagalnya suatu pengendalian pokok terhadap kegiatan operasional bank, seperti pemisahan fungsi, otorisasi, verifikasi dan kaji ulang atas risk exposure dan kinerja bank;

4. Kurangnya komunikasi dan informasi antar jenjang dalam organisasi bank, khususnya informasi di tingkat pengambil keputusan tentang penurunan kualitas risk exposure dan penerapan tindakan perbaikan;

5. Kurang memadai atau kurang efektifnya program audit intern dan kegiatan pemantauan lainnya;

6. Kurangnya komitmen manajemen bank untuk melakukan proses pengendalian intern dan menerapkan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran ketentuan yang berlaku, kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan bank.

Pada penelitian Desyanti dan Ratnadi (2006) untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang efektif diperlukan staf internal auditor, yang mana memiliki tanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugas pemeriksaan intern. Pemeriksaan intern merupakan kegiatan yang penting untuk menilai apakah semua kebijakan yang ditetapkan sudah dilaksanakan dengan tepat dan apabila terdapat penyimpangan, internal auditor sebagai pengawas intern harus segera melakukan tindakan koreksi agar tujuan perusahaan tercapai. Internal auditor itu sendiri menurut Nasution (2003) ialah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal auditing atau orang yang melakukan pengawasan dan bertanggung jawab terhadap sistem pengendalian intern di dalam suatu perusahaan. Kualifikasi yang baik dari


(20)

pegawai bagian internal audit tersebut, perlu diperhatikan untuk menjamin hasil kerja dari bagian ini. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan dari bank itu sendiri. Karena pentingnya eksistensi dari seorang pengawas intern (internal auditor), menuntut mereka untuk memiliki sikap profesionalisme, pengalaman kerja, dan motivasi dalam melaksanakan tugas pemeriksaan intern.

Luasnya ruang lingkup usaha perbankan mengakibatkan pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupun aktivitas ekstern, yang terjadi pada bank tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan pengawas intern (internal auditor) yang memiliki sikap profesionalisme, pengalaman kerja, dan motivasi dalam menilai efektivitas penerapan sistem pengendalian intern.

Penelitian tentang profesionalisme auditor pernah dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006) dengan judul penelitian Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pelaksanaan Laporan Keuangan, yang tujuannya untuk menguji profesionalisme auditor yaitu pengabdian pada profesi (X1), kewajiban sosial (X2), kemandirian (X3), kepercayaan profesi (X4), dan hubungan rekan seprofesi (X5) terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa profesionalisme auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.

Herawaty dan Susanto (2008) mengadakan penelitian mengenai Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi Dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. Hasil analisis


(21)

menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor, dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

Penelitian mengenai pengalaman auditor pernah dilakukan oleh Herliansyah dan Ilyas (2006) dengan judul penelitian Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Dalam Auditor Judgment, yang tujuannya untuk menguji pengalaman auditor terhadap penggunaan bukti dalam auditor judgment. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengalaman auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penggunaan bukti dalam

auditor judgment.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Desyanti dan Ratnadi (2006), tentang Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Badung. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.

Pada penelitian ini terdapat perbedaan dalam beberapa hal, diantaranya:

1. Objek dan lokasi yang dipilih penelitian sebelumnya adalah pengawas intern pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di kabupaten Badung, sedangkan objek dan lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti


(22)

sekarang adalah internal auditor PT. Bank “X” yang berada di wilayah Jakarta Pusat.

2. Peneliti menghilangkan variabel independensi dan menggantinya menjadi variabel motivasi sebagai variabel intervening dalam menguji apakah profesionalisme dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.

3. Alat analisis yang digunakan oleh peneliti sekarang untuk menguji hipotesis adalah menggunakan analisis jalur, sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan analisis regresi berganda.

Dari perbedaan penelitian sebelumnya, maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme Dan Pengalaman Kerja Internal Auditor Terhadap Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada PT. Bank “X”)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi?


(23)

2. Apakah profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan?

3. Apakah motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan?

4. Apakah profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor terhadap motivasi.

b. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan.

c. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh motivasi terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan. d. Untuk menguji dan menganalisis signifikansi pengaruh


(24)

efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening

2. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:

a. Bagi Penulis

1) Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah yang berupa teori-teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, sehingga teori yang diperoleh dapat digunakan pada kondisi yang sesungguhnya.

2) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis berkaitan dengan pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening. b. Bagi Pihak PT. Bank “X”

1) Sebagai bahan evaluasi seberapa besar pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening.


(25)

2) Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai pentingnya profesionalisme, pengalaman kerja, motivasi, dan sistem pengendalian intern bagi internal auditor.

c. Bagi Pembaca

1) Memberikan gambaran mengenai pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening.

2) Sebagai referensi dan bahan masukan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

d. Bagi Lembaga Pendidikan

Dalam hal ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, penulis dapat memberikan sumbangan pikiran tentang pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening (studi kasus pada PT. Bank “X”).


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Internal Audit 1. Pengertian Internal Audit

American Accounting Association mendefinisikan internal audit sebagai, “Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan”. (Sawyer, et. al, 2005:8).

Definisi tersebut ditujukan untuk menggambarkan proses yang dilakukan di semua jenis audit, tetapi istilah “tindakan dan kejadian ekonomi” mengarah pada aspek keuangan atau akuntansi.

Definisi internal audit berikut ini diciptakan untuk menggambarkan lingkup internal audit modern yang luas dan tak terbatas eksternal (Sawyer, et. al, 2005:10):

“Internal Audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan control yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan degan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif”.

Pengertian internal audit di atas tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan


(27)

tanggung jawab. Pada perkembangan terakhir, seseorang yang melakukan peran sebagaimana seorang auditor internal, tidak selalu menggunakan sebutan internal auditor saja, namun telah meluas menjadi control ataupun sistem analisis.

Menurut Nasution (2003) dalam artikelnya sekilas tentang internal auditor:

“Internal audit adalah status aktivitas penilaian yang bebas atau independen dalam organisasi perusahaan untuk meneliti kembali dalam bidang akuntansi, keuangan dan bidang lain-lain sebagai dasar memberikan servis pada manajemen”.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dilihat penekanan utama pengertian internal audit adalah untuk memberikan jasa (service) kepada manajemen.

2. Fungsi dan Tujuan Internal Audit

Internal audit merupakan salah satu unsur dari pada pengawasan yang dibina oleh manajemen, dengan fungsi utama adalah untuk menilai apakah pengendalian intern telah berjalan sebagaimana yang diharapkan. Adapun fungsi internal audit secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja internal audit dalam mencapai tujuannya adalah (Nasution, 2003:3): a. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan

pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi;

b. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang ditetapkan;


(28)

c. Meyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi dipertanggung jawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian;

d. Meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan dalam organisasi;

e. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.

Dari penjelasan fungsi internal audit tersebut, maka tujuan dari internal audit adalah membantu semua anggota manajemen dalam pelaksanaan tugasnya secara efektif dengan menyediakan data yang objektif mengenai hasil analisa, penilaian, rekomendasi, dan komentar atas aktivitas yang diperiksanya.

3. Internal Auditor

Menurut Nasution (2003) internal auditor ialah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal audit. Oleh sebab itu internal auditor senantiasa berusaha untuk menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Dengan demikian pemeriksa intern (internal auditor) harus memahami sifat dan luasnya pelaksanaan kegiatan pada setiap jenjang organisasi, dan juga diarahkan untuk menilai operasi sebagai tujuan utama. Hal ini berarti titik berat pemeriksaan yang diutamakan adalah pemeriksaan manajemen. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan memahami kebijaksanaan


(29)

manajemen (direksi), ketetapan rapat umum pemegang saham, peraturan pemerintah dan peraturan lainnya yang berkaitan.

Menurut Sucipto (2003) internal auditor adalah tim yang melaksanakan fungsi auditing di dalam perusahaaan, internal auditor mempunyai status sebagai pegawai perusahaan yang melakukan audit. Keberhasilan tugas internal auditor ditentukan dari keahliannya dalam memanfaatkan setiap informasi yang ada, yang berhubungan dengan kegiatannya. Kualifikasi yang baik dari pegawai bagian internal audit tersebut, perlu diperhatikan untuk menjamin hasil kerja dari bagian ini. Istilah internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal (intern) dan auditing (audit). Bila diartikan secara sederhana adalah suatu audit yang dilakukan oleh pihak intern dalam arti oleh perusahaan dengan menggunakan pegawai perusahaan itu sendiri. Ini harus dibedakan dengan eksternal auditing yaitu audit yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan atau pihak yang independen, dalam hal ini akuntan publik.

4. Fungsi dan Tanggung Jawab Internal Auditor

Pada saat ini fungsi internal auditor dalam suatu perusahaan semakin diperlukan, terutama pada perusahaan yang memiliki skala operasi yang luas dan besar. Internal Auditor tidak hanya berfungsi untuk mengurangi kebocoran dan penyelewengan dalam perusahaan, lebih dari itu sebagai penghasil informasi yang tepat dan tidak memihak serta dapat membantu meningkatkan mutu pimpinan dalam pengendalian perusahaan. Di dalam tugasnya membantu pimpinan, maka fungsi internal auditor


(30)

harus sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen yang dapat digolongkan sebagai berikut (Sucipto, 2003:3):

a. Fungsi perencanaan, yang merupakan perencanaan operasi melalui saluran manajemen yang sah yang meliputi rencana jangka panjang maupun jangka pendek sesuai dengan tujuan perusahaan;

b. Fungsi pengawasan, termasuk pengembangan testing dan perbaikan kelayakan yang berarti dengan membandingkan standar dengan hasil pekerjaan dan membantu pimpinan dalam menetapkan kesesuaian antara hasil nyata dengan standar;

c. Fungsi pelaporan, yang meliputi penyajian interprestasi dan analisa data keuangan bagi pimpinan dan menekankan penilaian data dan referensi perusahaan serta tujuan dari metode bagian-bagian. Pengaruh ekstern dan kelayakan penyajian laporan kepada pihak ketiga seperti pemerintah, pemilik kreditur-kreditur, langganan, masyarakat dan pihak-pihak lain;

d. Fungsi akuntansi, termasuk pembentukan perusahaan dan akuntansi umum, akuntansi biaya dengan sistem dan metode yang mencakup rancangan dan pembentukan serta pemeliharaan semua buku-buku catatan transaksi keuangan yang objektif dan menyesuaikannya dengan prinsip-prinsip akuntansi dengan internal auditing yang baik;

e. Fungsi lain-lain, termasuk pemberian nasehat perpajakan, memperbaiki sistem dan prosedur serta internal audit.


(31)

Dari fungsi-fungsi tersebut jelas kelihatan bahwa internal auditor harus memiliki kecakapan yang luas, diantaranya adalah profesionalisme, pengalaman kerja yang baik dan motivasi. Internal auditor harus mampu menilai dan mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai manajemen, mampu mendeteksi dan mengantisipasi kelemahan yang mungkin terjadi di masa depan serta dapat menciptakan komunikasi yang baik.

B. Profesionalisme

1. Pengertian Profesionalisme

Menurut Kalbers dan Fogarty (1995) dalam Rohani (2008) profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual:

“Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan profesi atau tidak”.

Profesionalisme harus menjadi acuan dalam pelaksanaan fungsi internal audit oleh Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Bank. Sifat profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui dengan pengetahuan yang dimilikinya disertai latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan dengan rekan sejawatnya (Prima Consulting Group, 2007).


(32)

Untuk dapat mewujudkan profesionalismenya, khusus internal auditor bank secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama harus mempunyai (Prima Consulting Group, 2007):

a. Pengetahuan yang memadai dalam bidang tugasnya yaitu pengetahuan mengenai teknis audit dan disiplin ilmu lain yang relevan;

b. Perilaku yang independen, jujur, objektif, tekun dan loyal;

c. Kemampuan mempertahankan kualitas profesionalnya melalui pendidikan profesi lanjutan yang berkesinambungan;

d. Kemampuan melaksanakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama;

e. Kecakapan dalam berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif.

2. Konsep Profesionalisme

Menurut Hull (1968) dalam Rohani (2008) terdapat lima dimensi profesionalisme, yaitu:

a. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi


(33)

utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.

b. Kewajiban sosial

Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.

c. Kemandirian

Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.

d. Keyakinan terhadap peraturan profesi

Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.

e. Hubungan dengan sesama profesi

Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesional.


(34)

3. Kemahiran Profesional

Kemahiran profesional dapat diperoleh internal auditor melalui pendidikan dan pengalaman kerja yang memadai dalam bidang internal audit, kegiatan operasional perbankan serta disiplin ilmu lain yang relevan dengan spesialisasinya (Prima Consulting Group, 2007).

a. Latar Belakang Pendidikan

Persyaratan minimal pendidikan bagi internal auditor ditetapkan oleh masing-masing bank sesuai dengan ukuran organisasi maupun tingkat kerumitan kegiatan banknya. Meskipun demikian agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, latar belakang pendidikan internal auditor seharusnya dapat menunjang untuk (Prima Consulting Group, 2007):

1) Memahami penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB);

2) Memahami Standar Akuntansi Keuangan (SAK);

3) Memahami peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan operasional perbankan;

4) Memahami prinsip-prinsip manajemen khususnya manajemen perbankan;

5) Memiliki pengetahuan mengenai ilmu yang berkaitan dengan kegiatan perbankan seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum, perpajakan dan masalah-masalah keuangan, metode kuantitatif atau statistik dan memahami prinsip-prinsip pengolahan data elektronik.


(35)

Dalam penerapannya, masing-masing internal auditor tidakperlu memahami seluruh bidang yang dijelaskan sebelumnya, akan tetapi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) secara keseluruhan harus mempunyai personil yang memahami disiplin ilmu di atas.

b. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja yang memadai dalam bidang operasional perbankan akan menambah atau membantu memberikan kemahiran profesional bagi internal auditor, selain itu pengalaman kerja yang dimiliki oleh internal auditor akan membantu dalam proses pengambilan keputusan dan sangat menunjang dalam melaksanakan suatu proses audit (Prima Consulting Group, 2007).

C. Pengalaman Kerja

1. Pengertian Pengalaman Kerja

Menurut pendapat Siagian (1992) dalam Mahmoda (2004) menyatakan pengalaman kerja menunjukkan berapa lama agar supaya pegawai bekerja dengan baik. Disamping itu, pengalaman kerja meliputi banyaknya jenis pekerjaan atau jabatan yang pernah diduduki oleh seseorang dan lamanya mereka bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan tersebut. Dengan demikian, masa kerja merupakan faktor individu yang berhubungan dengan perilaku dan persepsi individu yang mempengaruhi pengalaman kerja. Misalnya, seseorang yang lebih lama bekerja akan dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal promosi,


(36)

pemindahan hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut senioritas. Oleh karena itu, pengalaman kerja yang didapat seseorang akan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan. Pekerja yang mempunyai pengalaman yang tinggi akan memungkinkan mampu mempertahankan dan mengembangkan karir yang telah diraihnya. Berdasarkan definisi di atas pengalaman kerja adalah menunjukkan lamanya dalam melaksanakan, mengatasi suatu pekerjaan dari beragam pekerjaan bahkan berulang-ulang dalam perjalanan hidup.

Pengalaman kerja adalah salah satu variabel yang banyak digunakan dalam penelitian. Marinus (1997) dalam Herliansyah (2006) menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman sebagai variabel penelitian adalah didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang bagi auditor untuk belajar melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Berbagai penelitian auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks. Lebih jauh riset-riset menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan.

Menurut Jeffrey dalam Herliansyah (2006) memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat


(37)

mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Sedangkan menurut Bernardi dalam Taufik (2008), pengalaman kerja merupakan faktor penting dalam memprediksi dan mendeteksi kinerja auditor, karena auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian yang tinggi mengenai kekeliruan dari pada yang kurang atau belum berpengalaman.

2. Pengalaman Kerja Auditor

Menurut Davis (1997) dalam Budi (2007) pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor. Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan seprofesi, pengawasan oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan penggunaan standar auditing.

Kidwell, Stevens, dan Bethke (1987) dalam Budi (2007) melakukan penelitian tentang perilaku manajer dalam menghadapi situasi dilema etika, hasil penelitiannya adalah bahwa manajer dengan pengalaman kerja yang lebih lama mempunyai hubungan yang positif dengan pengambilan keputusan etis. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Larkin (2004) dan Glover (2002). Larkin (2004) melakukan penelitian yang melibatkan internal auditor di lembaga keuangan dan menyatakan bahwa internal auditor yang berpengalaman cenderung lebih konservatif dalam menghadapi situasi dilema etika. Glover (2002) melakukan penelitian pada beberapa mahasiswa program


(38)

bisnis dan menyatakan bahwa mahasiswa yang senior lebih berperilaku etis dibandingkan dengan yang lebih junior.

Kalbers dan Fogarty (1995) dalam Budi (2007) pernah melakukan penelitian mengenai internal auditor dan menyatakan ada hubungan antara pengalaman kerja dengan profesionalisme dan afiliasi terhadap komunitasnya (community affiliation). Meskipun hasil penelitian tersebut hanya menunjukkan bukti yang terbatas, alasan ini dimungkinkan karena untuk menguatkan komitmen profesional seorang auditor perlu waktu dalam keterlibatannya untuk menjadi bagian dan menerima manfaat sebagai bagian dari sebuah komunitas profesinya.

D. Sistem Pengendalian Intern

1. Pengertian Pengendalian Internal

Imam Nashirudin (1998) dalam Fatimah (2008) berpendapat bahwa setiap tindakan manajemen selalu didasarkan pada rencana yang telah disusun terlebih dahulu. Untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disusun, maka diperlukan pengendalian. Pengendalian pada dasarnya adalah kegiatan pelaksanaan dan perencanaan, sehingga kalau terjadi penyimpangan dapat segera diluruskan atau dikembalikan pada rencana semula.

Sebelumnya, istilah yang dipakai untuk sistem pengendalian intern adalah sistem pengawasan intern, dan struktur pengendalian intern. Mulai tahun 2001 istilah resmi yang digunakan IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)


(39)

adalah pengendalian internal. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektifitas dan efisiensi operasi dan, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Agoes, 2007:75).

Pengendalian internal (internal control) adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong, dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Pengendalian intern melaksanakan tiga fungsi penting yaitu: (1) pengendalian pencegahan (preventive control), (2) pengendalian untuk pemeriksaan (detective control), dan (3) pengendalian korektif (corrective control) (Romney dan Steinbart, 2003:229).

Sistem pengendalian intern yang digunakan dalam organisasi atau perusahaan merupakan faktor yang menentukan untuk keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Arti dari sistem pengendalian itu pada hakekatnya menurut pengertian AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) adalah “segala rencana dan peralatan, cara dan ukuran yang terkoordinasikan dalam suatu organisasi untuk menguasai harta kekayaan, mengecek ketelitian dan kebenaran pencatatan data akuntansi,


(40)

meningkatkan efisiensi operasi atau kerja, dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan yang telah ditetapkan”. Pengertian tersebut mencakup kebijaksanaan prosedur dan praktek-praktek yang telah ditetapkan dan telah dianjurkan oleh manajemen (pimpinan) organisasi atau perusahaan yang bersangkutan dan mencakup pula struktur organisasi serta tindakan lain untuk melaksanakan kebijaksanaan prosedur dan praktek-praktek tersebut. Pengertian tersebut di atas adalah dalam arti luas, sedangkan sistem pengendalian intern dalam arti sempit, sering dipergunakan dalam bidang akuntansi adalah sama dengan internal check (Eko Sugiyanto (1999) dalam Fatimah (2008)).

2. Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian internal memberikan jaminan yang wajar bahwa: (1) aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha, (2) informasi bisnis akurat, dan (3) karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan. Pengendalian internal dapat melindungi aktiva dengan mencegah pencurian, penggelapan, penyalahgunaan, atau penempatan aktiva pada lokasi yang tidak tepat. Salah satu pelanggaran paling serius atas pengendalian internal adalah penggelapan oleh karyawan. Penggelapan oleh karyawan (employee fraud) adalah tindakan disengaja untuk menipu majikan demi keuntungan pribadi. Penipuan tersebut bisa mengambil bentuk mulai dari pelaporan beban yang berlebihan untuk ongkos perjalanan agar mendapat uang penggantian yang lebih besar dari kantor hingga penyelewengan jutaan rupiah melalui tipuan yang rumit.


(41)

Informasi bisnis yang akurat demi keberhasilan usaha. Penjagaan aktiva dan informasi yang akurat sering berjalan seiring. Sebabnya adalah karena karyawan yang ingin menggelapkan aktiva juga perlu menyesuaikan catatan akuntansi untuk menutupi penipuan tersebut. Perusahaan harus mematuhi perundang-undangan dan peraturan yang berlaku serta standar pelaporan keuangan (Warren, et. al, 2006:236).

Pengendalian intern harus dipandang tidak sebagai sistem itu sendiri tetapi sebagai bagian dari sistem yang lebih besar, sebab akan menjadi tidak efektif sama sekali atau bahkan mungkin menyesatkan. Untuk itu, tujuan pengendalian intern haruslah jelas. Manusia tidaklah sempurna, mereka tidak lepas dari kelalaian dan persekongkolan. Jika manusia itu sempurna pengendalian intern hanyalah merupakan penyia-nyian sumber data. Pengendalian intern adalah manusia, struktur pengendalian intern mencakup kegiatan pengecekan oleh seseorang terhadap pekerjaan orang lainnya. Fungsi prinsipal dari pengendalian intern adalah tingkah laku manusia dalam suatu sistem bisnis. Tujuan pengendalian intern harus dipandang secara relevan dengan individu yang menjalankan sistem pengendalian tersebut. Sistem harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap pegawai yakin bahwa pengendalian bertujuan melindungi kesulitan-kesulitan dalam operasi organisasi yang sebaliknya dapat mempengaruhi mereka secara pribadi (Sri Hastuti (1999) dalam Fatimah (2008)).


(42)

3. Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengendalian internal (internal control system) menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) dalam Eroika (2008) adalah meliputi susunan organisasi dan semua metode serta ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta benda miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah digariskan. Definisi sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian, pengertian pengendalian intern tersebut di atas berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan, maupun dengan komputer.

Pengendalian internal melaksanakan tiga fungsi penting. Pengendalian pencegahan (preventive control), mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul. Mempekerjakan personel akuntansi yang berkualitas tinggi, pemisahan tugas pegawai yang memadai dan secara efektif mengendalikan akses fisik atas aset, fasilitas, dan informasi merupakan pengendalian pencegahan yang efektif. Oleh karena tidak semua masalah mengenai pengendalian pencegahan dapat dicegah, pengendalian untuk pemeriksaan (detective control) dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul. Contoh dari pengendalian untuk pemeriksaan adalah pemeriksaan salinan atas


(43)

perhitungan, mempersiapkan rekonsiliasi bank dan neraca saldo setiap bulan. Pengendalian korektif (corrective control) memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan. Pengendalian ini mencakup prosedur yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab masalah, memperbaiki kesalahan atau kesulitan yang ditimbulkan, dan mengubah sistem agar masalah dimasa mendatang dapat diminimalisasikan atau dihilangkan. Contoh dari pengendalian ini termasuk pemeliharaan kopi cadangan (backup copies) atas transaksi dan file utama dan mengikuti prosedur untuk memperbaiki kesalahan memasukkan data seperti juga kesalahan dalam menyerahkan kembali transaksi untuk proses lebih lanjut (Romney dan Steinbart, 2003:229).

Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commision (COSO) pada tahun 1992 telah mengeluarkan definisi pengendalian internal. Definisi COSO tentang pengendalian internal sebagai berikut (Tunggal, 2009:70):

Internal control is a process, aaffected by entity’s board of director, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories: effectiveness and efficiency of operation, reliability of financial reporting, compliance with applicable laws and regulations”. Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini (Tunggal, 2009:70): a. Efektifitas dan efisiensi operasi


(44)

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 4. Unsur-Unsur Pengendalian Intern

Pengendalian intern mencakup lima komponen dasar kebijakan dan prosedur yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk meyakinkan bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi. Adapun komponen tersebut seperti yang dapat dilihat dalam Basalamah (2003:136) diuraikan sebagai berikut:

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian sebagai komponen pertama dari lima komponen pengendalian internal merupakan pondasi dari komponen-komponen pengendalian sistem yang lain. Lingkungan pengendalian merupakan dampak kumulatif atas faktor-faktor untuk membangun, mendukung, dan meningkatkan efektifitas kebijakan dan prosedur tertentu. Dengan kata lain, lingkungan pengendalian menentukan iklim organisasi dan mempengaruhi kesadaran karyawan terhadap pengendalian (Bodnar dan Hopwood, 2006:133).

Lingkungan pengendalian terdiri dari faktor-faktor berikut ini (Romney dan Steinbart, 2003:232): (1) komitmen atas integritas dan nilai-nilai etika, (2) filosofi pihak manajemen dan gaya beroperasi, (3) struktur organisasional, (4) komite audit dewan komisaris, (5) metode untuk memberikan otoritas dan tanggung jawab, (6) kebijakan dan praktek-praktek dalam sumber daya manusia, dan (7) pengaruh-pengaruh eksternal.


(45)

b. Penilaian Risiko

Penaksiran risiko merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan. Tahapan yang paling kritis dalam menaksir risiko adalah mengidentifikasi perubahan kondisi eksternal dan internal dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan. Contoh risiko yang relevan dengan proses pelaporan keuangan termasuk perubahan lingkungan operasi organisasi, perubahan personel, perubahan sistem informasi, teknologi baru, perubahan dalam industri, lini produk yang baru, dan regulasi, hukum atau peraturan akuntansi yang baru (Bodnar dan Hopwood, 2006:140).

Mengidentifikasi dan menganalisis risiko adalah suatu proses yang berkelanjutan dan suatu komponen kritis dari pengendalian internal yang efektif. Manajemen harus fokus pada risiko pada semua tingkat organisasi dan perlu mengambil tindakan untuk mengatur mereka. Langkah pertama yang penting adalah manajemen mengidentifikasikan faktor yang bias meningkatkan risiko. Saat risiko telah dikenali, manajemen memperkirakan arti risiko itu, menilai kemungkinan terjadinya risiko tersebut, dan mengembangkan tindakan spesifik yang perlu diambil untuk mengurangi risiko hingga suatu tingkatan yang bias diterima (Arens, et. al, 2003:406).


(46)

c. Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian merupakan komponen pengendalian internal yang ketiga. Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan dengan baik (Bodnar dan Hopwood, 2006:140).

Prosedur pengendalian ditetapkan untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa sasaran bisnis akan dicapai, termasuk pencegahan penggelapan. Ada beberapa faktor yang termasuk dalam prosedur pengendalian yakni sebagai berikut (Warren, et. al, 2006:239): (1) pegawai yang kompeten, perputaran tugas, dan cuti wajib, (2) pemisahan tanggung jawab untuk operasi yang berkaitan, (3) pemisahan operasi, pengamanan aktiva, dan akuntansi, (4) prosedur pembuktian dan pengamanan.

d. Sistem Akuntansi

Setelah prosedur pengendalian internal dikembangkan, metode pemrosesan dasar harus ditentukan. Sistem akuntansi bisa dilaksanakan secara manual atau dikomputerisasi. Pada perusahaan kecil semua transaksi dicatat secara manual pada jurnal umum dua kolom. Ayat jurnal itu kemudian diposkan satu per satu ke akun-akun dalam buku besar. Sistem akuntansi manual seperti itu sederhana penggunaannya dan mudah dimengerti. Pencatatan secara manual dapat melayani perusahaan dengan cukup baik bila jumlah data yang dikumpulkan, disimpan, dan digunakan relatif kecil. Namun untuk


(47)

perusahaan besar dengan database yang besar, pemrosesan secara manual tersebut terlalu mahal dan memakan banyak waktu (Warren, et.

al, 2006:243).

Sistem akuntansi (accounting system) adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi mengenai keuangan dan operasi usaha. Sistem akuntansi untuk perusahaan besar harus mampu mengumpulkan, mengakumulasikan, dan melaporkan berbagai jenis transaksi. Sistem akuntansi berkembang melalui suatu proses yang terdiri dari tiga tahap sejalan dengan pertumbuhan dan perubahan perusahaan. Tahap pertama dalam proses tersebut adalah analisis, yaitu (1) mengidentifikasi kebutuhan para pihak yang menggunakan informasi tentang perusahaan dan (2) menentukan bagaimana menyediakan informasi tersebut. Dalam tahap kedua, sistem tersebut dirancang (designed) sedemikian rupa sehingga memenuhi kebutuhan pemakai. Sistem tersebut meliputi bagan akun, jurnal dua kolom, dan buku besar. Sistem akhirnya diimplementasikan (implemented) dan digunakan. Setelah suatu sistem diimplementasikan, umpan balik (feed back) atau masukan dari pengguna informasi dapat digunakan untuk menganalisis dan memperbaiki sistem. Pengendalian internal dan metode pemrosesan informasi sangat penting dalam sistem akuntansi. Pengendalian internal (internal control) merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva dari penyalahgunaan, memastikan


(48)

bahwa informasi usaha akurat, dan memastikan bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya. Metode pemrosesan (processing method) adalah cara pengumpulan, pengikhtisaran, dan pelaporan informasi akuntansi. Metode-metode ini bisa bersifat manual atau dikomputerisasi (Warren, et. al, 2006:234).

Sistem akuntansi umumnya terdiri dari subsistem akuntansi, yang masing-masing didesain untuk memproses transaksi jenis tertentu. Meskipun berbeda menurut jenis transaksi yang diproses, semua subsistem akuntansi mengikuti urutan prosedur yang sama. Prosedur ini disebut siklus akuntansi (Romney dan Steinbart, 2003:249).

e. Pengawasan

Pengawasan atau monitoring, komponen pengendalian intern yang kelima, melibatkan proses yang berkelanjutan untuk menaksir kualitas pengendalian internal dari waktu ke waktu serta untuk mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. Kualitas pengendalian dapat terganggu dengan berbagai cara, termasuk kurangnya ketaatan, kondisi yang berubah atau bahkan salah pengertian. Pengawasan dicapai melalui aktivitas yang terus menerus, atau evaluasi terpisah, atau kombinasi keduanya. Aktivitas yang terus menerus mencakup aktivitas supervisi manajemen dan tindakan lain yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa proses pengendalian internal secara kontinu berjalan efektif. Fungsi audit internal merupakan satu fungsi yang biasanya ada dalam perusahaan besar untuk mengawasi dan


(49)

mengevaluasi pengendalian secara terus menerus. Luasnya rentang pengendalian dan pertumbuhan volume transaksi di perusaahaan besar merupakan faktor-faktor yang memicu lahirnya fungsi audit internal. Meningkatnya ketergantungan atas data akuntansi yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi besar ditambah dengan meningkatnya peluang pencurian dan penyalahgunaan serta kesalahan pencatatan akuntansi dalam organisasi besar telah memotivasi perlunya audit secara terus menerus. Tujuan fungsi audit internal adalah untuk melayani manajemen dengan menyediakan bagi manajemen hasil analisis, hasil penilaian aktivitas, dan sistem seperti: (1) sejauh mana ketaatan terhadap kebijakan operasi, prosedur, dan rencana, (2) kualitas kinerja personel organisasi (Bodnar dan Hopwood, 2006:145).

Metode utama untuk mengawasi kinerja mencakup (Romney dan Steinbart, 2003:249):

1) Supervisi yang efektif

Supervisi yang efektif mencakup melatih dan mendampingi pegawai, mengawasi kinerja mereka, mengoreksi kesalahan dan melindungi aset dengan cara mengawasi pegawai yang memiliki akses ke hal-hal tersebut.

2) Akuntansi pertanggungjawaban

Sistem akuntansi pertanggungjawaban mencakup anggaran kuota, jadwal, biaya standar, dan standar-standar kualitas laporan kinerja yang membandingkan kinerja yang aktual dengan kinerja yang


(50)

direncanakan serta menunjukkan perbedaan yang signifikan dan prosedur untuk menyelidiki perbedaan yang signifikan dan mengambil tindakan tepat pada waktunya untuk mengoreksi kondisi-kondisi yang mengarah pada perbedaan tersebut.

3) Audit internal

Audit internal mencakup peninjauan ulang keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasional serta menyediakan penilaian kesadaran pegawai terhadap prosedur dan kebijakan manajemen, hukum, dan peraturan yang berlaku serta mengevaluasi efisiensi dan keefektifan manajemen.

5. Ciri-ciri Pengendalian Intern yang Efektif dan Memadai

Pengendalian intern yang baik pada suatu perusahaan belum tentu bisa dianggap baik bagi perusahaan lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pandangan dan keahlian pimpinan perusahaan, juga perbedaan keahlian dan tingkat kepercayaan orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut. Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian intern yang memadai adalah apabila tidak ada seseorangpun yang memungkinkan baginya untuk membuat kecurangan dan melakukan kecurangan terus menerus tanpa diketahui dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Mulyadi dalam bukunya “Sistem Akuntansi”, (2006: 164) menyebutkan bahwa ciri pengendalian intern yang memadai adalah: a. Adanya struktur oganisasi yang memisahkan tanggung jawab


(51)

b. Adanya sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap karyawan, utang, pendapatan dan biaya;

c. Adanya praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi;

d. Adanya karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.

E. Ruang Lingkup Sistem Pengendalian Intern Bank

1. Pengertian dan Tujuan Sistem Pengendalian Intern Bank a. Pengertian

Pengendalian intern merupakan suatu mekanisme pengawasan yang ditetapkan oleh manajemen bank secara berkesinambungan (on going basis), guna (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003:2):

1) Menjaga dan mengamankan harta kekayaan bank; 2) Menjamin tersedianya laporan yang lebih akurat;

3) Meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku;

4) Mengurangi dampak keuangan/kerugian, penyimpangan termasuk kecurangan/fraud, dan pelanggaran aspek kehati-hatian;

5) Meningkatkan efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi biaya.


(52)

b. Tujuan

1) Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (Tujuan Kepatuhan)

Tujuan kepatuhan adalah untuk menjamin bahwa semua kegiatan usaha bank telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah, otoritas pengawasan bank maupun kebijakan, ketentuan, dan prosedur intern yang ditetapkan oleh bank.

2) Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap, dan tepat waktu (Tujuan Informasi)

Tujuan informasi adalah untuk menyediakan laporan yang benar, lengkap, tepat waktu dan relevan yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

3) Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha bank (Tujuan Operasional)

Tujuan operasional dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan aset dan sumber daya lainnya dalam rangka melindungi bank dari resiko kerugian. 4) Meningkatkan efektivitas budaya risiko (risk culture) pada


(53)

Tujuan budaya risiko dimaksudkan untuk mengidentifikasi kelemahan dan menilai penyimpangan secara dini dan menilai kembali kewajaran kebijakan dan prosedur yang ada di bank secara berkesinambungan (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003:3).

2. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan Sistem Pengendalian Intern Bank

Terselenggaranya sistem pengendalian intern yang handal dan efektif menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam organisasi bank, antara lain (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003:4):

a. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris bank mempunyai tanggung jawab melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian intern secara umum, termasuk kebijakan direksi yang menetapkan pengendalian intern tersebut.

b. Direksi

Direksi bank mempunyai tanggung jawab menciptakan dan memelihara sistem pengendalian intern yang efektif serta memastikan bahwa sistem tersebut berjalan secara aman dan sehat sesuai tujuan pengendalian intern yang ditetapkan bank.


(54)

Sementara itu Direktur Kepatuhan wajib berperan aktif dalam mencegah adanya penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen dalam menetapkan kebijakan berkaitan dengan prinsip kehati-hatian. c. Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)

Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) harus mampu mengevaluasi dan berperan aktif dalam meningkatkan sistem pengendalian intern secara berkesinambungan berkaitan dengan pelaksanaan operasional bank yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan oleh manajemen bank. Disamping itu, bank perlu memberikan perhatian kepada pelaksanaan audit intern yang independen melalui pelaporan yang memadai, dan keahlian auditor intern.

d. Pejabat dan Pegawai Bank

Setiap pejabat dan pegawai bank wajib memahami dan melaksanakan sistem pengendalian intern yang telah ditetapkan oleh manajemen bank. Pengendalian intern yang efektif akan meningkatkan tanggung jawab pejabat dan pegawai bank, mendorong budaya risiko (risk culture) yang memadai, dan mempercepat proses identifikasi terhadap praktek bank yang tidak sehat.

e. Pihak-pihak Ekstern

Pihak-pihak ekstern bank antara lain otoritas pengawasan bank, auditor ekstern, dan nasabah bank yang berkepentingan terhadap terlaksananya sistem pengendalian intern bank yang handal dan efektif.


(55)

3. Elemen Utama Sistem Pengendalian Intern Bank

Pengendalian intern bank terdiri dari lima elemen utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003:6):

a. Pengawasan oleh Manajemen dan Kultur Pengendalian

Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab dalam meningkatkan etika kerja dan integritas yang tinggi serta menciptakan suatu kulltur organisasi yang menekankan kepada seluruh pegawai bank mengenai pentingnya pengendalian intern yang berlaku di bank. b. Identifikasi dan Penilaian Risiko

Penilaian resiko merupakan suatu serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh Direksi dalam rangka identifikasi, analisis dan menilai resiko yang dihadapi bank untuk mencapai sasaran usaha yang ditetapkan.

c. Kegiatan Pengendalian dan Pemisahan Fungsi

Kegiatan pengendalian harus melibatkan seluruh pegawai bank, termasuk direksi. Oleh karena itu kegiatan pengendalian akan berjalan efektif apabila direncanakan dan diterapkan guna mengendalikan risiko yang telah diidentifikasi. Kegiatan pengendalian mencakup pula penetapan kebijakan dan prosedur pengendalian serta proses verifikasi lebih dini untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur tersebut secara konsisten dipatuhi, serta merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari setiap fungsi atau kegiatan bank sehari-hari.


(56)

d. Sistem Akuntansi, Informasi dan Komunikasi

Sistem akuntansi, informasi dan komunikasi yang memadai dimaksudkan agar dapat mengidentifikasi masalah yang mungkin timbul dan digunakan sebagai sarana tukar-menukar informasi dalam rangka pelaksanaan tugas sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing.

e. Kegiatan Pemantauan dan Tindakan Koreksi Penyimpangan

Bank harus memantau secara terus menerus terhadap efektivitas keseluruhan pelaksanaan pengendalian intern. Apabila terdapat kelemahan dalam pengendalian intern, harus segera melaporkan kepada pejabat atau direksi yang berwenang.

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan bank dalam rangka memperbaiki kelemahan pengendalian intern:

1) Setiap laporan mengenai kelemahan dalam pengendalian intern harus segera ditindaklanjuti oleh Dewan Komisaris, Direksi, dan pejabat eksekutif terkait;

2) Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) harus melakukan kaji ulang terhadap kelemahan yang terjadi;

3) Untuk memastikan bahwa seluruh kelemahan telah ditindaklanjuti, maka direksi harus dapat mengambil langkah perbaikan yang tepat; 4) Dewan Komisaris dan Direksi harus menerima laporan secara


(57)

F. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Menurut Hasibuan (2004) istilah motivasi berasal dari perkataan latin, yaitu movere yang berarti menggerakkan (to move). Motivasi adalah usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Menurut Reksohadiprodjo (1990) dalam Alsyafdi (2008) motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Robbins (1994) dalam Alsyafdi (2008) motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dan situasinya sehingga setiap manusia mempunyai motivasi yang berbeda-beda.

Morgan (1986) dalam Siregar (2006) mengemukakan motivasi sebagai dorongan yang mendorong individu untuk menampilkan tingkahlaku yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Sementara Atkinson (1996) dalam Siregar (2006) menyatakan bahwa motivasi adalah faktor-faktor yang menguatkan perilaku dan memberikan arahannya. Definisi yang mirip juga dikemukakan oleh Chaplin (1997) dalam Siregar (2006) bahwa motivasi adalah satu variabel penyelang (yang ikut campur tangan) yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sarana.


(58)

Donald dalam Siregar (2006) menyatakan bahwa motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Djiwandono (2002) dalam Siregar (2006) kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan, atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau umum. Motivasi juga menggambarkan kecenderungan umum seseorang dalam usahanya mencapai tujuan tertentu.

Dalam Alsyafdi (2008) prinsip dasar motivasi adalah tingkat kemampuan (ability) dan motivasi individu yang sering dinyatakan dengan formula: Performance = (ability x motivation). Menurut prinsip tersebut, tidak ada tugas yang dapat dilaksanakan dengan baik tanpa didukung oleh kemampuan untuk melaksanakannya. Kemampuan merupakan bakat individu untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan tujuan. Namun, tidaklah mencukupi untuk menjamin tercapainya performance

(kinerja) terbaik, individu harus memiliki keinginan (motivasi) untuk mencapai sesuatu yang terbaik.

Berdasarkan uraian pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya definisi di atas mempunyai pengertian yang sama, yaitu semuanya mengandung unsur dorongan dan keinginan. Selain itu, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang dalam usahanya untuk memenuhi keinginan, maksud, dan tujuan yang diinginkan.


(59)

2. Jenis-Jenis Motivasi

Monks (1999) dalam Siregar (2006) dapat membedakan motivasi menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Berarti bahwa sesuatu perbuatan memang diinginkan karena seseorang senang melakukannya. Dalam hal ini, motivasi datang dari dalam diri orang itu sendiri. Orang tersebut senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri. Terdapat beberapa komponen dari motivasi intrinsik, antara lain:

1) Dorongan ingin tahu 2) Tingkat Aspirasi b. Motivasi Ekstrinsik

Berarti bahwa sesuatu perbuatan dilakukan atas dorongan atau perasaan dari luar. Orang melakukan perbuatan itu karena ia didorong atau dipaksa dari luar. Chaplin (1997) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tidak menjadi bagian yang melekat pada tingkah laku itu sendiri. Menyibukkan diri dalam suatu kegiatan demi memperoleh balasan materil untuk dirinya, merupakan motif ekstrinsik. Menyibukkan diri dalam aktivitas karena menyenanginya juga merupakan motif ekstrinsik.


(60)

3. Tujuan Motivasi

Menurut Hasibuan (2004) motivasi perlu dikembangkan kepada seseorang dengan tujuan sebagai berikut:

a. Mendorong gairah dan semangat seseorang,

b. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja seseorang, c. Meningkatkan produktivitas kerja seseorang,

d. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan, e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik,

f. Mempertinggi rasa tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugasnya; g. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi seseorang.

G. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang profesionalisme auditor pernah dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006) dengan judul penelitian Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pelaksanaan Laporan Keuangan, yang tujuannya untuk menguji profesionalisme auditor yaitu pengabdian pada profesi (X1), kewajiban sosial (X2), kemandirian (X3), kepercayaan profesi (X4), dan hubungan rekan seprofesi (X5) terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa profesionalisme auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.

Kemudian Herawaty dan Susanto (2008) mengadakan penelitian mengenai Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi


(61)

Kekeliruan, Etika Profesi Dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor, dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan materialitas dalam proses audit laporan keuangan.

Penelitian mengenai pengalaman auditor pernah dilakukan oleh Herliansyah dan Ilyas (2006) dengan judul penelitian Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Dalam Auditor Judgment, yang tujuannya untuk menguji pengalaman auditor terhadap penggunaan bukti dalam auditor judgment. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengalaman auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penggunaan bukti dalam

auditor judgment.

Selanjutnya penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Desyanti dan Ratnadi (2006), tentang Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Badung yang menunjukkan bahwa independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.


(62)

H. Diferensiasi Penelitian

Penulis akan meneliti dengan judul “Pengaruh Profesionalisme dan Pengalaman Kerja Internal Auditor Terhadap Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus PT. Bank “X”, Jakarta Pusat)”. Penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan di PT. Bank “X”, Jakarta Pusat dengan menggunakan kuesioner yang nantinya akan diisi oleh pegawai internal auditor PT. Bank “X”, Jakarta Pusat. Analisis penelitian ini menggunakan analisis jalur untuk melihat pengaruh dari variabel yang ada. Di bawah ini adalah kerangka penelitian yang dapat dituangkan oleh peneliti melalui model penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian

Hubungan Struktur X1, X2 dan Y Terhadap Z

y x2

r

12

y x1 z x1

z y

z x2

y x3

Profesiona Lisme (X1)

Pengalaman Kerja

(X2)

Motivasi (Y)

SPI (Z)


(63)

Sehingga dari model penelitian tersebut dapat dibuat dua persamaan struktural:

a. Sub Struktur 1

Y = yx1 X1 + yx2 X2 + Y 1 b. Sub Struktur 2

Z = zx1 X1 + zx2 X2 + zy Y + z 2

I. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan teori yang ada maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : Profesionalisme internal auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap motivasi.

Ha2 : Pengalaman kerja internal auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap motivasi.

Ha3 : Profesionalisme internal auditor dan pengalaman kerja internal auditor secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi

Ha4 : Profesionalisme internal auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan.

Ha5 : Pengalaman kerja internal auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan.


(64)

Ha6 : Motivasi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan.

Ha7 : Profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melaui motivasi sebagai variabel intervening.


(65)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Tempat yang digunakan sebagai tujuan penelitian ini adalah perusahaan perbankan, yaitu PT. Bank “X” yang berada di wilayah Jakarta Pusat, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh profesionalisme dan pengalaman kerja internal auditor PT. Bank “X” terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern perusahaan melalui motivasi sebagai variabel intervening. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah internal auditor PT. Bank “X”.

B. Metode Pemilihan Sampel

Populasi menurut Sugiyono (2008:80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini mengambil objek pada internal auditor yang terdapat pada PT. Bank “X” di Jakarta Pusat. Metode sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling (pemilihan sampel berdasarkan kenyamanan). Metode ini memilih sampel dari elemen


(1)

Spi_11 3.88 .673 76

Spi_12 4.11 .704 76

Spi_13 3.89 1.090 76

Spi_14 4.45 .755 76

Spi_15 4.01 .825 76

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Spi_1 56.18 32.499 .451 .817

Spi_2 56.12 32.052 .543 .810

Spi_3 56.03 31.946 .550 .810

Spi_4 56.11 34.149 .389 .821

Spi_5 56.12 33.812 .376 .822

Spi_6 55.78 33.456 .550 .812

Spi_7 55.80 32.987 .530 .812

Spi_8 55.84 33.575 .552 .812

Spi_9 56.00 34.000 .443 .818

Spi_10 55.89 33.829 .529 .814

Spi_11 56.07 32.836 .583 .809

Spi_12 55.84 32.455 .603 .808

Spi_13 56.05 32.584 .322 .832

Spi_14 55.50 34.947 .254 .829

Spi_15 55.93 34.676 .250 .831

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

Lampiran 7: Hasil Uji Hipotesis

Hasil Uji Hipotesis Sub – Struktur 1

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Total_X2,

Total_X1a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Total_Y

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .531a .282 .262 3.664

a. Predictors: (Constant), Total_X2, Total_X1

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 384.593 2 192.297 14.328 .000a

Residual 979.762 73 13.421

1

Total 1364.355 75

a. Predictors: (Constant), Total_X2, Total_X1 b. Dependent Variable: Total_Y


(3)

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 11.554 5.613 2.058 .043

Total_X1 .188 .122 .176 1.535 .129

1

Total_X2 .389 .106 .420 3.659 .000

a. Dependent Variable: Total_Y

Hasil Uji Hipotesis Sub – Struktur 2

Regression

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Total_Y,

Total_X1, Total_X2a

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Total_Z

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .669a .448 .425 4.663


(4)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 1268.461 3 422.820 19.448 .000a

Residual 1565.328 72 21.741

1

Total 2833.789 75

a. Predictors: (Constant), Total_Y, Total_X1, Total_X2 b. Dependent Variable: Total_Z

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 6.071 7.349 .826 .411

Total_X1 .350 .158 .228 2.211 .030

Total_X2 .448 .147 .335 3.040 .003

1

Total_Y .381 .149 .264 2.557 .013


(5)

Korelasi Sub – Struktur 1

Correlations

Correlations

Total_X1 Total_X2 Total_Y Pearson Correlation 1.000 .503** .388**

Sig. (2-tailed) .000 .001

Total_X1

N 76.000 76 76

Pearson Correlation .503** 1.000 .509**

Sig. (2-tailed) .000 .000

Total_X2

N 76 76.000 76

Pearson Correlation .388** .509** 1.000 Sig. (2-tailed) .001 .000

Total_Y

N 76 76 76.000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi Sub – Struktur 2

Correlations

Correlations

Total_X1 Total_X2 Total_Y Total_Z Pearson Correlation 1.000 .503** .388** .499**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000

Total_X1

N 76.000 76 76 76

Pearson Correlation .503** 1.000 .509** .584**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

Total_X2

N 76 76.000 76 76

Pearson Correlation .388** .509** 1.000 .523**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000

Total_Y

N 76 76 76.000 76

Pearson Correlation .499** .584** .523** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

Total_Z

N 76 76 76 76.000


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan audit sistem informasi terhadap kinerja auditor dengan teknologi informasi sebagai variabel intervening

2 15 140

Pengaruh Etika, Pendidikan, dan Pengalaman terhadap Profesionalisme Auditor Internal dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia)

0 12 179

Pengaruh Peran, Profesionalisme, Pengalaman Kerja, dan Pengetahuan Information Technology ( It ) Auditor Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Perusahaan

0 40 197

PENGARUH KOMITMEN AUDITOR TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PENGARUH KOMITMEN AUDITOR TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Survey Pada Kantor Akuntan Publik Di Surakarta Dan Yogyakarta).

0 2 12

Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap efektivitas Pengendalian Internal Penjualan.

0 0 18

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN PROFESIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ipi7630

0 0 11

Pengaruh Budaya Organisasi Dan Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan Dengan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Sebagai Variabel Intervening

0 2 10

PENGARUH PROFESIONALISME DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP PRESTASI KERJA AUDITOR: MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Perbanas Institutional Repository

0 1 16

PENGARUH PROFESIONALISME DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP PRESTASI KERJA AUDITOR: MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Perbanas Institutional Repository

0 1 14

PENGARUH PROFESIONALISME, PENGALAMAN, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA INTERNAL AUDITOR : KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Unika Repository

0 0 16