BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kegiatan usaha dalam mencari tujuannya selalu dihadapkan pada berbagai kendala, sedangkan setiap perusahaan selalu dituntut untuk dapat
tetap bertahan dalam menghadapi arus persaingan bisnis yang semakin ketat pada era globalisasi sekarang ini. Suatu langkah yang dapat ditempuh oleh
perusahaan agar dapat tetap bertahan dan semakin berkembang, yaitu diperlukan adanya upaya dan penyempurnaan dalam hal produktivitas,
efisiensi, serta efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi harus terus dikembangkan dan ditingkatkan.
Dalam penelitian Desyanti dan Ratnadi 2006, salah satu kebijakan yang dapat diambil oleh manajemen adalah meningkatkan sistem pengendalian
intern perusahaan. Menurut AICPA American Institute of Certified Public Accountant
dalam Eroika 2008, sistem pengendalian intern itu meliputi susunan organisasi dan semua metode serta ketentuan yang terkoordinir dan
dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta benda miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan
efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah digariskan.
Dalam dunia perbankan, sistem pengendalian intern yang efektif merupakan komponen penting dalam manajemen bank dan menjadi dasar bagi
kegiatan operasional bank yang sehat dan aman. Sistem Pengendalian Intern yang efektif dapat membantu pengurus bank menjaga aset bank, menjamin
tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan bank terhadap ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, serta mengurangi resiko terjadinya kerugian, penyimpangan serta pelanggaran dalam beberapa aspek. Terselenggaranya
sistem pengendalian intern bank yang handal dan efektif sudah merupakan tanggung jawab dari pengurus dan para pejabat bank. Selain itu, pengurus
bank juga berkewajiban untuk meningkatkan budaya risiko risk culture yang efektif pada organisasi bank dan memastikan hal tersebut melekat di setiap
jenjang organisasi Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003:1. Sistem Pengendalian Intern perlu mendapat perhatian bank, mengingat
bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kesulitan usaha bank adalah adanya berbagai kelemahan dalam pelaksanaan sistem pengendalian intern
bank, antara lain Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, 2003:1: 1. Kurangnya mekanisme pengawasan, tidak jelasnya akuntabilitas dari
pengurus bank dan kegagalan dalam mengembangkan budaya pengendalian intern pada seluruh jenjang organisasi;
2. Kurang memadainya pelaksanaan identifikasi dan penilaian atas resiko dari kegiatan operasional bank;
3. Tidak ada atau gagalnya suatu pengendalian pokok terhadap kegiatan operasional bank, seperti pemisahan fungsi, otorisasi, verifikasi dan kaji
ulang atas risk exposure dan kinerja bank; 4. Kurangnya komunikasi dan informasi antar jenjang dalam organisasi bank,
khususnya informasi di tingkat pengambil keputusan tentang penurunan kualitas risk exposure dan penerapan tindakan perbaikan;
5. Kurang memadai atau kurang efektifnya program audit intern dan kegiatan pemantauan lainnya;
6. Kurangnya komitmen manajemen bank untuk melakukan proses pengendalian intern dan menerapkan sanksi yang tegas terhadap
pelanggaran ketentuan yang berlaku, kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan bank.
Pada penelitian Desyanti dan Ratnadi 2006 untuk menciptakan sistem pengendalian intern yang efektif diperlukan staf internal auditor, yang
mana memiliki tanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugas pemeriksaan intern. Pemeriksaan intern merupakan kegiatan yang penting
untuk menilai apakah semua kebijakan yang ditetapkan sudah dilaksanakan dengan tepat dan apabila terdapat penyimpangan, internal auditor sebagai
pengawas intern harus segera melakukan tindakan koreksi agar tujuan perusahaan tercapai. Internal auditor itu sendiri menurut Nasution 2003 ialah
orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal auditing atau orang yang melakukan pengawasan dan bertanggung jawab terhadap sistem
pengendalian intern di dalam suatu perusahaan. Kualifikasi yang baik dari
pegawai bagian internal audit tersebut, perlu diperhatikan untuk menjamin hasil kerja dari bagian ini. Hal ini akan mempengaruhi kesehatan dari bank itu
sendiri. Karena pentingnya eksistensi dari seorang pengawas intern internal auditor, menuntut mereka untuk memiliki sikap profesionalisme, pengalaman
kerja, dan motivasi dalam melaksanakan tugas pemeriksaan intern. Luasnya ruang lingkup usaha perbankan mengakibatkan pimpinan dan
pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupun aktivitas ekstern, yang terjadi pada bank tersebut.
Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan pengawas intern internal auditor yang memiliki sikap profesionalisme, pengalaman kerja, dan
motivasi dalam menilai efektivitas penerapan sistem pengendalian intern. Penelitian tentang profesionalisme auditor pernah dilakukan oleh
Wahyudi dan Mardiyah 2006 dengan judul penelitian Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pelaksanaan
Laporan Keuangan, yang tujuannya untuk menguji profesionalisme auditor yaitu pengabdian pada profesi X
1
, kewajiban sosial X
2
, kemandirian X
3
, kepercayaan profesi X
4
, dan hubungan rekan seprofesi X
5
terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Hasil analisis menunjukkan
bahwa profesionalisme auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.
Herawaty dan Susanto 2008 mengadakan penelitian mengenai Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik Dalam Mendeteksi Kekeliruan,
Etika Profesi Dan Pertimbangan Tingkat Materialitas. Hasil analisis
menunjukkan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor, dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan materialitas dalam proses
audit laporan keuangan. Penelitian mengenai pengalaman auditor pernah dilakukan oleh
Herliansyah dan Ilyas 2006 dengan judul penelitian Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Dalam Auditor Judgment, yang
tujuannya untuk menguji pengalaman auditor terhadap penggunaan bukti dalam auditor judgment. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengalaman
auditor memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penggunaan bukti dalam auditor judgment
. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang
dilakukan oleh Desyanti dan Ratnadi 2006, tentang Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap
Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kabupaten Badung. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap efektivitas penerapan
struktur pengendalian intern. Pada penelitian ini terdapat perbedaan dalam beberapa hal,
diantaranya: 1. Objek dan lokasi yang dipilih penelitian sebelumnya adalah pengawas
intern pada Bank Perkreditan Rakyat BPR di kabupaten Badung, sedangkan objek dan lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sekarang adalah internal auditor PT. Bank “X” yang berada di wilayah Jakarta Pusat.
2. Peneliti menghilangkan variabel independensi dan menggantinya menjadi variabel motivasi sebagai variabel intervening dalam menguji apakah
profesionalisme dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.
3. Alat analisis yang digunakan oleh peneliti sekarang untuk menguji hipotesis adalah menggunakan analisis jalur, sedangkan peneliti
sebelumnya menggunakan analisis regresi berganda. Dari perbedaan penelitian sebelumnya, maka peneliti mencoba untuk
melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Profesionalisme Dan Pengalaman Kerja Internal Auditor Terhadap
Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian Intern Perusahaan Melalui Motivasi Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Pada PT. Bank
“X””.
B. Perumusan Masalah