IPS SMP KK F
209
e. Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI
Perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda terletak pada tata cara pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya cita-cita mereka sama
yaitu mewujudkan Negara Indonesia merdeka. Golongan Tua dengan perhitungan politiknya berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia dapat
dicapai tanpa pertumpahan darah apabila tetap bekerja sama dengan Jepang. Sedangkan Golongan Muda dengan jiwa kepemudaannya mengingin-kan
kemerdekaan dicapai secara revolusioner untuk membuktikan bahwa kemerdekaan Indonesia dicapai dengan hasil jerih payah bangsa Indonesia
sendiri dan bukan hadiah dari Jepang. Sementara itu kedudukan Jepang dalam Perang Dunia II semakin tidak
menguntungkan. Negara-negara fasis semakin terdesak oleh kekuatan Sekutu setelah Jerman dan Italia kalah di benua Eropa. Pasukan Amerika semakin
bertambah dekat dengan Jepang. Rusia mengumumkan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 6 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom
di Hiroshima . Pada tanggal 9 Agustus Rusia mengumumkan perang terhadap Jepang dan pada hari yang sama kota Nagasaki dijatuhi bom atom yang kedua.
Kaisar Jepang, Hirohito Tenno Heika mulai menyadari bahwa ambisinya membangun imperium Asia Timur Raya tidak akan tercapai dengan adanya bom
atom tersebut. Kaisar Jepang memerintahkan rakyat dan tentaranya menghentikan perang. Hal ini yang menjadi pertimbangan Sekutu untuk tidak
menjatuhkan bom atom yang ke-3 di Tokyo. Pada tanggal 7 Agustus 1945 diumumkan pembentukan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia Dokuritsu Junbi Linkai berdasarkan keputusan Jenderal Besar Terauci Panglima Tentara Umum Selatan. Dengan
diumumkannya pembentukan PPKI, maka BPUPKI dianggap telah bubar. Pemerintah Jepang mengisyaratkan bahwa dengan pembentukan PPKI bangsa
Indonesia bebas berpendapat dan melakukan kegiatannya sesuai dengan kesanggupan-nya. Akan tetapi pemerintah Jepang tetap mengajukan syarat-
syarat, yang antara lain:
Kegiatan Pembelajaran 8
210
a. Untuk mencapai kemerdekaan harus menyelesaikan perang yang dihadapi bangsa Indonesia, dengan turut membantu perjuangan bangsa Jepang
memperoleh kemenangan akhir dalam Perang Asia Timur Raya. b. Negara Indonesia yang merupakan anggota Lingkungan Kesemakmuran
Bersama Asia Timur Raya, harus mempunyai cita-cita yang sama dengan pemerintah Jepang sesuai semangat Hakko-Iciu.
Dalam keanggotaannya PPKI dipilih oleh Jenderal Besar Terauci, untuk itu dipanggillah tiga tokoh pergerakan nasional, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta,
dan Radjiman Widyodiningrat. Pada tanggal 12 Agustus 1945 diadakan pertemuan di Dalat Vietnam Selatan. Dalam pertemuan itu Jenderal Besar
Terauci menyampaikan bahwa pemerintah Jepang telah memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dan untuk pelaksanaannya maka
dibentuklah PPKI sambil menunggu persiapan selesai. Adapun wilayah Indonesia setelah kemerdeka-an meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda. PPKI
terdiri atas 21 anggota yang terpilih dari seluruh Indonesia. Sebagai ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakilnya. Yang menarik di sini
adalah seluruh anggota PPKI sama sekali tidak ada yang melibatkan Jepang. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Radjiman
Wediodiningrat telah kembali ke Jakarta. Sementara itu Golongan Pemuda telah mendengar bahwa Sekutu telah memberikan ultimatum kepada Jepang untuk
menyerah tanpa syarat atau “Uncondional Srrender”. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang mematuhi ultimatum tersebut dan menyerah tanpa syarat.
Walaupun kekalahan tersebut sangat dirahasiakan, namun berkat ketangkasan para pemuda maka sampailah berita itu.
2. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Perbedaan paham waktu tentang kapan Proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan telah menyebabkan terjadinya perbedaan paham antara golongan
tua dan golongan muda. Ketegangan itu muncul sebagai akibat perbedaan pandangan tentang saat diumumkannya Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Ketegangan tersebut bermula dari berita tentang menyerahnya Jepang pada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Adanya perbedaan sikap di antara kedua
golongan ini wajar saja sebab di samping pengalaman sejarah yang berbeda juga
IPS SMP KK F
211
kurangnya informasi yang berkaitan dengan situasi yang sedang dihadapi. Keterangan atau informasi yang sedikit mengenai perkembangan perang dunia II,
khususnya Perang Asia Timur Raya karena ketatnya sensor pemerintah militer Jepang di Indonesia. Pemerintah Jepang dengan tegas melarang penduduk untuk
mendengarkan radio luar negeri. Namun berkat keuletan para pemuda terutama yang bekerja dikantor berita Jepang, akhirnya sampailah informasi mengenai
pidato Kaisar Hirohito tentang penyerahan tanpa syarat Jepang kepada Sekutu.
a. Peristiwa Rengas Dengklok
Sutan Syahrir yang mendengar berita kekalahan Jepang kepada Sekutu melalui radio gelap segera mendesak Soekarno-Hatta agar segera melaksanakan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanpa harus menunggu izin dari Jepang. Itulah sebabnya ketika mendengar kepulangan Soekarno-Hatta, Radjiman
Widyodiningrat dari Dalat Saigon, maka ia segera meyakinkan Bung Hatta bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Namun Bung Hatta tidak
dapat memenuhi permintaan Sutan Syahrir sebab menurut Bung Hatta Soekarno tidak berhak mengumumkan kemerdekaan sekalipun dia ketua PPKI, harus
melalui persetujuan PPKI terlebih dahulu. Kemudian Bung Hatta mengajak Sutan Syahrir pergi ke rumah Bung Karno untuk menyampaikan berita penyerahan
Jepang tanpa syarat kepada Sekutu. Oleh Bung Hatta dijelaskan maksud kedatangannya Sutan Syahrir, namun Bung
Karno belum dapat menerima maksud Sutan Syahrir. Pendapat Bung Karno sama dengan Bung Hatta bahwa Proklamasi Kemerdekaan tidak mungkin dapat
dilaksanakan tanpa mengikutsertakan PPKI. Selain itu Bung Karno belum yakin benar tentang berita kekalahan Jepang, karena beliau baru saja pulang dari Dalat
untuk memenuhi panggilan Jenderal Besar Terauchi.Merasa tidak puas dengan jawaban Bung Karno, maka pada tanggal 15 Agustus 1945 golongan muda
mengadakan rapat di ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat yang dimulai pukul 20.00 itu menghasilkan tuntutan agar bangsa
Indonesia sesegera mungkin memproklamasikan kemerdeka-an dengan menyertakan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta untuk menyatakan Proklamasi
pada tanggal 16 Agustus 1945. Hadir dalam rapat itu antara lain Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Pada pukul