Tabel II.
Klasifikasi Etiologi pada Diabetes Mellitus
a. Diabetes mellitus tipe I destruksi sel
β, biasanya dikendalikan oleh defisiensi insulin absolut
Imun tak langsung Idiopatik
b. Diabetes mellitus tipe II mungkin rentang antara kelebihan resistensi insulin
dengan defisiensi insulin relatif sampai kelebihan sekresi kerusakan insulin dengan resistensi insulin
c. Diabetes tipe spesifik lainnya
Kerusakan genetik dari fungsi sel β
Kromosom 12, HNF-1 α pembentukan MODY3
Kromosom 7, glukokinase pembentukan MODY2 Kromosom 20, HNF-4
α pembentukan MODY2 Kerusakan genetik pada aksi insulin
Resisten insulin tipe A Penyakit pada eksokrin pankreas
Pancreatitis Traumapancreatectomy
Neoplasia Endocrinopathies
Acromegaly Cushing syndrome
Glucagonoma Penyebab dari obat atau bahan kimia
Nicotinic acid Glucocorticoids
Thiazides Infeksi
Congenital rubella Cytomegalovirus
Bentuk yang tidak biasa dari immune-mediated diabetes Stiff-man syndrome
Anti-insulin receptor antibodies Sindrom genetik lainnya yang bergabung dengan diabetes
Down syndrome Turner syndrome
Friedreich ataxia Myotonic dystrophy
d. Gestational diabetes mellitus GDM
Genuth, 2003
6. Diagnosis
Pemeriksaan secara teliti diabetes mellitus tipe II dapat dilakukan setiap 3 tahun pada usia dewasa dimulai usia 45 tahun. Pemeriksaan perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan sebelum usia yang ditentukan dan secara berulangkali untuk individu yang berisiko terkena diabetes mellitus seperti yang
memiliki riwayat keluarga diabetes mellitus, obesitas, dan kurang melakukan olahraga Schwinghammer, 2000.
Secara umum diagnosis untuk penyakit diabetes mellitus terdiri dari 3 uji, yaitu
a. Kadar glukosa plasma Fasting Plasma Glucose = FPG
≥ 126 mgdL. b.
Kadar glukosa 2 jam setelah makan Oral Glucose Tolerance Test = OGTT
≥ 200 mgdL. c.
Kadar glukosa pada umumnya ≥ 200mgdL dengan gejala diabetes
Triplitt et al., 2005.
B. Stroke
1. Definisi
Stroke merupakan kedaruratan medis akibat kerusakan neurologik oleh karena gangguan akut aliran darah ke otak akibat terjadinya penyumbatan atau
perdarahan pada stroke hemoragik Wibowo dan Gofir, 2001. Stroke dapat berupa stroke iskemik 88 atau stroke hemoragik 12 Triplitt et al., 2005.
Secara garis besar stroke dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu : a.
Stroke Iskemik Stroke Iskemik mempunyai berbagai etiologi, tetapi pada prinsipnya
disebabkan oleh aterotrombosis atau emboli, yang masing-masing akan mengganggu atau memutuskan aliran darah otak atau cerebral blood flow CBF.
Nilai normal CBF adalah 50-60 ml100mgmenit. Iskemik terjadi jika CBF PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30ml100mg menit. Jika CBF turun sampai 10 mlmgmenit akan terjadi kegagalan homeostasis, yang akan menyebabkan influks kalsium secara cepat,
aktivitas protease, yakni suatu proses berantai eksitotoksik dan pada akhirnya kematian neuron. Reperfusi yang terjadi kemudian dapat menyebabkan pelepasan
radikal bebas yang akan menambah kematian sel. Reperfusi juga menyebabkan transformasi perdarahan dari jaringan infark yang mati. Jika gangguan CBF masih
antara 15-30 ml100mgmenit, keadaan iskemik masih dapat dipulihkan jika terapi dilakukan sejak awal Wibowo dan Gofir, 2001.
b. Stroke Hemoragik Stroke hemoragik sering disebut juga stroke perdarahan. Stroke perdarahan
dapat dibagi menjadi 2, yaitu perdarahan intraserebral dan perdarahan subarakhnoid. Perdarahan intraserebal dapat terjadi akibat komplikasi pemberian
antikoagulan, misalnya warfarin, sedangkan perdarahan subarakhnoid dapat terjadi karena pecahnya aneurisma Wibowo dan Gofir, 2001.
2. Faktor Risiko