Pada keadaan normal, endotelial menunjukkan fungsi dualistik. Sifat ini secara stimultan mengekskresikan dan melepaskan zat-zat vasokonstriktor serta
vasodilator. Faktor-faktor ini menyebabkan dan mencegah proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah secara seimbang. Keseimbangan antara sistem antagonis ini
dapat mengontrol secara optimal fungsi dinding pembuluh darah. Jika endotelial mengalami gangguan maka keseimbangan akan terganggu, peningkatan
permeabilitas untuk makromolekul, seperti lipoprotein, fibrinogen dan imunoglibulin. Kondisi ini akan mempercepat terjadinya aterosklerosis, dimana
aterosklerosis inilah pemegang peranan penting terjadinya stroke. Peranan hiperlipid pada proses pembentukan plak aterosklerosis sangat
menonjol, kadar kolesterol LDL yang tinggi dan kolesterol HDL yang rendah serta kadar trigliserida plasma yang tinggi harus diwaspadai. LDL yang
teroksidasi oleh radikal bebas memacu terbentuknya ateroma pada dinding arteri pada proses aterosklerosis Iskandar, 2004.
3. Patologi
Patologi pembuluh darah merupakan hal terpenting dari stroke yang mungkin dapat menimbulkan beberapa keabnormalan yang meliputi
perkembangan kerusakan, arteritis, aneurisma, gangguan hipersensitivitas, vasokonstriksi, dan aterosklerosis. Aliran darah dapat dipengaruhi oleh vessel
disease dan proses thrombotic atau embolic. Perubahan produksi di otak oleh keabnormalan ini adalah lebih menurunkan aliran darah iskemia atau
pendarahan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketika stroke terjadi, mengakibatkan manifestasi pada neurologi tergantung pada lokasi dari gangguan di otak dan luasnya iskemia, infark atau
hemoragi. Iskemia berjumlah 85 dari semua kasus stroke, 65 dari bagian tersebut disebabkan oleh atherothrombotic infarction. Cerebral embolism
merupakan penyebab dari 20 sisanya. Hemoragi pada jaringan di otak dan hemoragi subarachnoid berjumlah sekitar 15 dari seluruh jumlah stroke
Schwinghammer, 2000.
4. Gejala dan tanda
Gejala yang sering muncul pada penderita stroke antara lain merasa lemah di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, gangguan pengelihatan, vertigo, atau
terjatuh. Penderita stroke iskemik tidak selalu merasa kesakitan, akan tetapi pada penderita stroke hemoragik dapat menjadi lebih parah. Penderita stroke biasanya
memiliki banyak tanda tidak berfungsinya sistem saraf, tetapi kurang spesifik digambarkan oleh daerah sekitar otak Triplitt et al., 2005.
5. Diagnosis
Diagnosis yang akurat dari bagian yang luka adalah suatu tantangan karena keberadaannya yang bervariasi, tetapi pemeriksan klinik dapat membantu
mengetahui lokasi luka dan menggambarkan antara stroke iskemik dan hemoragik. Studi gambar computed tomography [CT]scan dan magnetic
resonance imaging [MRI] merupakan alat dignosis yang penting. Hasil CT scan harus diketahui terlebih dahulu sebelum memberikan terapi dengan antikoagulan
dan anti trombosit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
CT scan pada kepala akan memberikan informasi mengenai area dari hyperintensity putih di area hemoragi dan akan menjadi normal atau hypointense
gelap di area infark, sedangkan MRI pada kepala akan memberikan informasi area iskemia dengan resolusi tinggi dan lebih tepat daripada CT scan. Diffusion-
weighted imaging akan memberikan informasi terjadinya infarct secara perlahan- lahan dalam beberapa menit Triplitt et al., 2005.
C. Penatalaksanaan Terapi 1.
Tujuan Terapi
Tujuan utama terapi diabetes mellitus komplikasi stroke adalah mengurangi luka pada saraf secara terus-menerus, untuk memperbaiki gejala,
mengurangi angka kematian, memperbaiki kualitas hidup, mencegah cacat jangka panjang, mencegah komplikasi lebih lanjut dan gangguan fungsi saraf, serta
mencegah terjadinya kekambuhan stroke. Triplitt et al., 2005.
2. Sasaran Terapi