Implementasi nilai Pancasila dalam bidang ekonomi.

15 Indonesia adalah untuk menciptakan keadilan sosial dan kesejahteraan rakyatnya, lebih terperinci tercantum dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945. Jadi isi pembukaan dan sila ke 5 Pancasila itu sebagai dasar dari implementasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang ekonomi. Wujud implementasi ini berupa kebijaksanaan dan pembangunan bidang ekonomi. Sistem ekonomi yang sedang digalakan oleh pemerintah saat ini adalah ekonomi kerakyatan dengan koperasi sebagai soko gurunya.

b. Implementasi nilai Pancasila dalam Bidang Hukum.

Setelah adanya reformasi banyak sekali perubahan dan produk hukum baru, hal ini membuktikan bahwa Pancasila terbuka menerima perubahan dan pembuatan hukum baru sesuai dengan kebutuhan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Contoh implementasi di bidang hukum adalah: amademen UUD 1945 yang disertai dengan Ketetapan MPR Nomor 1 sampai Nomor 6 tahun 2002. Undang-undang Nomor 30 tahun 2002 tentang pembentukan Komisi Pemberatasan Tindak Korupsi, serta UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Contoh lainnya adalah UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU RI Nomor 26 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, termasuk UU tentang otonomi daerah dan undang-undang lainnya. Dalam rangka mewujudkan UU Nomor 20 tahun 2001, pemerintah sekarang ini betul-betul tidak pandang bulu dalam menghukummengadili orang yang melanggar hukum. Hal ini membuktikan bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka, terbuka pula menerima perubahan dan pembaharuan dalam bidang hukum demi terciptanya keadilan, ketertiban dan kesejahteraan bersama.

c. Implementasi nilai Pancasila dalam Bidang Politik dan Pemeritahan.

Sejak Indonesia merdeka mengalami beberapa perubahan dalam bidang politik dan sistem pemerintahan yaitu: pergantian kepala pemerintahan baik secara konstitusioal maupun non konstitusional, termasuk perubahan sistem pemerintahan demokrasi. Pancasila secara terbuka menerima pergantian dan perubahan tersebut dan tetap dijadikan 16 ideologi nasional. Dalam sejarah ketatanegaraan, Pancasila yang seharusnya dijadikan dasar untuk menyelenggarakan pemerintahan dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen, ternyata tidak dilaksanakan. Hal ini dapat kita lihat dari sejarah ketatanegaraan Indonesia yaitu: pada kurun waktu 1945 sampai 1959. Situasi politik ini berakhir dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 oleh Presiden Soekarno. Harapannya dekrit tersebut dapat digunakan sebagai pisau analisa yang tajam untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dengan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara. Akan tetapi kenyataanya tidak demikian, Pancasila tetap jadi dasar negara, tetapi demokrasi yang dikembangkan bukan Demokrasi Pancasila, tetapi “Demokrasi Terpimpin” Pada masa ini peranan Presiden Soekarno sangat mendominasi dalam pemerintahan. Pemeritahan Presiden Soekarno ini berakhir diawali dengan Pembrotakan G 30 S PKI, dilanjutkan dengan demonstrasi mahasiswa dan dikeluarkannya SP 11 Maret 1966, oleh Presiden Soekarno kepada Letnan Jenderal Soeharto. Sejak peristiwa ini, yang memegang kendali pemerintahan adalah Suharto dan TNI utamanya AD sebagai pendukungnya. Pemerintah an masa ini dikenal degan “Orde Baru”. suatu tatanan pemerintahan yang bertekad menjalakan Pancasila secara murni dan konsekuen. Mulai tahun 1966 sampai tahun 1985 melalui Program Pembangunan Lima Tahun Pelita terjadinya peningkatan di segala bidang kehidupan bagi bangsa Indonesia.. Tetapi mulai pelaksanaan repelita ketujuh pada tahun 1998, pada PJPT ke-2, sebagai pelaksanaan pembangunan tinggal landas, yang sebetulnya belum waktunya dipaksakan bangsa Indonesia menghadapi bencana krisis yang hebat, sistem ekonomi terpuruk, pemegang ekonomi kita berada di tangan konglomerat dan pengusaha, bukan ekonomi kerakyatan, sehingga kita tidak memiliki pondasi ekonomi yang kuat, akibatnya jika ada perubahan perekonomian di dunia internasional, akan berdampak pada kehancuran inflasi ekonomi Indonesia yang berdampak pada goyangnya sosial politik dan stabilitas pertahanan keamanan.