Kondisi WLAN-Smase-01 Pengujian WLAN

connectionless oriented , yang berarti protokol ini tidak memiliki mekanisme yang dapat menjamin sampainya paket ke node tujuan. Penggunaan Iperf pada mode TCP akan menghasilkan keluaran parameter throughput jaringan. Pada koneksi TCP, windows size menentukan jumlah maksimum data yang dapat berada dalam jaringan pada saat bersamaan. Sedangkan penggunaan mode UDP akan menghasilkan keluaran parameter jitter dan packet loss. Pada koneksi UDP, pengujian dilakukan dengan mengirim datagram. Pada pengujian ini menggunakan Iperf secara default pada pengujian TCP dan UDP tanpa mengubah windows size dan datagram yang dikirim. Data lengkap hasil pengujian dapat di lihat di lampiran.

4.6.1 Kondisi WLAN-Smase-01

Access point -Smase-01 ini berada di sebelah utara lingkungan SMA Negeri 1 Sewon tepatnya berada dideretan kelas bagian utara. Access point-Smase-01 terkoneksi kabel melalui switch yang berada di ruang perpustakaan dan dari switch terkonesi kesebuah router server yang berada di ruang PSB Pusat Siswa Belajar. Jarak antara router server ke switch + 15m dan jarak switch ke access point-Smase-01 + 35m.

4.6.1.1 Throughput

Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk. Besaran rata-rata throughput WLAN- Smase-01 dapat digambarkan seperti Gambar 4.39. Kualitas sinyal keseluruhan throughput yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih besar dari pada saat pengujian pada sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil pengukuran access point yang telah dilakukan hasil throughput dari WLAN mengalami penurunan disemua kualitas sinyal pada semua kondisi. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan throughput menjadi kecil dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch mengakibatkan kualitas dari kinerja WLAN juga menurun. Tabel 4.20 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran throughput terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari. Smase-01 Kuat Sinyal Throughput Mbps Sepi Normal Sibuk Excellent 16.866 14.033 5.448 Good 8.915 6.083 1.149 Fair 2.943 1.3745 0.172 Poor 0.381 0.246 0.036 Tabel. 4.20. Rata-rata throughput WLAN-Smase-01 Selama enam hari dalam Mbps. Dari hasil throughput terhadap kualitas sinyal perbedaan antara kondisi sepi, normal, dan sibuk mempengaruhi besaran rata-rata throughput. Perbedaan antara kondisi sepi terlihat throughput lebih besar daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran throughput menjadi semakin kecil. Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin baik kualitas jaringan tersebut. Kepadatan pada jam sibuk dan rendahnya kualitas sinyal membuat throughput lebih jelek daripada jam sepi pada kualitas sinyal excellent. Hasil throughput WLAN sebesar 16.8 Mbps pada kualitas sinyal excellent dan pada jam sepi sudah cukup baik untuk standar 802.11g. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Excellent Good Fair Poor Throughput Mbps Sepi Throughput Mbps Normal Throughput Mbps Sibuk Gambar 4.39. Grafik rata-rata throughput WLAN-Smase- 01

4.6.1.2 Packet Loss

Berdasarkan hasil pengukuran WLAN yang telah dilakukan terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk. Besaran rata-rata packet loss access point -Smase-01 pada saat pengujian dapat digambarkan seperti Gambar 4.40. Kualitas sinyal keseluruhan packet loss yang dihasilkan pada sinyal excellent lebih kecil dari pada saat pengujian access point-Smase-01 pada sinyal good, fair, dan poor. Dibandingkan dengan hasil pengukuran yang telah dilakukan pada access point- Smase-01 hasil packet loss untuk pengukuran jaringan WLAN-Smase-01 mengalami penurunan terjadi pada kualitas sinyal good, fair, dan poor pada semua kondisi baik sibuk, normal, dan sepi. Kualitas sinyal yang semakin rendah menyebabkan packet loss menjadi besar dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch mengakibatkan kualitas dari kinerja WLAN juga menurun. Perbedaan lainnya terlihat pada kondisi sepi dimana besaran packet loss lebih kecil daripada kondisi normal dan sibuk. Hal ini dikarenakan banyaknya pengguna pada kondisi sibuk, sehingga besaran packet loss semakin besar. Tabel 4.21 menunjukan besaran rata-rata data pengukuran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk yang dilakukan selama enam hari. Tabel. 4.21. Rata-rata packet loss WLAN-Smase-01 Selama enam hari dalam . Smase-01 Kuat Sinyal Packet Loss Sepi Normal Sibuk Excellent 0.075 Good 0.038 0.167 0.911 Fair 0.341 0.538 3.066 Poor 1.205 1.75 4.433 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 Excellent Good Fair Poor Packet Loss Sepi Packet Loss Normal Packet Loss Sibuk Kinerja packet loss pada Gambar 4.40 menunjukan trendline packet loss bahwa semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk, maka packet loss semakin naik besaran nilai packet loss. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas sinyal semakin rendah pada kondisi sibuk akan mudah terkena interfensi sehingga paket data yang dikirim menjadi hilang. Besaran packet loss terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus sesuai dengan standart THIPON yaitu kurang dari 3. Packet loss terhadap kualitas sinyal excellent, good, dan fair pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus, karena kurang dari 3. Sedangkan kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk dalam kategori sedang. Gambar 4.40. Grafik rata-rata packet loss WLAN-Smase- 01

4.6.1.3 Jitter

Tabel 4.22 menunjukan data berupa rata-rata dari jitter terhadap kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk. Gambar 4.41 menunjukan kinerja jitter berdasarkan kualitas sinyal pada kondisi sepi, normal, dan sibuk selama enam hari. Smase-01 Kuat Sinyal Jitter ms Sepi Normal Sibuk Excellent 3.028 6.277 15.058 Good 6.936 14.094 31.754 Fair 19.260 32.438 88.600 Poor 34.004 70.523 164.338 Tabel. 4.22. Rata-rata jitter WLAN-Smase-01 Selama enam hari dalam ms. Sesuai dengan standar THIPON nilai jitter access point- Smase-01 terhadap kualitas sinyal excellent, good, fair, dan poor pada kondisi sepi dan normal dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms. Hasil jitter terhadap kualitas sinyal excellent dan good pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori bagus karena kurang dari 75 ms, untuk kualitas sinyal fair pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori sedang, dn untuk kualitas sinyal poor pada kondisi sibuk termasuk dalam kategori jelek. Dibandingkan dengan pengukuran yang telah dilakukan pada access point-Smase-01 nilai jitter dari pengukuran WLAN mengalamai peningkatan untuk semua kategori kuat sinyal dan pada semua kondisi baik sepi, normal, dan sibuk. Trendline Jitter WLAN-Smase-01 pada Gambar 4.41 menunjukan semakin rendah kualitas sinyal pada kondisi sibuk maka nilai jitter semakin besar .Hal ini terjadi karena traffic jaringan pada kondisi sibuk lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sepi dan normal. Hal ini sesuai dengan teori yaitu semakin rendahnya kualitas sinyal pada kondisi sibuk dan jarak yang cukup jauh antara router server ke switch ke access point mengakibatkan kualitas dari kinerja WLAN juga menurun akan menyebabkan semakin besar peluang terjadinya congestion, sehingga nilai jitter akan semakin besar. 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Excellent Good Fair Poor Jitter ms Sepi Jitter ms Normal Jitter ms Sibuk Gambar 4.41. Grafik rata-rata jitter WLAN-Smase-01

4.6.2 Kondisi WLAN-Smase-02