pendidikan ibu dengan kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014. Diperoleh RP sebesar
0,947 dengan 95 CL 0,675-1,328, berarti pendidikan ibu bukan faktor resiko kejadian ISPA.
4.3.7 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA
Tabel 4.15 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2014
Pekerjaan Ibu
ISPA Tidak
ISPA Jumlah
X
2
P RP
95 CI f
f f
Bekerja Tidak
bekerja 14
47 51,9
64,4 13
26 48,1
35,6 27
73 100
100 1,301
0,254 0,805
0,539-1,203 Dari Tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada kelompok ibu
yang bekerja adalah 51,9 dan pada kelompok ibu yang tidak bekerja adalah 64,4. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square,
diperoleh nilai p=0,254 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas
Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014. Diperoleh RP sebesar 0,805 dengan 95 CL 0,539-1,203, berarti pekerjaan ibu bukan faktor resiko
kejadian ISPA.
Universitas Sumatera Utara
4.3.8 Hubungan Ventilasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA
Tabel 4.16 Hubungan Ventilasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan
Akut ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014
Dari Tabel 4.17 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada kelompok
ventilasi baik adalah 53,2 dan pada kelompok tidak baik adalah 87. Berdasarkan Hasil uji chi-square, diperoleh nilai p=0,003 artinya terdapat
hubungan yang bermakna antara ventilasi dengan kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014.
Diperoleh RP sebesar 1,633 dengan 95 Cl 1,256-2,123. Artinya ventilasi yang tidak baik merupakan faktor resiko timbulnya penyakit ISPA.
4.3.9 Hubungan Kepadatan Hunian Ruang Tidur dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA
Tabel 4.17 Hubungan Kepadatan Hunian Ruang Tidur dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal
Tahun2014
Ventilasi ISPA
Tidak ISPA
Jumlah X
2
P RP
95 CI f
f f
Tidak Baik
Baik 20
41 87,0
53,2 3
36 13,0
46,8 23
77 100
100 8,459
0,003 1,633
1,256-2,123
Kepadatan Hunian
ISPA Tidak
ISPA Jumlah
X
2
P RP
95 CI f
f f
Padat Tidak Padat
42 19
82,4 38,8
9 30
17,6 61,2
51 49
100 100
19,948 0,001
2,124 1,461-3,087
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada kelompok hunian padat adalah 82,4 dan pada kelompok tidak padat adalah 38,8.
Berdasarkan Hasil uji chi-square, diperoleh nilai p0,001 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian ruang tidur dengan kejadian ISPA
pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014. Diperoleh RP sebesar 2,124 dengan 95 Cl 1,461-3,087.
Artinya hunian ruang tidur yang padat merupakan faktor resiko timbulnya penyakit ISPA.
4.3.10 Hubungan Pemakaian Anti Nyamuk Bakar dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA