Dari Tabel 4.18 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada kelompok hunian padat adalah 82,4 dan pada kelompok tidak padat adalah 38,8.
Berdasarkan Hasil uji chi-square, diperoleh nilai p0,001 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian ruang tidur dengan kejadian ISPA
pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014. Diperoleh RP sebesar 2,124 dengan 95 Cl 1,461-3,087.
Artinya hunian ruang tidur yang padat merupakan faktor resiko timbulnya penyakit ISPA.
4.3.10 Hubungan Pemakaian Anti Nyamuk Bakar dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA
Tabel 4.18 Hubungan Pemakaian Anti Nyamuk Bakar dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2014
Dari Tabel 4.19 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada kelompok yang memakai anti nyamuk adalah 96,2 dan pada kelompok yang tidak memakai
adalah 48,6. Berdasarkan Hasil uji chi-square, diperoleh nilai p0,001 artinya terdapat
hubungan yang bermakna antara pemakaian anti nyamuk dengan kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing
Pemakaian Anti
Nyamuk
ISPA Tidak
ISPA Jumlah
X
2
P RP
95 CI f
f f
Ya Tidak
25 36
96,2 48,6
1 38
3,8 51,4
26 74
100 100
18,251 0,001
1,976 1,545-2,529
Universitas Sumatera Utara
Natal tahun 2014.Diperoleh RP sebesar 1,976 dengan 95 Cl 1,545-2,529. Artinya pemakaian anti nyamuk merupakan faktor resiko timbulnya penyakit ISPA.
4.3.11 Hubungan Bahan Bakar Untuk Masak dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Akut ISPA
Tabel 4.19 Hubungan Bahan Bakar Untuk Masak dengan KejadianInfeksi
Saluran Pernafasan Akut ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun
2014
Dari Tabel 4.20 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada kelompok
yang menggunakan kayu bakarminyak tanah adalah 70 dan pada kelompok yang menggunakan gaselpiji adalah 60.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,539 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara bahan
bakar untuk masak dengan kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014. Diperoleh RP
sebesar 1,167 dengan 95 CL 0,752-1,810, berarti bahan bakar untuk memasak bukan faktor resiko kejadian ISPA.
Bahan Bakar Untuk Masak
ISPA Tidak
ISPA Jumlah
X
2
P RP
95 CI f
f f
Kayu bakar minyak tanah
Gaselpiji 7
54 70
60 3
36 30
40 10
90 100
100 0,378
0,539 1,167
0,752-1,810
Universitas Sumatera Utara
4.3.12 Hubungan Keberadaan Perokok dengan Kejadian Infeksi Saluran