Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian ISPA Hubungan Ventilasi dengan Kejadian ISPA

Hal ini sejalan dengan penelitian Nursiani Gultom tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara, tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian ISPA p=0,448. 49

5.2.7 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian ISPA

Gambar 5.8 Diagram Batang Hubungan Pekerjaan Ibu dengan ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014. Berdasarkan Gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi ISPA tertinggi pada ibu yang tidak bekerja yaitu 64,4, dan yang terendah pada ibu yang bekerja yaitu 51,9. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,254 p 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan ISPA pada 51,9 64,4 48,1 35,6 10 20 30 40 50 60 70 Bekerja Tidak Bekerja pr op or si Pekerjaan Ibu dengan ISPA ISPA Tidak ISPA Universitas Sumatera Utara anak balita di wilayah kerja puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014. Diperoleh RP sebesar 1,805 dengan 95 CL 0,539-1,203, berarti pekerjaan ibu bukan faktor resiko kejadian ISPA. Hal ini kemungkinan disebabkan walaupun ibu bekerja selalu memperhatikan dan tetap dalam pengawasan terhadap status kesehatan anak balitanya. Hal ini sejalan dengan penelitian Nursiani Gultom tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara, tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian ISPA p=0,396. 49

5.2.8 Hubungan Ventilasi dengan Kejadian ISPA

Gambar 5.9 Diagram Batang Hubungan Ventilasi dengan ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2014. Berdasarkan Gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi ISPA tertinggi pada ventilasi yang tidak baik yaitu 87, dan yang terendah pada ventilasi baik yaitu 53,2. Sedangkan proporsi tidak ISPA tertinggi pada ventilasi baik yaitu 46,8 dan terendah pada ventilasi tidak baik yaitu 13. 87 53,2 13 46,8 20 40 60 80 100 Tidak Baik Baik pr op or si Ventilas i dengan ISPA ISPA Tidak ISPA Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,003 p 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara ventilasi dengan ISPA pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal tahun 2014. Diperoleh RP sebesar 1,633 dengan 95 CI 1,256-2,123. Artinya ventilasi merupakan faktor resiko timbulnya penyakit ISPA pada anak balita di Wilayah kerja Puskesmas Panyabungan Jae Kabupaten Mandailing Natal. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah yang berarti kadar karbon dioksida yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Sirkulasi udara dalam rumah akan baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10 dari luas lantai. 29 Berdasarkan hasil penelitian Sulistyowati di Kabupaten Trenggalek tahun 2010 didapatkan bahwa proporsi anak balita penderita pneumonia yang memiliki ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar 57,8. Hasil uji statistik diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian pneumonia dengan ventilasi p = 0,042. Nilai OR 1,9 95 CI: 1,0-3,4, artinya anak balita kemungkinan menderita pneumonia 1,9 kali pada balita yang memiliki ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. 30 Universitas Sumatera Utara

5.2.9 Hubungan Kepadatan Hunian Ruang Tidur dengan Kejadian ISPA

Dokumen yang terkait

Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Bayi Dan Balita Tahun 2000-2004 Untuk Peramalan Pada Tahun 2005-2009 Di Kabupaten Simalungun

0 37 101

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Batita di Kelurahan Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur Tahun 2011

0 15 111

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) Pada Anak Balita Di Kelurahan Mangga Keacamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

9 65 141

Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten Gresik

0 14 125

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BAGIAN ATAS PADA BALITA DI DESA NGRUNDUL KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

0 5 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLAL

0 2 16

PENDAHULUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 8

DAFTAR PUSTAKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANYUDONO 1 KABUPATEN BOYOLALI.

0 2 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009.

0 3 7

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINANGA KOTA MANADO

0 0 10