Pendekatan Saintifik KAJIAN TEORI

11 c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. d. Dapat mengembangkan karakter siswa. Secara lebih spesifik, pendekatan ilmiah scientific approach dalam proses pembelajaran mempunyai criteria sebagai berikut Hosnan, 2014: 38: a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira- kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. b. Penjelasan guru, respon siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif atau penalaran yang menyimpan dari alur berpikir logis. c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis dan tepat dalam mengidentifikasikan, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons materi pembelajaran. f. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut Hosnan, 2014: 37: a. Pembelajaran berpusat pada siswa. b. Pembelajaran membentuk students self concept c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme. d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip. 12 e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa. f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. 4. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagai berikut Hosnan, 2014: 36-37: a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi e. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah f. Untuk mengembangkan karakter siswa 5. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran yang melibatkan ketiga ranah tersebut digambar sebagai berikut Hosnan, 2014: 32: 13 Gambar 2.1 Pendekatan Saintifik scientific approach Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh atau holistik, artinya pengembangan ranah satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi. Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik dapat dilihat dalam tabel berikut ini Hosnan, 2014: 39: Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Mengamati Observing Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak tanpa dan dengan alat 14 Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Menanya Questioning Mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri menjadi suatu kebiasaan Pengumpulan Data Experimenting Menenukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data benda, dokumen, buku, eksperimen, mengumpulkan data. Mengasosiasi Associating Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data ketegori, menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured-uni unstructured- multistructure-complicated structure. Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya. Catatan: Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah: a. Menyediakan sumber belajar; b. Mendorong siswa berinteraksi dengan sumber belajar menugaskan; c. Mengajukan pertanyaan agar siswa memikirkan hasil interaksinya; d. Memantau persepsi dan proses berpikir siswa serta memberikan scaffolding; e. Mendorong siswa berdialog berbagi hasil pemikirannya; f. Mengkonfirmasi pemahaman yang diperoleh, dan; g. Mendorong siswa untuk merefleksikan pengalaman belajarnya. Pendekatan ilmiah scientific appoach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan mengomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai- nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. 15 Sejalan dengan tabel 2.1, Kemendikbud 2013b, yang sebagaimana dikutip Yunus Abidin 2014: 133, langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik dideskripsikan sebagai berikut: a. Mengamati Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran meaningfull learning. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah- langkah seperti berikut ini: 1 Menentukan objek apa yang akan diamati 2 Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang akan diamati 3 Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder. 4 Menentukan di mana tempat objek pengamatan 5 Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. 6 Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengamatan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. 16 Kegiatan pengamatan dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut sebagai berikut Abidin, 2014: 135: 1 observasi terbuka; 2 observasi terfokus; 3 observasi terstruktur; dan 4 observasi sistematik. Praktik pengamatan dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti: 1 tape recorder, untuk merekam pembicaraan; 2 kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; 3 film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan 4 alat-alat lain sesuai dengan keperluan. Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek checklist, skala rentang rating scale, catatan anekdotal anecdotal record, catatan berkala, dan alat mekanikal mechanical device. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini Yunus Abidin, 2014: 136: 1 Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran. 2 Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan. 17 3 Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi. b. Menanya Langkah kedua dalam pembelajaran saintifik adalah bertanya. Bertanya di sini dapat berupa pertanyaan dari guru atau dari murid. Kegiatan bertanya dalam pembelajaran berfungsi sebagai berikut Yunus Abidin, 2014:136-137: 1 Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran. 2 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3 Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. 4 Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 5 Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 6 Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 7 Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 8 Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. 9 Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. Memberi kesempatan siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru dapat menumbuhkan suasana pembelajaran yang akrab dan menyenangkan. Dalam mengajukan pertanyaan diperhatikan kualitas pertanyaan. Pertanyaan yang berkualitas akan menghasilkan 18 jawaban yang berkualitas. Kriteria pertanyaan yang baik tersebut adalah sebagai berikut Abidin, 2014:137: 1 Singkat dan jelas. 2 Menginspirasi jawaban. 3 Memiliki fokus. 4 Bersifat probing atau divergen. 5 Bersifat validatif atau penguatan. 6 Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang. 7 Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. 8 Merangsang proses interasksi. c. Menalar Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasioning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan 19 mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada peserta didik berkenaan dengan nilai-nilai intrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan teman di kelas. Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini Abidin, 2014: 139-140: 1 Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. 2 Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. 3 Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana persyaratan rendah sampai pada yang kompleks persyaratan tinggi. 4 Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. 5 Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki. 6 Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaaan atau pelaziman. 7 Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik. 8 Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk memungkinkan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan. Seperti telah dijelaskan di atas, ada dua cara melakukan asosiasi, yaitu dengan logika induktif dan deduktif. Logika induktif merupakan cara menarik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut 20 khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Dengan pola ini siswa dapat mengolah informasi dengan logika induktif dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan dengan menggunakan logika deduktif dengan membandingkan teori-teori yang telah ada dengan hasil percobaannya. d. Mencoba Hasil belajar yang nyata akan diperoleh peserta didik dengan mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Misalnya pada mata pelajaran, peserta didik harus memahami konsep-konsep akidah, akhlak dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Aplikasi metode eksperimen dapat mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: 1 menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; 2 mempelajari cara- cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; 3 mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; 4 melakukan dan mengamati percobaan; 5 mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; 6 menarik simpulan atas hasil percobaan; dan 7 membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. 21 Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka guru harus melakukan: 1 merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid; 2 guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan; 3 perlu memperhitungkan tempat dan waktu; 4 guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid; 5 guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen; 6 membagi kertas kerja kepada murid; 7 murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan 8 guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal Abidin, 2014:140 e. Mengkomunikasikan Kemampuan ini adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara komunikatif Abidin, 2014:141. Lebih dari 2400 tahun lalu Confucius menyatakan: apa yang saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat, apa yang saya lakukan saya paham. Silberman telah memodifikasi penyataan tersebut menjadi: apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat, apa yang saya dengar, lihat, dan diskusikan saya mulai paham, apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, apa yang saya ajarkan kepada yang lain, saya pemiliknya Silberman, 2002: 1. Dengan mengkomunikasikan hasil 22 percobaan dan asosiasi yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran. Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum pada kurikulum sekarang ini. Scientific approach pendekatan ilmiah adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran Kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah. Kemampuan ini adalah menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif Abidin, 2014: 141.

B. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

1. Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi Berikut ini merupakan beberapa pengertian berpikir tingkat tinggi menurut beberapa ahli selama 15 tahun terakhir Goethals, 2013. Tabel 2.2 Pengertian Berpikir Tingkat Tinggi Sumber Tahun Definisi King et al. 1998 “It includes critical, logical, reflective, metacognitive, and creative thinking. It is activated when individuals encounter unfamiliar problems, uncertainties, questions, 23 Sumber Tahun Definisi or dilemmas.” NCTM The National Council of Teachers of Mathematics 2000 “Solving a routine problem” Anderson and Krathwohl 2001 The processes- analyze, evaluate, and create. Lopez and Whittington 2001 “It occurs when a person take new information and information stored in memory an interrelates andor rearranges and extends this information to achieve a purpose or find possible answer in perplexing situations” Weiss, E. 2003 Collaborative, authentic, ill-structured, and challenging problems. Miri et al. 2007 “... the strategy-the setting of meta-objective; where as critical, systemic, and creative thinking are tactics-the activities needed to achieve the proclaimed objectives.” Rejendran, N. 2008 The expanded use of the mind to meet new challenges. Thompson, T. 2008 “Non-algorithmic thinking” Thomas, A. and Thorne, G. 2010 “... it takes thinking to higher levels than just restating the facts. It requires that we do something with the facts. We must understand them, manipulate them, put them together in new or novel ways, and apply themas we seek new solutions to new problems.” Kruger, K. 2013 It involves “concepts formation, critical thinking, creativitybrainstorming, problem solving, mental representation, rule use, reasoning, and logical thinking.” Lewis dan Smith 1993 mendefinisikan berpikir tingkat tinggi sebagai berikut: “higher order thinking occurs when a person takes new information and information stored in memory an interrelates andor rearranges and extends this information to achieve a purpose or find possible answer in perplexing situations” berpikir tingkat tinggi terjadi ketika orang itu mengambil informasi dan menyimpannya dalam memori dan 24 menghubungkan dan meluaskan informasi tersebut untuk mencapai tujuan atau mencari jawaban dari situasi yang membingungkan. Tran Vui 2001:5 sebagaimana dikutip oleh R. Rosnawati 2009 mendefinisikan kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai berikut: “higher order thinking occurs when a person takes new information and information stored in memory and interrelates andor rearranges andextends this information to achieve a purpose or find possible answers in perplexing situations”. kemampuan berpikir tingkat tinggi akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan menghubung-hubungkannya danatau menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan ataupun menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan. Thomas dan Thorne 2005 sebagaimana dikutip oleh R. Rosnawati 2009 menyatakan bahwa : “higher order thinking is thinking on higher level that memorizing facts or telling something back to someone exactly the way the it was told to you. When a person memorizies and gives back the information without having think about it. That’s because it’s much like a robot; it does what it’s programmed to do, but it doesn’t think of itself” berpikir tingkat tinggi adalah berpikir dalam level yang tinggi dalam mengingat fakta-fakta atau menceritakan sesuatu yang telah lampau kepada seseorang dengan tepat sesuai dengan yang telah dia ceritakan padamu. Saat seseorang mengingat informasi tanpa harus berpikir tentang itu maka itu seperti robot; mereka melakukan hal itu karena memang sudah terprogram seperti itu; tanpa berpikir untuk mengingat itu. Sejalan dengan pendapat kedua ahli tersebut, maka sejatinya berpikir tingkat tinggi merupakan berpikir pada level yang tinggi, dimana seseorang tidak hanya sekedar mengingat saja akan tetapi mampu

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung).

0 2 53

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa : survei pada 5 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di Kabupaten Sleman.

0 2 160

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa.

0 0 2

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa.

0 0 2

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 2 SMK Negeri dan 4 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis

0 0 190

Implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi guru : studi kasus pada guru mata pelajaran akuntansi SMK negeri dan swasta bidang keahlian bisnis dan manajemen program keahlian akuntansi se-Kabupaten Sleman.

0 0 273

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa studi kasus pada 6 SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Pr

0 0 165

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran akuntansi keuangan dengan tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa survei pada 6 SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahli

0 1 244

Pengembangan multimedia interaktif untuk menumbuhkan motivasi siswa SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen pada pembelajaran akuntansi.

0 2 200

Hubungan persepsi siswa tentang implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pengembangan karakter siswa

0 1 158