Pendekatan Saintifik KAJIAN TEORI
11
c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa. d. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Secara lebih spesifik, pendekatan ilmiah scientific approach dalam proses pembelajaran mempunyai criteria sebagai berikut Hosnan,
2014: 38: a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira- kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif atau
penalaran yang menyimpan dari alur berpikir logis. c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis
dan tepat dalam mengidentifikasikan, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran. e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Beberapa
prinsip pendekatan
saintifik dalam
kegiatan pembelajaran sebagai berikut Hosnan, 2014: 37:
a. Pembelajaran berpusat pada siswa. b. Pembelajaran membentuk students self concept
c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme. d. Pembelajaran
memberikan kesempatan
pada siswa
untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
12
e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
4. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagai berikut Hosnan, 2014: 36-37:
a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
b. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik
c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan
d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi e. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah f. Untuk mengembangkan karakter siswa
5. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Proses pembelajaran yang melibatkan ketiga ranah tersebut digambar sebagai berikut Hosnan, 2014: 32:
13
Gambar 2.1 Pendekatan Saintifik
scientific approach
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh atau holistik, artinya pengembangan ranah satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian, proses
pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
terintegrasi. Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik
dapat dilihat dalam tabel berikut ini Hosnan, 2014: 39:
Tabel 2.1 Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran
Mengamati Observing
Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak tanpa dan dengan alat
14
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran
Menanya Questioning
Mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai yang bersifat hipotesis; diawali dengan
bimbingan guru sampai dengan mandiri menjadi suatu kebiasaan
Pengumpulan Data Experimenting
Menenukan data
yang diperlukan
dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber
data benda, dokumen, buku, eksperimen, mengumpulkan data.
Mengasosiasi Associating
Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data ketegori,
menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari
unstructured-uni unstructured-
multistructure-complicated structure. Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam
bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.
Catatan: Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah: a. Menyediakan sumber belajar;
b. Mendorong siswa berinteraksi dengan sumber belajar menugaskan; c. Mengajukan pertanyaan agar siswa memikirkan hasil interaksinya;
d. Memantau persepsi dan proses berpikir siswa serta memberikan
scaffolding; e. Mendorong siswa berdialog berbagi hasil pemikirannya;
f. Mengkonfirmasi pemahaman yang diperoleh, dan; g. Mendorong siswa untuk merefleksikan pengalaman belajarnya.
Pendekatan ilmiah scientific appoach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, dan mengomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan
ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-
nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
15
Sejalan dengan tabel 2.1, Kemendikbud 2013b, yang sebagaimana dikutip Yunus Abidin 2014: 133, langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan saintifik dideskripsikan sebagai berikut: a. Mengamati
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran meaningfull learning. Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja
kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat
untuk memenuhi rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah- langkah seperti berikut ini:
1 Menentukan objek apa yang akan diamati 2 Membuat pedoman pengamatan sesuai dengan lingkup objek yang
akan diamati 3 Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder. 4 Menentukan di mana tempat objek pengamatan
5 Menentukan secara jelas bagaimana pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
6 Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil pengamatan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
16
Kegiatan pengamatan
dalam proses
pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan
ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut sebagai berikut Abidin, 2014: 135: 1 observasi
terbuka; 2 observasi terfokus; 3 observasi terstruktur; dan 4 observasi sistematik.
Praktik pengamatan dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat
pencatatan dan alat-alat lain, seperti: 1 tape recorder, untuk merekam pembicaraan; 2 kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara
visual; 3 film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan 4 alat-alat lain sesuai dengan keperluan. Instrumen
yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek checklist, skala rentang rating scale, catatan anekdotal anecdotal
record, catatan berkala, dan alat mekanikal mechanical device. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta
didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini Yunus Abidin, 2014: 136:
1 Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
2 Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan
peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
17
3 Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas
perolehan observasi.
b. Menanya Langkah kedua dalam pembelajaran saintifik adalah bertanya.
Bertanya di sini dapat berupa pertanyaan dari guru atau dari murid. Kegiatan bertanya dalam pembelajaran berfungsi sebagai berikut
Yunus Abidin, 2014:136-137: 1 Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran. 2 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3 Mendiagnosis
kesulitan belajar
peserta didik
sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
4 Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 5 Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6 Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
7 Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 8 Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap
dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. 9 Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain. Memberi kesempatan siswa bertanya
atau menjawab pertanyaan guru dapat menumbuhkan suasana pembelajaran yang
akrab dan menyenangkan. Dalam mengajukan pertanyaan diperhatikan kualitas pertanyaan. Pertanyaan yang berkualitas akan menghasilkan
18
jawaban yang berkualitas. Kriteria pertanyaan yang baik tersebut adalah sebagai berikut Abidin, 2014:137:
1 Singkat dan jelas. 2 Menginspirasi jawaban.
3 Memiliki fokus. 4 Bersifat probing atau divergen.
5 Bersifat validatif atau penguatan. 6 Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.
7 Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif. 8 Merangsang proses interasksi.
c. Menalar Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku
aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari pada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang
logis dan sistematis atas fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu bermanfaat. Istilah menalar di sini
merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasioning, meski istilah ini juga bermakna menalar atau
penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi
dalam pembelajaran
merujuk pada
kemampuan
19
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan
memori. Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada peserta didik berkenaan
dengan nilai-nilai intrinsik dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata
diobservasinya dari kinerja guru dan teman di kelas. Aplikasi
pengembangan aktivitas
pembelajaran untuk
meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini Abidin, 2014: 139-140:
1 Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2 Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi
jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
3 Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana persyaratan rendah sampai pada
yang kompleks persyaratan tinggi. 4 Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati. 5 Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
6 Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaaan atau pelaziman.
7 Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
8 Guru mencatat
semua kemajuan
peserta didik
untuk memungkinkan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
Seperti telah dijelaskan di atas, ada dua cara melakukan asosiasi, yaitu dengan logika induktif dan deduktif. Logika induktif
merupakan cara menarik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut
20
khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau
fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Dengan pola ini siswa dapat mengolah informasi dengan logika
induktif dari percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan dengan menggunakan logika deduktif dengan membandingkan teori-teori yang
telah ada dengan hasil percobaannya. d. Mencoba
Hasil belajar yang nyata akan diperoleh peserta didik dengan mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau
substansi yang sesuai. Misalnya pada mata pelajaran, peserta didik harus memahami konsep-konsep akidah, akhlak dan kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
Aplikasi metode
eksperimen dapat
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata
untuk ini adalah: 1 menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; 2 mempelajari cara-
cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; 3 mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; 4 melakukan dan mengamati percobaan; 5 mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; 6
menarik simpulan atas hasil percobaan; dan 7 membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
21
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka guru harus melakukan: 1 merumuskan tujuan eksperimen yanga akan
dilaksanakan murid; 2 guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan; 3 perlu memperhitungkan tempat
dan waktu; 4 guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid; 5 guru membicarakan masalah yang akan dijadikan
eksperimen; 6 membagi kertas kerja kepada murid; 7 murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan 8 guru
mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal Abidin, 2014:140
e. Mengkomunikasikan Kemampuan ini adalah kemampuan menyampaikan hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara
komunikatif Abidin, 2014:141. Lebih dari 2400 tahun lalu Confucius menyatakan: apa yang saya dengar, saya lupa, apa yang saya lihat saya
ingat, apa yang saya lakukan saya paham. Silberman telah memodifikasi penyataan tersebut menjadi: apa yang saya dengar saya
lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat, apa yang saya dengar, lihat, dan diskusikan saya mulai paham, apa yang saya dengar, lihat,
diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, apa yang saya ajarkan kepada yang lain, saya
pemiliknya Silberman, 2002: 1. Dengan mengkomunikasikan hasil
22
percobaan dan asosiasi yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran. Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan
pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum pada kurikulum sekarang ini. Scientific approach pendekatan ilmiah adalah
pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran Kurikulum
2013. Pendekatan
ini berbeda
dari pendekatan
pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran
sesuai dengan
pendekatan ilmiah.
Kemampuan ini
adalah menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan baik secara
lisan maupun tulisan dalam hal ini, siswa harus mampu menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif Abidin, 2014: 141.