Uji normalitas data Analisis Data

J. Analisis Data

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dilakukan secara analitis menggunakan uji Shapiro- Wilk , karena jumlah sampel ≤ 50. Uji ini dilakukan dengan memasukkan data selisih jumlah nilai kuesioner antara pretest - posttest 1, pretest – posttest 2 dan pretest – posttest 3. Dari hasil output uji Shapiro-Wilk didapatkan nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi p 0,05 artinya data berdistribusi normal data parametrik, maka dilakukan uji hipotesis menggunakan uji parametrik yakni paired t-test. Bila nilai signifikansi p 0,05 artinya distribusi data tidak normal, maka dilakukan uji alternatifnya yakni uji Wilcoxon yang merupakan uji non parametrik Dahlan, 2011. Pada penelitian ini, untuk aspek pengetahuan hanya data pada pretest yang berdistribusi normal p = 0,18, sementara data pada posttest 1 p = 0,00, posttest 2 p = 0,00, dan posttest 3 p = 0,01 distribusi datanya tidak normal. Oleh karena itu, uji hipotesis untuk aspek pengetahuan dilakukan menggunakan uji Wilcoxon dengan membandingkan data pretest dengan posttest 1, data pretest dengan posttest 2, dan data pretest dengan posttest 3. Pada aspek sikap, hanya posttest 2 yang distribusi datanya tidak normal p = 0,00, sementara pretest p = 0,29, posttest 1 p = 0,71, dan posttest 3 p = 0,18 datanya berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji hipotesis bagi aspek sikap seharusnya dilakukan menggunakan paired t-test untuk data pretest-posttest 1 dan pretest-posttest 3, sementara untuk data pretest-posttest 2 dilakukan uji hipotesis menggunakan Wilcoxon. Namun, untuk dapat membandingkan data antara pretest dengan posttest 1, pretest dengan posttest 2, dan pretest dengan posttest 3 aspek sikap, maka alat ukur yang digunakan harus sama sehingga semua uji hipotesis pada aspek sikap menggunakan uji Wilcoxon dengan mengasumsikan bahwa seluruh data pada aspek sikap berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dijabarkan dalam lampiran 34-36.

2. Uji Hipotesis