b. DM tipe 2 disebabkan oleh kombinasi resistensi insulin turunnya
sensitivitas jaringan target terhadap insulin dan defisiensi insulin relatif. Biasanya terjadi pada pasien dengan usia 30 tahun. Prevalensinya dari
kejadian diabetes adalah 90-95. Kebanyakan pasien dengan bentuk diabetes ini mengalami obese. DM tipe 2 juga disebut DM tak tergantung
insulin. c.
Gestational diabetes mellitus GDM d.
Tipe spesifik lainnya, seperti kerusakan genetik fungsi sel- β, kerusakan genetik aksi insulin, penyakit pada pankreas eksokrin, endokrinopati,
diinduksi obat atau zat kimia, infeksi, bentuk tak lazim dari diabetes yang dimediasi imun, sindrom-sindrom genetik.
American Diabetes Association, 2008 ; DiPiro, 2009 dan Ozougwu, 2013.
3. Terapi non-farmakologi dan pencegahan
Untuk individu dengan DM tipe 1, berfokus pada pengaturan pemberian insulin dengan diet seimbang untuk mencapai dan mempertahankan berat badan
ideal. Di sisi lain, pasien dengan DM tipe 2 membutuhkan pembatasan kalori untuk meningkatkan penurunan berat badan. DM tipe 2 dapat dicegah, atau
setidaknya ditunda onsetnya dengan mengatur gaya hidup seperti mengatur pola makan dan olahraga DiPiro, 2009 dan Ozougwu, 2013.
B. DM Tipe 2
1. Pengertian
DM tipe 2 bukanlah penyakit tunggal melainkan kumpulan berbagai sindrom hiperglikemia yang secara genotip dan fenotip berbeda. Sebanyak 90
kasus DM tipe 2 memiliki beragam patogenesis karena interaksi yang kompleks antara kebiasaan-kebiasaan gaya hidup tidak sehat seperti kelebihan nutrisi,
kurangnya aktivitas fisik, terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, dan lain-lain. 10 kasus DM tipe 2 disebabkan oleh bentuk-bentuk monogenik dari maturity
onset diabetes of the young MODY; diabetes mitokondrial; bentuk-bentuk sindrom langka; dan Latent Autoimmune Diabetes in the Adult or the elderly
LADA Rios, 2010. Dua kerusakan fisiopatologis yang mendasari DM tipe 2 adalah fungsi
sel- β tidak sempurna dan resistensi insulin. Studi mengindikasikan bahwa
kegagalan sel- β primer menyebabkan rendahnya sekresi insulin yang tidak tepat
ke stimulus glukosa dan resistensi insulin terdapat pada sejumlah besar pasien DM tipe 2. Oleh karena itu, secara patofisiologis DM tipe 2 dapat bergeser dari
sebagian besar resistensi insulin dengan defisiensi insulin relatif ke sebagian besar kerusakan sekretori insulin dengan resistensi insulin Rios, 2010.
DM tipe 2 mengakibatkan silent hyperglycemia berdurasi lama saat puasa, setelah makan siang, biasanya terungkap secara klinis dari gejala dan
tanda makrovaskular spesifik gagal jantung iskemik, stroke, peripheral arterial disease, ulser kaki, polyneuropathies danatau komplikasi mikrovaskuler seperti
gagal ginjal stage apapun, dari mikroalbuminuria sampai gagal ginjal stage akhir, retinopati makular stage apapun, edema, hipertensi arterial dan segala
konsekuensinya, dislipidemia, dan obesitas Rios, 2010.
2. Pencegahan
Usaha untuk mencegah DM tipe 2 dapat dilakukan dengan mendorong modifikasi gaya hidup yang terfokus pada pengelolaan berat badan dan
meningkatkan aktivitas fisik. Selain itu, bagi individu yang berisiko tinggi mengidap DM tipe 2, beberapa pemeriksaan yang dilakukan secara teratur juga
berguna untuk identifikasi dini DM tipe 2 sehingga onsetnya dapat ditunda ADA,2000 dan Harkins, 2008.
a. Mencapai dan menjaga berat badan ideal
Semua orang harus menjaga atau mencapai berat ideal BMI 18,5- 24,9 untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan risiko penyakit yang
berkaitan dengan overweight dan obesitas, seperti DM tipe 2. Akan lebih mudah menjaga berat ideal dengan mengimbangi kalori yang masuk dari
makanan dan minuman dan kalori yang keluar dari aktivitas fisik. Strategi yang dapat diikuti adalah sebagai berikut :
1 Makanan pokok adalah yang mengandung zat tepung seperti kentang,
nasi, roti, pasta dan wholegrain. 2
Makanlah makanan berserat tinggi seperti gandum, buncis, kacang polong, biji-bijian, buah, sayuran.
3 Makanlah minimal lima porsi bermacam-macam buah dan sayuran tiap
hari. 4
Melakukan diet rendah lemak. 5
Mengkonsumsi seminimal mungkin gorengan, minuman dan makanan yang tinggi gula tambahan seperti kue, kue kering dan minuman
berpemanis, dan makanan lain yang tinggi lemak dan gula seperti makanan cepat saji.
6 Perhatikan porsi makanan dan camilan, dan seberapa sering dimakan
selama satu hari. 7
Makan sarapan. 8
Lakukan aktivitas menyenangkan, seperti berjalan, bersepeda, berenang, aerobik dan berkebun, buatlah aktivitas rutin harian seperti
lebih memilih tangga dibanding lift. 9
Meminimalisir aktivitas duduk terus-menerus menonton tv, di depan komputer atau bermain video games.
NICE, 2011. b.
Aktivitas fisik 1
Untuk menjaga kesehatan : minimal 30 menit aktivitas fisik intensitas sedang, 5 hari atau lebih per minggu.
2 Untuk menurunkan berat badan : melakukan 45-60 menit aktivitas
intensitas sedang per hari. 3
Individu obese perlu melakukan 60-90 menit aktivitas per hari. NICE, 2011.
c. Pemeriksaan
1 Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan dengan tes toleransi glukosa
setiap 1-2 tahun sekali. 2
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setiap tahun sekali. 3
Pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun sekali.
4 Pemeriksaan serum kreatinin dan rasio albuminkreatinin urin dilakukan
setiap tahun sekali. Harkins, 2008.
3. Terapi