a. “Artifak” dimana Budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak
dapat diartikan. Analisis pada tingkat ini cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.
b. “ Nilai” yang memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada
artifak. Nilai ini sulit diamati secara lansung, oleh karenanya seringkali perlu untuk menyimpulkan kandungan artifak seperti dokumen.
c. “Asumsi Dasar” yang merupakan bagian penting dari Budaya
Organisasi. Pada tingkat ini budaya diterima begitu saja, tidak kasat mata dan tidak disadari, merupakan reaksi yang bermula sebagai nilai-
nilai yang didukung. Jadi bila asumsi telah diterima, maka kesadaran menjadi tersisih, dengan
kata lain perbedaan antara asumsi dengan nilai terlatak pada apakah nilai-nilai tersebut masih diperdebatkan dan diterima apa adanya atau tidak.
2.2.2. Fungsi Budaya
Dalam beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan mempertahankan kelansungan hidupnya, serta dalam melakukan integrasi internal. Budaya
melakukan sejumlah fungsi untuk mengatasi permasalahan anggota organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternalnya yaitu dengan memperkuat
pemahaman anggota organisasi, kemampuan untuk merealisir, terhadap misi dan strategi, tujuan, cara, ukuran, dan evaluasi. Budaya juga berfungsi untuk
mengatasi permasalahan integrasi internal dengan meningkatkan pemahaman dan kemampuan anggota organisasi untuk berbahasa dan berkomunikasi, kesepakatan
atau consensus internal, kekuasaan dan aturannya, hubungan anggota organosasi
karyawan, serta imbalan dan sangsi {Schein, 1991:52-66 dalam Armanu Thoyib, 2005}.
Lalu bagaimana budaya organisasi dapat mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan atau bawahan, dapat digambarkan sebagai berikut yang
mengadopsi dari teori yang digambarkan oleh Robins 1996.
Dipresepsikan sebagai Kekuatan tinggi
Kekuatan rendah
Kinerja karyawan
Budaya Organisasi
Faktor obyektif :
Inovasi dan pengambilan resiko.
Perhatian yang rinci
Orientasi hasil
Orientasi pada
manusia
Orientasi tim
Keagresifan
Stabilitas
Sumber: pengembangan dari Robbins 1996: 300
Gambar 2.1. Pengaruh Budaya Organisasi PT. Panca Wana Indonesia Sidoarjo
pada Kinerja karyawan. Pada gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa para karyawan membentuk
suatu persepsi subyektif tentang organisasinya berdasarkan ketujuh factor obyektif yang ada. Persepsi ini akan menjadi Budaya atau kepribadian organisasi,
selanjutnya akan mempengaruhi kinerja karyawan. Bagi para karyawan, apabila budaya organisasi yang diterapkan mempunyai kekuatan yang tinggi dan sesuai
dengan keinginan karayawan atau dapat dikatakan ada kesesuaian antara keduanya yaitu budaya yang diterapkan dengan karyawan sebagai penerima
penerapan budaya, maka disitu nilainya tinggi dan dampaknya juga akan baik terhadap kinerja karyawan pada perusahaan tersebut dan sebaliknya bila
penerapan budaya organisasi yang ada di perusahaan tersebut mempunyai
kekuatan rendah dan tidak sesuai dengan harapan juga keinginan karyawan maka disitulah nilainya rendah dan dampaknya pada kinerja karyawan juga akan rendah
pula karena apa yang menjadi keinginan juga harapan dari karyawan di perusahaan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik.
2.2.3. Definisi Strategi