kepemimpinan para pimpinan daerah di era otonomi daerah adalah memberdayakan bawahan mereka agar bawahan mampu meningkatkan
produktivitas mereka dalam mencapai tujuan pembangunan. Kotter Heskett 1992 dalam penelitian mereka menemukan bahwa
terdapat 4 empat faktor yang menentukan perilaku kerja manajemen suatu perusahaan, yaitu 1 budaya perusahaan; 2 struktur, sistem, rencana dan
kebijakan formal; 3 kepemimpinan leadership; dan 4 lingkungan yang teratur dan bersaing. Ditegaskan pula oleh Hickman and Silva 1986 bahwa Stategy
ditambah dengan Budaya Organisasi Culture akan menghasilkan suatu keistimewaan Excellence Keberhasilan suatu korporat dalam mencapai
tujuannya ternyata tidak lagi hanya ditentukan oleh keberhasilan implementasi prinsip-prinsip manajemen, seperti planning, organizing, leading dan controlling
saja, melainkan ada faktor lain yang “tidak tampak” yang lebih menentukan berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuannya; menentukan apakah manajemen
dapat diimplementasikan atau tidak. Faktor tersebut adalah budaya organisasi. Keunggulan organisasi menurut Moeljono adalah ditentukan oleh unggul tidaknya
budaya organisasi yang dimiliki.
2.3. Struktur Ecuation Modeling SEM
Struktur Equation Modeling SEM merupakan sekumpulan teknik –
teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkain hubungan yang relatif “rumit” secara simultan Waluyo, 2008. Hubungan yang rumit tersebut
dapat diartikan sebagai rangkaian hubungan yang dibangun antara satu atau
beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen, dimana setiap variabel dependen dan independen berbentuk faktor atau konstruk
yang dibangun dari beberapa indikator yang diobservasi atau diukur langsung. SEM structural equation modelling cocok digunakan untuk
mengkonfirmasi dari berbagai indikator untuk sebuah dimensi konstruksi konsep faktor, menguji kesesuain ketepatan sebuah model berdasarkan data
empiris yang diteliti, menguji kesesuaian model sekaligus hubungan kwalitas antar faktor yang dibangun diamati dalam model tersebut.
Keungulan aplikasi SEM structural equation modelling dalam penelitian manajemen adalah karena kemampuan untuk menampilkan sebuah model
koprehensif bersamaat dengan kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi atau faktor dari sebuah konsep melalui dalam sebuah indikator – indikator empiris
serta kemampuannya untuk mengukyr pengaruh faktor yang secara teoritis ada Ferdinand, 2002. Oleh karena itu SEM structural equation modelling biasanya
dipandang sebagai kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi, dan tentu saja bisa diaplikasikan secara terpisah hanya dalam analisis faktor ataupun hanya
dalam analisis regresi. Beberapa konvensi yang berlaku dalam SEM structural equation
modelling sebagai berikut :
a. Variabel terukur measured variable adalah variabel ini disebut juga
observed variables, indikator variables atau multivest variables. Variabel
terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui penelitian lapangan, misalnya melalui instrumen – instrumen survey. Digambarkan dalam bentuk
segi empat atau bujur sangkar. b.
Faktor adalah variabel bentukan yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata. Variabelini yang dapat disebut sebagai
letent variable kaerena merupakan bentukan, konstruk atau unobserved variable. Faktor digambarkan dalam bentuk oval atau elips
c. Hubungan antar variabel adalah hubungan antar variabel tersebut dinyatakan
dalam bentuk garis. Bila tidak ada garis berarti tidak ada hubungan langsung terhadap yang di hipotesakan. Bentuk-bentuk garis dari hubungan antar
variabel tersebut adalah :
Garis dengan anak panah satu arah Garis ini menunjukkan adanya hubungan kualitas regresi yang
dihipotesakan antara dua variable, dimana variable yang dituju oleh anak garis panah satu arah ini adalah veriabel dependenendogen dan yang tidak
dituju oleh anak panah satu arah adalh veriabel independent eksogen.
Garis dengan anak panah dua arah Garis ini menunjukkan adanya korelasi antara dua variabel. Bila penelitian
ini meregresikan dua buah veriabel independen terhadap dua veriabel dependen, maka syarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya korelasi
antara veriabel independen. Jika garis ini bertujian untuk menguji ada tidaknya korelasi kemudian layak atau tidak dilakukan regresi antar variabel.
Pemodelan SEM structural equation modelling dapat dilakukan dengan pendekatan dua langkah two step modelling approach yaitu pertama
mengembangkan model pengukuran dan kedua adalah model struktural.
Measurment model ini dilakukan untuk menghasilkan penilaian mengenai validitas konvergen dan validitas diskriminan, sedangkan model struktural
menyajikan penyajian penilaian validitas prediktif Santoso, 2009. Di dalam pemodelan SEM akan bekerja dengan “konstruk” atau “faktor”
yaitu konsep – konsep yang memiliki pijakan teoritis yang cukup untuk menjelaskan berbagai hubungan. Konstruk – konstruk yang dibangun dalam
diagram jalur di atas dapat dibedakan dalam 2 kelompok konstruk, yaitu konstruk eksogen dan konstruk endogen.
Konstruk eksogen exogenous construct dikenal juga sebagai source
variable atau independent variable yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam
model. Secara diagramatis, konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah. Dalam gambar terlihat adanya sebuah garis
lengkung dengan anak panah 2 ujung. Garis lengkung ini tidak menjelaskan sebuah kausalitas melainkan untuk mengindikasikan adanya korelasi, karena
syarat yang harus dipenuhi dalam uji regresi adalah tidak ada korelasi antar variabel independen dalam sebuah model. Dengan garis lengkung ini, peneliti
dapat mengamati berapa kuatnya tingkat korelasi antar kedua konstruk yang akan digunakan untuk analisis lebih lanjut.
Konstruk endogen endogenous construct adalah faktor yang diprediksi
oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat
berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Berdasarkan pijakan teoritis yang
cukup, seorang peneliti dapat menentukan mana yang akan diperlakukan sebagai konstruk endogen dan mana sebagai konstruk eksogen Solimun, 2004.
Teknik Confirmatory Factor Analysis. Teknik ini ditujukan untuk mengestimasi measurement model menguji undimensionalitas dari konstruk-
konstruk eksogen dan konstruk-kontruk endogen. Disebut sebagai teknik analisis faktor konfimatori, sebab pada tahap ini model akan mengkonfirmasi apakah
variabel yang diamati dapat mencerminkan faktor yang dianalisis. Terdapat dua uji dasar dalam Confirmatory Factor Analysis yaitu:
1 Uji Kesesuaian Model Goodness of Fit Test
Pengujian dilakukan dengan menggunakan parameter yang disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Goodness of Fit Indices dan Cut-Off Value
Goodness of Fit Indices Cut – Off Value
X
2
Chi Square Diharapkan kecil
Probabilitas ≥ 0,05
CMINDF ≤ 2,00
RMSEA ≤ 0,08
GFI ≥ 0,90
AGFI ≥ 0,90
TLI ≥ 0,95
CFI ≥ 0,95
Sumber : Ferdinand Hal. 61 2
Uji Validitas Konvergen Uji Validitas konvergen dinilai dari measurement model yang dikembangkan
dalam penelitian dengan menentukan apakah setiap indikator yang diestimasi secara valid mengukur dimensi dari konsep yang diujinya. Bila setiap
indicator memiliki C.R 2.SE, hal ini menunjukkan bahwa indikator itu
secara valid mengukur apa yang sebenarnya diukur dalam model yang
disajikan. 3
Uji Validitas Diskriminan Validitas diskriminan dilakukan untuk menguji dua konstruk dengan melihat
angka korelasinya. Hubungan kausalitas antar dua variabel terjadi bila kedua variabel tersebut mempunyai hubungan atau angka korelasi antar dua variabel
tersebut besar. Sedangkan antar variabel independen harus tidak mempunyai hubungan atau angka korelsi antar kedua variabel tersebut harus kecil.
4 Uji Reliabilitas
Setelah kesesuaian model diuji model fit, evaluasi lain yang harus dilakukan adalah uji reliabilitas model menunjukkan bahwa dalam sebuah model,
indikator -indikator yang digunakan memiliki derajad kesesuaian yang baik. Uji Reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus :
Construct Reliability =
j
Loading Std
Loading Std
2 2
. .
Dimana :
Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap –tiap
indikator diambil dari perhitungan komputer AMOS 16.0 yaitu nilai lambda yang dihasilkan oleh masing – masing indikator.
ε
φ
adalah measurement error dari tiap – tiap indikator. measurement error adalah sama dengan 1 – reliabilitas indikator yaitu pangkat dua dari
standardized loading setiap indicator yang dianalisis.
2.4. Kerangka Konseptual