11
2.2.2. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong 2008: 12, konsep pemasaran menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada
pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik dari pada pesaing. Konsep
pemasaran dimulai dengan pasar yang terdefinisi dengan baik, fokus pada kebutuhan pelanggan, dan mengintegrasikan semua kegiatan pemasaran
yang mempengaruhi pelanggan. Sebagai imbalannya, pemasaran mencapai keuntungan dengan menciptakan hubungan yang langgeng dengan
pelanggan yang tepat, berdasarkan nilai dan kepuasan pelanggan. Menurut Murti Sumarni dan John Soeprihanto 1998: 263-267
Konsep Pemasaran beranggapan bahwa, kunci keberhasilan dalam mencapai kebutuhan perusahaan adalah terdiri dari penentuan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran serta pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh para pesaingnya.Apabila
perusahaan menganut konsep pemasaran, maka semua kegiatan akan diarahkan kepada keinginan konsumen. Bagian pemasaran berperan aktif
semenjak mulainya proses produksi karena konsumenlah yang akan menjadi tujuan utama yaitu kepuasannya,jadi tidak hanya peningkatan
volume penjualan saja. Pada Hakekatnya, Konsep pemasaran juga menginginkan volume
penjualan yang menguntungkan, tetapi laba yang didapat dari volume penjualan itu harus diperoleh melalui kepuasan konsumen. Disamping itu
12
sangat diperlukan adanya koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran yaitu dengan cara memupuk kerjasam dan menghindari
pertentangan agar mudah dilakukan koordinasi, sehingga akhirnya nanti akan dapat dicapai tujuan perusahaan dan sekaligus dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen.
2.2.3. Merek
2.2.3.1. Pengertian Merek
Pemberian merek telah menjadi masalah penting dalam strategi produk. Nama merek yang kuat mempunyai “francaiz”
konsumen, yakni nama merek yang memiliki kesetiaan konsumen yang kuat. Perusahaan yang mampu mengembangkan merek dengan
“francaiz” konsumen akan mampu mempertahankan serangan para pesaing. Bila kembali ke definisi dari merek menambil dari pemaparan
American Marketing Association dalam Kotler dan Keller 2007: 332 Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan kombinasi dari
semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari
produk atau jasa lain yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama.
Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat1, merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memilki
13
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.Tjiptono,2005:2.
Menutut Kotler 1997: 63 merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan
jasa tertentu pada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan kualitas. Tetapi merek lebih dari sekedar simbol. Merek dapat memilki
enam tingkatan pengertian : a.
Atribut : Merek meningkatkan pada atribut-atribut tertentu.
b. Manfaat
: Suatu merek lebih dari serangkaian atribut, mereka membeli manfaat.
c. Nilai
: Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
d. Budaya
: Merek juga mewakili budaya tertentu. e.
Kepribadian : Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.
f. Pemakai
: Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.
Pada hakekatnya, merek merupakan identifier dalam konstruksi apapun yang dipilih pemiliknya, misalnya logo, simbol,
nama, karakter, dan seterusnya yang terdiri dari atas dua elemen pokok 1 produk atau market offering yang direpresentasikan, dan 2
komunikasi tawaran dan janji merek bersangkutan.Tjiptono,2005: 19
14
2.2.3.2. Manfaat Merek
Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen merek berperan penting sebagai Keller,2003; Tjiptono,2005:
20-21 : a.
Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian
sediaan dan pencatatan akutansi. b.
Bentuk produksi hokum terdapat atau aspek produk yang unik. Merek bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual.
c. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga
mereka bisa dengan mudah memilih dan membeli lagi dari waktu ke waktu. Loyalitas merek seperti menghasilkan Predictability dan
security permintaan bagi perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan lain untuk memasuki pasar.
d. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan
produk dari para pesaing. e.
Sumber keuntungan kompetitif, terutama melalui perlindungan hokum, loyalitas pelanggan dan citra unik yang terbentuk dalam
benak konsumen. f.
Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa dating.
15
Manfaat bagi konsumen, merek memberikan macam nilai melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial. Vazquez,et al 2002;
Tjiptono, 2005: 21 misalnya, mengklarifikasikan dimensi manfaat atau utilitas merek kedalam sembilan kategori: utilitas fungsional produk,
pilihanchoice, inovasi, trustworthiness, emosional, estetis, novelty, identifikasi social, dan identifikasi personal. Keller,2003; Tjiptono,
2005:21 mengemukakan tujuh manfaat pokok merek bagi konsumen, yaitu sebagai identifikasi sumber produk, penetapan tanggung jawab
pada manufaktur atau distributor tertentu, pengurangan resiko, penekanan biaya pencarian search costs internal dan eksternal, janji
atau ikatan khusus dengan produsen, alat simbolis yang memproyeksikan citra diri dan signal kualitas. Kesemua nilai atau
manfaat tersebut difasilitasi oleh konsep ekuitas merek brand equity.
2.2.4. Ekuitas Merek
2.2.4.1. Pengertian Ekuitas Merek
Ekuitas merek adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam cara konsumen
berpikir, merasa dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan Kotler dan Keller,2007: 334.
Menurut Aaker 1997: 22 ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan
simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh
16
sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.
Merek mempunyai peranana yang penting dan merupakan aset berharga bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang kompetitif,
loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Beberapa produk kualitas, model yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di
pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen.
Membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek. Merek yang unggul memilki ekuitas merek yang kuat dan mampu
mengembangkan keberadaan suatu merek dalam persaingan serta dapat merebut dan menguasai pangsa pasar. Semakin kuat kedudukan ekuitas
merek, semakin kuat pula daya tariknya di mata konsumen untuk mengkonsumsikan produk tersebut, yang selanjutnya dapat menggiring
konsumen untuk melakukan pembelian serta mengantarkan perusahaan dalam meraup keuntungan dari waktu ke waktu. Durianto,2001:3
Menurut Aaker et al 1991;Durianto,2001: 4 dijelaskan cara mengelola ekuitas merek brand equity meliputi elemen-elemen ekuitas
merek yaitu: a.
Loyalitas merek Brand loyalty dapat dikelola dengan cara menciptakan tingkat pembelian kembali, menciptakan daya tarik
kepada konsumen perhatikan dan melibatkan konsumen serta pelayana secara terus menerus, memberikan respon terhadap
17
pesaing yang mengancam serta berusaha untuk mengoptimalkan biaya pemasaran.
b. Kesadaran merek Brand awareness, dapat dikelola dengan cara
meningkatkan secar terus manfaat produk terhadap konsumen c.
Persepsi kualitas Perceived quality, dapat dikelola dengan cara menerapkan strategi differensiasi, strategi harga, melibatkan
kelompok konsumen yang sama dan menjaga kualitas produk sehingga sesuai dengan harapan konsumen.
d. Asosiasi merek Brand association, dapat dikelola dengan cara
menciptkan perasaan dan perilaku positif teradap merek secara terus menerus.
e. Aset merek lainnya Other Brand asset, dapat dikelola dengan cara
menciptakan keunggulan bersaing terhadap produk-produknya.
2.2.5. Kesadaran Merek Brand Awareness
2.2.5.1. Pengertian Kesadaran Merek
Menurut Aaker 1997: 90, kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat
kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Dan merupakan kekuatan keberadaan sebuah merek dalam
pikiran pelanggan. Kekuatan tersebut ditunjukkan oleh kemampuan pelanggan mengenal dan mengingat sebuah merek. Kesadaran merek
dapat membantu mengkaitkan merek dengan asosiasi yang diharapkan
18
oleh perusahaan, menciptakan familiary pelanggan pada merek, dan menunjukkan komitmen kepada pelanggannya. Tingkat kesadaran merek
berkisar dari tingkat recognize the brand yaitu pelanggan dapat mengenal suatu merek sampai pada tingkat diamana merek menjadi
dominant brand recalled, merek sebagai satu-satunya yang diingat dan menjadi identitas kategori produk.
Saat pengambilan keputusan pembelian konsumen dilakukan, kesadaran merek memegang peran penting. Merek menjadi bagian dari
consideration set sehingga memungkinkan preferensi pelanggan untuk memlih produk tersebut. Pelanggan cenderung membeli merek yang
sudah dikenal dan beranggapan merek yang sudah dikenal kemungkinan bisa dihandalkan dan kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Astuti
dan Cahyadi,2007:147 Menurut Astuti dan Cahyadi 2007:151 indikator yang
mempengaruhi didalam pembentukan kesadaran merek adalah : a.
Kemampuan pelanggan mengenali logo b.
Kemampuan pelanggan mengingat salah satu iklan yang ditayangkan di televisi.
c. Kemampuan pelanggan mengingat model varian produk.
2.2.5.2. Kesadaran Merek Menciptakan Nilai
Kesadaran merek menciptakan nilai dalam empat cara antara lain :
19
1. Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi : yaitu suatu produk atau
layanana baru sudah diarahkan untuk mendapatkan pengenalan. Jarang sekali keputusan pembelian tanpa pengenalan. Pengetahuan
mengenai berbagai bagian dan manfaat dari produk. 2.
Keakraban rasa suka : Pengakuan merek memberikan suatu kesan akrab dan konsumen menyukai sesuatu yang akrab.
3. Tanda mengenai substansi komitmen; Kesadaran merek bisa
menjadi suatu signal dari kehadiran, komitmen dan substansi sebuah merek produk.
4. Mempertimbangkan merek: Langkah awal dalam proses pembelian
biasanya menyeleksi sekumpulan merek untuk dipertimbangkan. Oleh karena itu penggingatan kembali merek brand recall
2.2.6. Kesan Kualitas Perceived quality
2.2.6.1. Pengertian Kesan kualitas
Kesan kualitas adalah customer’s perception of the overall quality or superiority of a product or service with respect to its intended
purpose, relatives to alternatives Aaker, 1991: 85 Persepsi pelanggan merupakan persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap penting
baginya. Persepsi kualitas merupakan suatu perasaan yang tak tampak dan menyeluruh mengenai suatu merek. Akan tetapi biasanya persepsi
kualitas didasarkan pada dimensi-dimensi yang termasuk dalam
20
karakteristik produk tersebut dimana merek dikaitkan dengan hal-hal seperti keandalan dan kinerja Aaker et al, 1997: 126
Dan dalam persepsi kualitas berarti mengukur persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas yang dimilki produk. Kualitas
yang dimaksud adalah kualitas dari atribut-atribut yang dimilki oleh produk tersebut. Menurut Astuti dan Cahyadi 2007: 151 indikator yang
mempengaruhi didalam pembentukan kesan kualitas terhadap keputusan pembelian antara lain:
a. Persepsi pelanggan terhadap kenyaman produk : Mencerminkan
pada saat konsumen mengkonsumsi suatu produk konsumen merasakan nyaman minimnya resiko bagi konsumen.
b. Persepsi pelanggan terhadap tampilan produk : Mencerminkan
tampilan suatu produk yang unik yang bisa menarik minat konsumen.
c. Persepsi pelanggan terhadap keandalan produk : Mencerminkan
konsentrasi kinerja yang dihasilkan dari satu pembeli ke pembeli berikutnya.
d. Persepsi pelanggan terhadap ketahanan produk : Mencerminkan
umur ekonomis dari produk tersebut.
2.2.6.2. Kesan Kualitas Menghasilakan Nilai
Kesan kualitas mempunyai peran yang penting dalam membangun suatu merek, dalam bayangan konteks persepsi kualitas
21
sebuah merek dapat menjadi alasan yang penting pembelian suatu merek yang akan dibeli.
Menurut Aaker et al 1997: 126 perceived quality memberikan nilai dalam beberapa bentuk antara lain:
1. Alasan untuk membeli : Karena terkait dengan keputusan-keputusan
pembelian, maka pesepsi kualitas mampu menefektifkan semua elelm program pemasaran. Apabila persepsi kualitas iti tinggi
kemungkina besar periklanan akan efektif. 2.
Differensiasi posisi : Suatu karakteristik yang penting dari merek adalah posisisnya dalam dimensi persepsi kualitas, apakah merek
tersebut merupakan merek terbaik atau sama baiknya dengan merek lain.
3. Harga premium : Keuntungan persepsi kualitas memberikan pilihan-
pilihan dalam menetapkan harga premium. 4.
Perluasan saluran distribusi : Mempunyai arti penting bagi para pengecer, distributor, dan saluran distribusi lainnya.
5. Perluasan merek : Suatu merek dengan persepsi kualitas kuat dapat
dieksploitasi kearah perluasan merek.
2.2.7. Asosiasi Merek Brand Associations
2.2.7.1. Pengertian Asosiasi Merek
Nilai yang mendasari merek sering kali didasarkan spesifik yang berkaitan dengan produk. Menurut Aaker 1997: 160 Asosiasi
22
merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan sebuah merek. Dan dapat dirangkai sehingga membentuk citra merek didalam pikiran
pelanggan. Citra merek suatu produk itu akan sangat penting, terutama kalau citra itu positif. Citra merek suatu produk itu akan lebih kuat lagi
apabila didukung oleh pengalaman dalam menggunakannya. Penggunaan suatu produk akan menimbulkan perasaan yang berkaitan
dengan produk tersebut, yang diungkapkan kedalam asosiasi. Asosiasi merek berperan sangat penting untuk memisahkan atau membedakan
suatu merek dengan merek lain. Assosiasi dan pencitraan, keduanya mewakili berbagai
persepsi yang dapat mencerminkan realita obyektif. Suatu merek yang telah mapan akan mempunyai posisis yang menonjol dalam suatu
kompetisi karena didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat. Suatu brand positioning mencerminkan bagaimana orang memendang suatu
merek, positioning dan positioning strategy dapat juga digunakan untuk merefleksikan bagaimana sebuah perusahaan sedang berusaha
dipersepsikan. Nilai mendasar sebuah merek seringkali merupakan makna merek tersebut bagi khalayak.
Menurut Astuiti dan Cahyadi 2007: 151 indikator yang mempengaruhi didalam pembentukan asosiasi merek adalah :
a. Inovasi desain model dan teknologi : Mencerminkan suatu produk
dengan desain model yang berinovasi dan dengan mengunakan teknologi tercanggih pada produk tersebut.
23
b. Produk yang terkenla mereknya : Mencerminkan seberapa jauh
produk tersebut terkenal dibenak konsumen. c.
Produk yang diprodusir oleh perusahaan yang kredibilitasnnya tinggi.
Menurut Keller dalam palupi,2002asosiasi ini memilki beberapa type, yaitu:
1. Atribut attributes adalah asosiasi yang dikaitkan dengan atribut-
atribut dari merek tersebut yang berhubungan langsung terhadap produknya product related attributes, ataupun yang tidak
berhubungan langsung terhadap produknya non product related attributes yang meliputi price, user, imagery, felings, experiences,
dan personality. 2.
Manfaat benefits adalah asosiasi suatu merek dikaitkan dengan manfaat dari merek tersebut, baik itu manfaat secara fungsional
functional benefit, manfaat secara simbolik dari pemakainya symbolic functional benefit, dan pengalamannya yang dirasakan
dari penggunannya experiential benefit 3.
Perilaku attitude adalah asosiasi yang dikaitklan dengan motivasi diri sendiri yang merupakan bentuk perilaku yang bersumber dari
bentuk-bentuk punishment, learning, dan knowledge.
2.2.7.2. Asosiasi Merek Menciptakan Nilai
Menurut Aaker et al 1997: 162 niali yang mendasari merek sering kali merupakan sekumpulan asosiasinya, dengan kata lain
24
merupakan makna merek bagi khalayak. Macam-macam asosiasi yang menciptakan nilai buat perusahaan dan para pelanggan adalah:
1. Membantu proses penyususnan informasi : Asosiasi-asosiasi bisa
membantu mengikhtiarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang nungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan dan bisa jadi
mahal bagi perusahaan untuk mengkomunikasikannya. Sebuah asosiasi bisa menciptakan informasi padat bagi pelanggan.
2. Differensiasi posisi : Suatu asosiasi memberikan landasan yang
penting bagi usaha membedakan. 3.
Alasan untuk membeli : Banyak asosiasi merek membutuhkan berbagai atribut produk atau manfaat pelanggan customer benefits
yang biasa mendorong suatu alas an untuk menggunakan merek tersebut.
4. Menciptakan sikap perasaan positif : Beberapa asosiasi mampu
merangsang suatu perasaan positif yang gilirannya mencapai merek yang bersangkutan.
5. Landasan untuk perluasan : Suatu asosiasi menghasilkan landasan
bagi suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian sense of fit antara merek dan sebuah produk baru.
2.2.8 Aset Merek lainnya Other Brand Asset. Menurut Durianto2001: 7 Asset ekuitas merek lainnya dapat
memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah yang tidak dimilki pesaing. Biasannya, bila
25
dimensi utama dari ekuitas merek yaitu, kesadaran merek,kesan kualitas,asosiasi merek dan loyalitas merek sudah sangat kuat secara
otomatis asset ekuitas merek lainnya juga kan kuat.oleh karenanya penekanan riset ekuitas merek diberikan pada keempat elemen utama
ekuitas merek seangkan asset merek lainnya secara otomatis terimbas oleh kekuatan dari keempat elemen utama tersebut.
2.2.9 Perilaku Konsumen 2.2.9.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Ada beberapa definisi perilaku konsumen. Menutut Engel et al 1995 didalam simamora 2004: 1-3, perilaku komsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan. Kotler dan Amstrong 2001: 216 mengartikan perilaku
pembelian konsumen sebagai perillaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu atau rumah tangga yang
membeli produk untuk konsumsi personal.
2.2.9.2 Perilaku Pembelian Konsumen
Banyak model yang dikembangkan oleh para ahli tentang perilaku konsumen. Namun, semuanya mengarah pada prinsip yang
sama bahwa perilaku konsumen kelibatkan input, proses, dan output. Hanya masing-masing ahli mempunyai perbedaan pendapat dalam
merangkai ketiga komponen tersebut. Kotler didalam Simamora
26
2004:21 menjelaskan bahwa keputusan seseorang atas merek kategori produk, tempat untuk didatangi, waktu pembelian dan jumlah
pembelian, merupakan hasil dari rangsangan stimuli yang berasal dari luar dirinya, yang diolah dalam diri sendiri konsumen.
2.2.9.3 Minat Beli Menurut kotler 2002: 174 mengemukakan pengertian minat
Beli adalah pikiran seseorang yang mengandung niat untuk membeli produk tertentu. Adapun pengertian menurut Schiffman dan kanuk
2002: 206 Niat merupakan suatu faktor internal individual yang mempengaruhi perilaku konsumen, niat adalah bentuk suatu bentuk
pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia
dalam periode tertentu.Sedangkan menurur Howard 1994: 41 Minat membeli adalah pernyataan yang berkaitan dengan batin yang
mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Jelasnya bahwa daya tarik
sangat berperan dalam usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan karena di dalam minat terkandung unsure dan perhatian sehingga
kemauan yang di paksa akan tetapi merupakan kemauan yang disertai rasa senang.
Indikator minat membeli menurut Ferdinand 2006:242 adalah sebagai berikut :
27
1. Intensitas pencarian informasi mengenai suatu produk.
2.
Keinginan segera membeli atau memilki suatu produk
3. Keinginan Preferensial: Preferensi diamana produk tertentu inilah
yang di inginkan seseorang bersedia mengabaikan pilihan lain.
2.2.9.4 Tahap-tahap Dalam Proses Pengambilan Keputusan Membeli
Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian Kotler dan Amstrong,2001: 222-223, yaitu:
1. Pengenalan kebutuhan: Proses pembelian diawali dengan
pengenalan kebutuhan need recognition pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara
keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. 2.
Seorang konsumen yang telah tertarik mencari lebih banyak informasi. Seseorang konsumen yang terdorong kebutuhannya
mungkin atau mungkin tidak mencari informasi lebih lanjut. 3.
Evaluasi Alternatif: Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan merek.
4. Keputusan membeli: Pada tahap evaluasi, konsumen menyusun
merek-merek dalam himpunan pilihan serta membentuk niat membeli. Biasannya ia akan memilih merek yang disukai. Tetapi
ada pula faktor yang mempengaruhi seperti sikap orang lain dan faktor-faktor kadaan yang tidak terduga.
28
5. Perilaku pasca pembelian : setelah memutuskan pembelian produk
konsumen akan mengalami kepuasan dan ketidakpuasan. Konsumen akan puas apabila apa yang dibelinya sesuai
harapannya dan akan melakukan pembelian ulang namun apabila yang dibelinya tidak sesuai dengan harapan maka konsumen tidak
akan melakukan pembelian ulang.
2.2.10 Pengaruh Ekuitas Merek terhadap Minat Beli Konsumen.
Aaker, 2003: 678 Recall share is the percentage of costomers who name the brand when they are asked to name the first brand that
comes to mind when they consider buying a particular type of product. This indicates the consumers top of mind brand awarness and preference
and gives a measure of advantage to that brand over others in the market. Advertising share is the percentage of media space or time a brand has of
the total media share for that industry, often measured simply as dollars spent on advertising. This is likely to lead to a change in recall share.
Advertising share is another measure of the current competition that a firm faces Aaker, 2003: 678.
Ketika merek ditanya untuk pertama kali yang ada di pikiran ketika mempertimbangkan untuk membeli sebuah produk hal ini
menunjukkan bahwa merek utama dapat menimbulkan minat untuk membeli. Periklanan adalah ruang media untuk sebuah merek, kekuatan
29
hubungan antara ekuitas merek dengan variabel objektif akan melengkapi dasar untuk di prioritaskasn oleh calon pembeli.
Howard 1994: 41 Intentions are formed by the effects of the consumers attitude toward the brand their confidencein their judgement of
its qualitiy, and low confidence is expected to have a negative effect. These are, of course, crucially important links in persuading consumers to
buy.Minat adalah bentuk dari efek perilaku konsumen membangun suatu merek dan kepercayaan dalam pertimbangan tentang kualitas dan
kepercayaan yang rendah di duga bisa mempunyai efek yang negatif. Oleh karena itu hubungan dengan merek yang kuat meyakinkan konsumen
untuk membeli. Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa konsumen
akan memilih merek yang bisa memberikan kepuasan yang tinggi, jika konsumen merasa pua akan kualitas suatu produk maka minat membeli
konsumen akan meningkat. Ekuitas merek yang tinggi di benak konsumen dapat meningkatkan kepercayaan konsumen atas kualitas suatu produk dan
tidak menutup kemungkinan konsumen akan merekomendasikan produk tersebut pada orang lain. Hal ini di dukung pula oleh penelitian
Istiyono,dkk 2007 yang terbukti bahwa ekuitas merek berpengaruh positif pada minat membeli konsumen.
30
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis
Sesuai dengan perumusan masalah dari landasan teori maka hipotesis yang diangkat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
• Ekuitas merek X berpengaruh positif terhadap minat beli Y minuman sari buah dalam kemasan merek Frutang.
Kesadaran Merek X1
Kesan Kualitas X2
Asosiasi Merek X3
Ekuitas Merek X
Minat Beli Y