Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan 1 Latar Belakang Masalah, 2 Pembatasan Masalah, 3 Rumusan Masalah, 4 Tujuan Penelitian, 5 Manfaat Penelitian, dan 6 Definisi Operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat di masa sekarang ini, oleh karena itu pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, untuk itu pemerintah selalu berupaya membuat terobosan baru melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain pengelolaan sekolah, peningkatan kualitas pendidik, dan pengembangan kurikulum yang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut guru adalah salah satu faktor yang penting, hal ini dikarenakan guru adalah sosok yang paling dekat dengan siswa dan mengerti karakteristik masing-masing siswa, guru juga harus mempunyai perencanaan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kunandar 2014: 3 perpendapat bahwa program atau perencanaan yang harus disusun oleh guru sebelum melakukan pembelajaran antara lain, program tahunan, program semester, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Berdasarkan pendapat diatas salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaan yang baik adalah kegiatan evaluasi. Sax dalam Majid,2014: 32 mengatakan bahwa “evaluation is a procees through which a value judgment or decision is made from a variety of observations and from the background and training of the evaluation.” evaluasi adalah suatu proses di 2 mana pertimbangan atau keputusan suatu nilai dibuat dari berbagai pengamatan, latar belakang, serta pelatihan dari evaluator. Selanjutnya Arikunto 2012: 2 berpendapat bahwa evaluasi adalah kegiatan menngumpulkan informasi mengenai aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan kemudian informasi tersebut digunakan sebagai alat untuk menentukan tindak lanjut yang tepat. Salah satu alat untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan siswa adalah dengan memberikan tes kepada siswa, tes yang digunakan bisa berupa soal tes Ulangan Akhir Sekolah UAS Overton dalam Basuki dan Hariyanto, 2014: 21 mengatakan bahwa tes sebagai suatu metode untuk menentukan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu tugas atau menunjukkan penguasaan keterampilan atau penguasaan pengetahuan sesuatu materi. Tes juga berfungsi untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan mengenai materi pelajaran. Tes yang dilaksanakan tersebut harus menggunakan soal sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan siswa, soal yang akan dikerjakan oleh siswa hendaknya perlu untuk dilaksanakan analisis. Kubizyn dan Borich dalam Endrayanto, 2014: 259 mengatakan bahwa analisis butir soal bertujuan untuk memeriksa dan mengidentifikasi butir-butir soal yang kurang baik dalam suatu tes menggunakan teknik tertentu sehingga guru dapat melakukan perbaikan butir-butir soal yang kurang baik. Di dalam analisis butir soal terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu validitas, reabilitas, daya beda, dan indeks kesukaran soal, dan efektivitas pengecoh. Aspek pertama yang harus diperhatikan dalam penyusunan kualitas 3 tes yang baik adalah validitas dan reliabilitas. Ebel dan Fresbie dalam Endrayanto, 2014: 281 mengatakan bahwa validitas adalah kesahihan yang menunjuk pada konsisten atau keakuratan dari suatu tes. Suatu tes dikatakan mempunyai validitas apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur menurut Kubizyn dan Borichdalam Endrayanto, 2014: 282.Sedangkan untuk reliabilitas Sugiyono 2010: 173 menyatakan bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Aspek kedua dalam penyusunan kualitas tes adalah daya pembeda. Discriminating power adalah kemampuan butir tes untuk membedakan peserta tes yang mampu dan yang kurang mampu dalam menjawab pertanyaan tes atau mengerjakan tes dengan benar menurut Djiwandono 2008: 220. Untuk tingkat kesukaran soal Difficulty Index adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika soal yang diberikan kepada peserta didik memiliki tingkat kesukaran yang seimbang, maka soal tersebut dapat dikatakan baik menurut Arifin 2009: 266. Butir soal dikatakan seimbang apabila butir soal tersebut tidak terlalu sukar dan juga tidak terlalu mudah derajat kesukarannya. Aspek yang terakhir adalah efektivitas pengecoh. Basuki dan Hariyanto 2014: 139 mengatakan bahwa distraktor atau pengecoh yaitu pilihan jawaban yang mengecoh atau pilihan jawaban selain kunci jawaban. Distraktor berfungsi untuk mengecoh peserta didik dalam menjawab atau menentukan pilihan jawaban. 4 Untuk mendapatkan soal yang baik dibutuhkan analisis butir soal yang cermat. analisis butir soal adalah analisis yang dilakukan terhadap item tes untuk menentukan tingkat kesukaran, daya beda, dan efektivitas pengecoh distraktor, analisis butir soal hanya diperlukan pada instrumen berupa achievment testtes prestasi, sedangkan instrumen non tes tidak memerlukan analisis butir soal. Pada analisis butir soal meliputi tingkat kesukaran, analisis daya beda, analisis efektivitas pengecoh khusus dalam tes pilihan ganda. Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan kepala unit pelayanan teknis UPT Kecamatan Depok, Sleman diperoleh informasi berupa data jumlah Sekolah Dasar SD Negeri dan Swasta yang berada di Kecamatan Depok. Terdapat 54 SD yang terdiri dari 37 SD Negeri dan 17 SD Swasta. Berdasarkan hasil wawancara tersebut peneliti juga mendapatkan data mengenai jumlah SD yang mengimplementasikan Kurikulum 2006 atau KTSP. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut, terdapat 49 SD Negeri dan Swasta yang mengimplementasikan Kurikulum 2006 atau KTSP, sedangkan terdapat 5 SD yang mengimplementasikan Kurikulum 2013. Selain itu, peneliti dapat mengetahui bahwa belum pernah dilakukan penelitian analisis butir soal UAS genap mata pelajaran Matematika kelas III SD di wilayah Kecamatan Depok. Komponen yang dianalisis pada butir soal pilihan ganda UAS adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Salah satu mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Akhir Sekolah UAS adalah mata pelajaran Matematika. Peneliti memilih mata pelajaran Matematika karena pelajaran Matematika sering dianggap pelajaran yang sulit oleh sebagian 5 siswa. Hal tersebut didapati peneliti ketika melaksanakan kegiatan PPL di salah satu SD di Yogyakarta. Peneliti memilih kecamatan Depok, Sleman sebagai tempat untuk melakukan penelitian karena kecamatan Depok memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada pada kecamatan lain yang ada di wilayah Sleman, kelebihannya adalah kecamatan depok memiliki jumlah sekolah yang lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya, hal ini dianggap peneliti sangat membantu dalam mendapatkan hasil yang lebih lengkap dalam menganalisis butir soal UAS yang meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian analisis butir soal pilihan ganda pada Ujian Akhir Sekolah UAS genap tahun pelajaran 20142015 pada mata pelajaran Matematika kelas III SD di Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta. Penelitian analisis butir soal ini mencakup analisis validitas isi, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan efektivitas pengecoh. Peneliti tertarik melaksanakan penelitian ini karena belum ada penelitian analisis butir soal pada mata pelajaran Matematika kelas III di Kecamatan Depok, selain itu guru sebagai salah satu tim penyusun soal belum bertindak sebagai mana yang diharapkan yaitu menganalisis butir soal terlebih dahulu sebelum diujikan kepada siswa.

B. Batasan Masalah