Daya Pembeda Landasan Teori 1.

27 Berdasarkan pada tabel2.2mengenai kategori tingkat kesukaran dapat diketahui ada lima kategori tingkat kesukaran. Pada indeks kesukaran dengan nilai 0,81-1,00 butir soal mengarah pada kategori sangat mudah, selanjutnya untuk indeks kesukaraan dengan nilai 0,61-0,80 butir soal mengarah pada kategori mudah, untuk indeks kesukaran dengan nilai 0,41- 0,60 butir soal mengarah pada kategori seangcukup, selanjutnya untuk indeks kesukaran dengan nilai 0,21-0,40 mengarah pada kategori sukar, dan yang terakhir untuk indeks kesukaran dengan nilai 0,00-0,20 memiliki kategori sangat sukar.

11. Daya Pembeda

Tingkat daya beda yaitu kemampuan butir soal untuk membedakan siswa yang memiliki prestasi belajar tingi atau kelompok atas dan siswa yang prestasi belajarnya rendah atau kelompok bawah. Menurut Arikunto 2012: 226 daya beda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai atau memiliki kemampuan tinggi dengan peserta didik yang kurang pandai. Secara kuantitatif, analisis daya beda menggunkan angka yang disebut indeks diskriminasi. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Uno dan Koni 2012: 177 yang menyatakan bahwa daya pembeda adalah pengkajian butir-butir soal yang dimaksudkan untuk mengetahui kesanggupan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong tidak mampu. Rumus menghitung indeks deskriminasi D yaitu: D = ∑� ∑� - ∑� ∑� = P A - P B 28 D = Indeks diskriminasi ∑� = Jumlah siswa pada kelompok atas yang menjawab benar ∑� = Jumlah siswa pada kelompok atas ∑� = Jumlah siswa pada kelompok bawah yang menjawab benar ∑� = Jumlah siswa pada kelompok bawah P A = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar P B = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar Indeks diskriminasi D sebesar 1 berarti semua siswa pada kelompok atas menjawab benar, sedangkan semua siswa pada kelompok bawah menjawab salah. Indeks diskriminasi D sebesar 0 berarti semua siswa pada kelompok atas dan semua siswa pada kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah. ini berartisuatu butir soal tidak memiliki tingkat daya beda sama sekali. Berasarkan penghitungan indeks diskriminasi D, peneliti dapat menetapkan kriteria sebuah butir soal dalam suatu tes. Ebel dan Fresbie dalam Endaryanto dan Harumurti 2014: 265 mengembangkan kriteria indeks deskriminasi D seperti disajikan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Kategori Daya Pembeda Indeks Deskriminasi ID Kriteria 0,40 atau lebih Sangat baik 0,30-0,39 Cukup baik tetapi butir soal dapat diperbaiki 0,20-0,29 Sedang, tetapi soal dapat diperbaiki Di bawah 0,19 Jelek, butir soal dapat diganti atau dilakukan perbaikan Sumber: Ebel dan Fresbie dalam Endrayanto dan Harumurti 2014: 265 29 Berdasarkan tabel 2.3 mengenai indeks diskriminasi dapat diketahui ada empat kategori indeks deskriminasi. Pada indeks diskriminasi 0,40 atau lebih memiliki kategori sangat baik, untuk indeks diskriminasi 0,30- 0,39 memiliki kategori cukup baik tetapi butir soal dapat deperbaiki, selanjutnya untuk indeks deskriminasi 0,20-0,29 memiliki kategori sedang, tetapi soal dapat diperbaiki, daan yang terakhir untuk indeks diskriminasi di bawah0,19 memiliki kategori jelek, butir soal dapat diganti atau dilakukan perbaikan. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa daya pembeda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan siswa yang memiliki prestasi baik atau kelompok atas dengan siswa yang memiliki prestasi rendah atau kelompok bawah, daya pembeda dapat bernilai positif dan negatife. daya pembeda dikatakan positif bila banyak siswa dari kelompok atas dapat menjawab benar pada suatu butir soal daripada dari kelompok bawah. Sedangkan daya pembeda dikatakan negatif bila banyak siswa dari kelompok atas tidak bisa menjawab suatu butir soal dengan benar, sedangkan siswa pada kelompok bawah dapat menjawab suatu butir soal dengan benar.

12. Efektivitas Pengecoh