Ujian Akhir Sekolah UAS Reliabilitas Tingkat Kesukaran

15 4 Tes Sumatif Basuki dan Haryanto 2014: 32 menyatakan bahwa tes sumatif adalah suatu proses yang merupakan bagian dari evaluasi final untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran seperti yang digariskan dalam kurikulum terpenuhi. Tes sumatif digunakan untuk mengetahui hasil akhir kemampuan siswa yang telah mereka laksanakan dalam satu semester. Berdasarkan dari beberapa jenis tes di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dari keempat jenis tes di atas tes sumatif adalah jenis tes yang sesuai dengan penelitian ini, hal itu dikarenakan tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan untuk mengetahui hasil akhir tujuan pembelajaran sudah terpenuhi atau belum, tes sumatif identik dengan Ulangan Akhir Semester karena dilaksanakan pada akhir semester.

4. Ujian Akhir Sekolah UAS

Mulyasa 2007: 260 berpendapat bahwa bahwa pelaksanaan Ulangan Akhir Sekolah UAS bertujuan untuk mengetahui hasil atau kemampuan yang dicapai siswa dalam program satu semester pembelajaran. Dalam pelaksanaan Ulangan Akhir Sekolah terdapat berbagai macam pelajaran yang diujikan, salah satu mata pelajaran yang diujikan adalah Matematika. 16

5. Matematika

a. Definisi Matematika

Menurut Ruseffendi dalam Heruman, 2007:1 Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan menurut Soedjadi dalam Heruman, 2007:1 hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

b. Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD Mata

Pelajaran Matematika Kelas III SD Menurut Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 di dalam kurikulum KTSP terdapat 3 Standar Kompetensi SK dan 6 Kompetensi Dasar KD yang harus dikuasai siswa pada maata pelajaran Matematika kelas III SD semester genap. Berikut akan ditampilkan tabel yang menunjukan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD pada mata pelajaran Matematika semester genap. Tabel 2.1 SK dan KD mata pelajaran Matematika kelas III Semester Genap Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Bilangan 3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah 3.1 Mengenal pecahan sederhana 3.2 Membandingkan pecahan sederhana 3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana Geometri 4. Memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana 4.1 Mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya 4.2 Mengidentifikasi berbagai jenis dan besar sudut 5. Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah 5.1 Menghitung kelieling persegi dan persegi panjang 5.2 Menghitung luas persegi dan persegi panjang 5,3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang 17 Sumber: Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 Berdasarkan tabel 2.1 dapat diketahui bahwa pada SK 3 siswa diharapkan mampu memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Di dalam SK 3 ini juga terdapat 3 KD yang diantaranya sebagai berikut, KD 3.1 mengenal pecahan sederhana, KD 3.2 membandingkan pecahan sederhana, KD 3.3 memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana. Selanjutnya adalah SK 4, diharapkan pada SK 4 siswa mampu memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana, di dalam SK 4 juga terdapat 2 KD yang diantaranya sebagai berikut, KD 4.1 mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya, KD 4.2 mengidentifikasi berbagai jenis dan besar sudut. Selanjutnya yang terakhir addalah SK 5, diharapkan pada SK 5 siswa mampu menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah, di dalam SK 5 juga terdapat 3 KD yang diantaranya sebagai berikut, KD 5.1 menghitung keliling persegi dan persegi panjang, KD 5.2 menghitung luas persegi dan persegi panjang, KD 5.3 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang. 18

6. Tes Pilihan Ganda

a. Definisi Tes Pilihan Ganda

Djiwandono 2008: 41 menyatakan bahwa tes pilihan ganda adalah tes objektif yang masing-masing butir tesnya memiliki lebih dari dua pilihan jawaban. Pendapat tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Kunandar 2014: 183 yang menyatakan bahwa tes pilihan ganda adalah suatu soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Sedangkan menurut Jihad dan Haris 2012: 81 tes pilihan ganda adalah tes yang memiliki tiga sampai lima pilihan jawaban namun hanya ada satu jawaban yang tepat. Berdasarkan pendapat dari ketiga ahli diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah tes yang mempunyai pilihan jawaban lebih dari satu, biasanya terdiri dari tiga sampai lima pilihan jawaban.

b. Syarat Tes Pilihan Ganda

Kunandar 2014: 201 memaparkan beberapa syarat tes pilihan ganda yang baik sebagai berikut. 1 Memiliki validitas yang tinggi. Artinya suatu tes mampu mengungkapkan hasil belajar siswa secara tepat, sehingga mampu mengukur apa yang ingin diukur. 2 Memiliki reliabilitas yang tinggi. Artinya suatu tes mampu memberikan gambaran hasil tes yang relatif sama dan 19 konsisten tentang kompetensi yang dimiliki siswa walaupun tes dilakukan berulang kali. 3 Memiliki tingkat kesukaran yang sesuai dengan pedoman proporsi tingkat kesukaran soal UAS yang telah ditentukan yaitu 30 soal mudah, 50 soal sedang, dan 20 soal sukar. 4 Setiap butir soal memiliki daya pembeda yang baik. Artinya setiap butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah memahami materi yang diujikan dengan siswa yang belum memahami materi. 5 Setiap butir soal memiliki petunjuk tentang bagaimana cara pelaksanaannya, cara mengerjakan dan cara pengoreksiannya.

c. Kelebihan dan Kelemahan Soal Pilihan Ganda

Kunandar 2014: 187 menyatakan bahwa didalam menyusun soal pilihan ganda terdapat kelebihan dan kekurangan, berikut adalah kelebihan dan kekurangan pada soal pilihan ganda: Kelebihan dari soal pilihan ganda: 1. Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik sudah pasti dan jelas. 2. Jumlah soal cukup besar, sehingga dapat mewakili semua kompetensi yang diukur. 3. Kunci jawaban dapat dipersiapkan secara pasti dengan soal- soal yang disusun secara sistematis. 4. Kunci jawaban bersifat mutlak, sehingga tidak menimbulkan subjektivitas. 20 5. Mudah dan lebih cepat koreksinya. Kekurangan soal pilihan ganda: 1. Peserta didik tidak mengembangkan jawabannya, tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar saja. 2. Dapat membuat peserta didik tidak terbiasa mengemukakan ide secara tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri. 3. Kemungkinan untuk menebak jawaban besar sekalidan sulit untuk dilacak. 4. Rawan bocor apabila hanya membuat 1 set soal untuk kelas pararel. 5. Sulit membuat pengecoh.

7. Analisis Butir Soal

Menurut Endrayanto dan Harumurti 2014: 259 analisis butir soal adalah proses mengumpulkan, meringkas, dan menggunakan informasi berdasarkan jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang penilaian belajar siswa. Sedangkan menurut Arikunto 2012: 222 analisis butir soal adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap soal-soal yang baik dan kurang baik, sehingga dapat diperoleh informasi mengenai kekurangan sebuah soal untuk dapat diadakan perbaikan. Pendapat tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Endrayanto dan Harumurti 2014: 259 yang menyatakan Analisis butir soal adalah informasi yang amat berguna untuk perbaikan butir soal yang terhimpun dalam tes. Latar belakang butir soal harus dianalisis disebabkan soal buatan guru pada umumnya dikonstruksi secara tergesa-gesa dan tidak 21 diujicoba sebelum diadministrasikan, akibatnya butir-butir soal itu dapat menghasilkan informasi yang kurang benar dalam menilai peserta didik. Agar benar-benar diperoleh tes yang berkualitas, guru perlu melakukan analisis butir soal. Basuki dan Hariyanto 2014: 131 mengemukakan bahwa terdapat dua cara yang dapat dilakukan pada proses analisis butir soal yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

1 Analisis Kualitatif

Menurut Borich dalam Endaryanto dan Harumurti 2014: 260 Analisis kualitatif dilakukan dengan cara menelaah seluruh butir soal dalam tes sehingga tes memiliki validitas isi baik sebelum tes maupun setelah tes digunakan. Analisis butir soal menggunakan teknik kualitatif meliputi kualitas materi, konstruksi butir soal dan bahasa. 2 Analisis Kuantitatif Analisis butir soal secara kuantitatif merupakan telaah butir soal berdasarkan data empiris dari setiap butir soal yang telah diujikan Endrayanto dan Harumurti 2014: 260. Analisis butir soal menggunakan metode kuantitatif meliputi tingkat kesukaran, tingkat daya beda, efektivitas pengecoh distractor. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa analisis butir soal merupakan suatu tindakan yang diperlukan untuk mengetahui dan menghasilkan butir soal yang berkualitas, analisis butir soal dibedakan menjadi dua macam yaitu analisis butir soal kuantitatif dan analisis butir soal kualitatif. Analisis butir soal kualitatif meliputi 22 penilaian, validitas isi, dan kualitas butir soal, sedangkan untuk analisis butir soal kuantitatif meliputi tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. 8. Validitas a. Pengertian Validitas Djiwandono 2008: 164 yang menyatakan bahwa validitas adalah kesesuaian soal sebagai alat ukur dengan sasaran pokok yang perlu diukur. Pendapat tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Uno dan Koni 2012: 151 yang berpendapat bahwa validitas adalah hal yang berhubungan dengan ketepatan terhadap apa yang seharusnya diukur oleh suatu butir soal dan seberapa cermat soal tersebut melakukan pengukurannya. Berdasarkan pendapat dua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan sejauh mana ketepatan suatu tes mengukur apa yang akan diukur. Artinya tes dikatan tepat apabila dapat mengetahui kemampuan siswa yang akan diukur.

b. Jenis Validitas

1 Validitas Isi Menurut Endrayanto dan Harumurti 2014: 284 validitas isi merupakan validitas yang menunjukkan bahwa isi suatu tes mencerminkan aspek atau karakteristik yang mau diukur. Untuk memperoleh validitas isi, guru melakukan pemeriksaan ulang terhadap bahanmateri pembelajran atau kompetensi dasar yang akan diteskandiujikan. Berkenaan dengan penilaian hasil belajar siswa, agar diperoleh validitas isi, prosedur yang ditempuh yaitu 23 merumuskan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, merincikan bahanmateri pembelajaran, memvisualisasikannya di dalam kisi-kisi penulisan soal, dan membandingkan setiap butir soal yang disajikan dengan kisi-kisi penulisan soal yang sudah ditetapkan. Apabila guru menyusun isi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator soal, dari sudut validitas isi, validitas tes tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya, guru matematika kelas V SD ingin memberikan tes mata pelajaran Matematika, maka seluruh butir soal yang disajikan harus berdasarkan bahanmateri pembelajran Matematika kelas V SD. Apabila guru tersebut menyajikan butir soal Matematika Kelas VI SD, maka tes yang diselenggarakan guru tersebut sudah tidak valid lagi. 2 Validitas Konstruk Uno dan Koni 2012: 152 menyatakan bahwa validitas konstruk menunjuk pada sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang akan diukur. Misalnya instrumen minat harus mampu mengukur pengertian-pengertian yang terkait dalam variabel minat. Agar lebih jelas, biasanya variabel tersebut diuraikan dulu menjadi indikator-indikator. Sedangkan menurut Endrayanto dan Harumurti 2014: 285 untuk memperoleh validitas konstruk, guru menelaah tes hasil belajar dengan cara mencocokkan antara anah kognitif yang terkandung di dalam tes tersebut dengan ranah 24 kognitif atau aspek pengetahuan yang hendak diungkap berdasarkan perumusan kompetensi dasar dan indikatornya. Jika hasil telaah tersebut logis berarti ranah kognitif atau aspek pengetahuan yang divisualisasikan dalam setiap butir soal sudah tepat. Apabila sudah mencerminkan ranah kognitif yang dirumuskan di dalam tujuan pembelajaran, maka tes yang disusun guru dapat dinyatakan valid. 3 Validitas ramalan atau prediksi Validitas prediksi menunjukkan kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Suraprana 2009: 54menyatakan bahwa sebuah tes dikatakan mempunyai validitas prediksi apabila tes tersebut mempunyai kemampuan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Uno dan Koni 2012: 152 validitas ramalan atau prediksi menunjuk pada sejauh mana tes dapat menentukan atau meramalkan kriteria tertentu yang diinginkan. Misalnya apakah NEM di SLTP dapat digunakan untuk meramalkan prestasi belajar di SMU. 4 Validitas Kesamaan Uno dan Koni 2012: 152menyatakan bahwa validitas kesamaan menunjuk kepada sejauh mana tes memiliki kesamaan dengan tes yang sudah ada atau yang sudah dibakukan. kesamaan yang dimaksud meliputi kemampuan yang diukur, objek yang diukur, dan waktu yang diperlukan. 25 Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa macam-macam validitas adalah validitas isi, validitas konstruk, validitas ramalan atau prediksi, dan yang terakhir adalah validitas kesamaan. Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian peneliti adalah validitas isi, hal itu dikarenakan penelitian ini menyoroti tentang kualitas butir soal ujian akhir sekolah UAS apakah materi tes sudah relevan dengan aspek yang sudah ditentukan, contohnya aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Analisis validitas isi pada penelitian ini dilaksanakan dengan melihat kesesuaian materi setiap butir soal pilihan ganda UAS genap tahun 20142015 pada mata pelajaran Matematika kelas III dengan SK, KD, dan Indikator yang sudah ditentukan.

9. Reliabilitas

a. Pengertian Reliabilitas Arifin 2009: 258menyatakan bahwa reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, sedangkan menurut Hamzah 2012: 153 reliabilitas tes berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran, yaitu seberapa konsistensi skor tes dari satu pengukuran ke pengukuran berikutnya. Selain pendapat di atas Endrayanto dan Harumurti 2014: 271 juga mengemukakan bahwa reliabilitas adalah tingkat konsistensi skor yang dihasilkan apabila suatu tes digunakan secara berulang pada individu atau kelompok 26 individu yang sama. Reliabilitas menekankan pada konstitensi skor, bukan pada tes atau instrumennya. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian reliabilitas di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa reliabilitas adalah suatu suatu keajegan tes yang diujicobakandiberikan kepada kelompok siswa yang sama tetapi pada waktu yang berbeda atau berulang tetapi menghasilkan skor yang sama dari waktu ke waktu.

10. Tingkat Kesukaran

Menurut Miller dalam Endaryanto dan Harumurti 2014: 261 tingkat kesukaran butir soal mengindikasikan persentase siswa yang menjawab benar butir soal yang disajikan. Sedangkan Azwar 2015: 134 berpendapat bahwa tingkat kesukaran butir soal adalah perbandingan antara peserta tes yang menjawab benar pada suatu butir soal dengan banyaknya peserta tes. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Untuk memperoleh informasi tingkat kesukaran butir soal, dapat menggunakan kriteria-kriteria indeks kesukaran seperti yang tertera pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Kriteria Indeks Kesukaran Indeks kesukaran p Kriteria 0,81-1,00 Sangat Mudah SM 0,61-0,80 Mudah M 0,41-0,60 SedangCukup C 0,21-0,40 Sukar S 0,00-0,20 Sangat Sukar SS Sumber: Endrayanto dan Harumurti 2014: 262 27 Berdasarkan pada tabel2.2mengenai kategori tingkat kesukaran dapat diketahui ada lima kategori tingkat kesukaran. Pada indeks kesukaran dengan nilai 0,81-1,00 butir soal mengarah pada kategori sangat mudah, selanjutnya untuk indeks kesukaraan dengan nilai 0,61-0,80 butir soal mengarah pada kategori mudah, untuk indeks kesukaran dengan nilai 0,41- 0,60 butir soal mengarah pada kategori seangcukup, selanjutnya untuk indeks kesukaran dengan nilai 0,21-0,40 mengarah pada kategori sukar, dan yang terakhir untuk indeks kesukaran dengan nilai 0,00-0,20 memiliki kategori sangat sukar.

11. Daya Pembeda