Analisis Data DATA DAN ANALISA DATA

2.2.2 Uji t Kelompok Dependen Untuk mengetahui apakah treatmen proyek yang digunakan ini berhasil atau tidak, maka peneliti menganalisis nilai hasi pretest dan posttest dengan program SPSS lewat Uji t untuk kelompok dependen adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil analisis uji t nilai pretest dan Posttest kelas XI IA3. Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pretest 21.0000 28 3.95343 .74713 posttest 24.7857 28 5.02112 .94890 Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 pretest – posttest - 3.7857 1 6.82781 1.29034 -6.43326 -1.13816 -2.934 27 .007 Dari data yang dianalisa dengan menggunakan program SPSS, menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh para siswa untuk pretest adalah 21 sedangkan pada posttest nilai rata-ratanya adalah 24,78. Hasil analisa menggunakan program SPSS dengan menggunakan uji t menunjukkan besarnya t = - 2,93 dan p = .007 α = .05 ini berarti ada perbedaan yang signifikan, atau pemahaman siswa tentang gerak parabola meningkat.

3. Menguji Pretest dan Posttest untuk Kelompok Kontrol

3.1 Klasifikasi Hasil Posttest Kelas Kontrol Berikut pemahaman akhir siswa tentang materi gerak parabola dengan menggunakan metode yang konvensional Tabel 4.11 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa Kelas XI IA4 Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi 63-75 Sangat Baik 50-62 Baik 1 3,33 37-49 Cukup 11 36,67 24-36 Buruk 15 50 11-23 Sangat Buruk 3 10 3.2 Penjelasan Pengklasifikasian Hasil Posttes Kelas Kontrol Dari tabel di atas hasil penelitiannya 50 siswa masuk dalam kategori buruk dan 36,67 siswa masuk dalam kategori cukup. 3.2.1 Dengan Klasifikasi Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perkembangan kemampuan pemahaman para siswa tentang gerak parabola setelah belajar bersama gurunya dengan model yang konvensional. Prosentase kemampuan siswa sangat buruk menurun hingga hanya 10 saja, meskipun untuk keadaan buruk meningkat mnjadi 50 dari keadaan awal. Selain itu, sekitar 36,67 siswa sudah cukup memahami gerak parabola dan hanya 3,33 siswa sudah baik memahami gerak parabola setelah diajarkan oleh gurunya. 3.2.2 Dengan Uji t Dependen Peneliti menganalisis nilai hasil pretest dan posttest dengan program SPSS lewat Uji t untuk kelompok dependent adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Tabel analisis uji t nilai pretest dan posttest kelas XI IA4 kelas kontrol. Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pretest 21.1333 30 2.81294 .51357 Posttest 34.4000 30 7.07399 1.29153 Dari data yang dianalisa dengan menggunakan program SPSS, menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh para siswa untuk pretest adalah 21.13 sedangkan pada posttest nilai rata-ratanya adalah 34.40. Hasil analisa menggunakan program SPSS dengan menggunakan uji t menunjukkan besarnya t = - 9.553 dan p = .000 α = .05. Ini berarti ada perbedaan yang signifikan, atau pemahaman siswa tentang gerak parabola meningkat.

4. Menguji Posttest untuk Kelas Treatmen dan Posttest untuk Kelas Kontrol

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara kelas yang menggunakan treatmen proyek dan kelas yang menggunakan model pembelajaran yang konvensional. Dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil seperti tabel 4.13. Paired Samples Test Paired Differences T df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviati on Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 Pretest – Posttest - 1.32667E 1 7.60641 1.38873 - 16.10695 - 10.4263 9 -9.553 29 .000 Tabel 4.13 Nilai uji t untuk kelas independen kelas treatmen dan kelas kontrol Group Statistics Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Skor 1 30 34.4000 7.07399 1.29153 2 28 24.7857 5.02112 .94890 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai uji t kelompok independen adalah 5,99 dengan p = 0,000 α = 0,05 ini berarti signifikan, artinya ada perbedaan peningkatan antara model proyek dan model yang konvensional. Model proyek meningkatkan pemahaman siswa tentang gerak parabola tetapi tidak lebih baik dari model yang konvensional.

5. Membandingkan Karakter Awal Kelas Treatmen dan Kelas Kontrol

a. Karakter Awal Kelas XI IA3 Kelas Treatmen Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df Sig. 2- tailed Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper skor Equal variances assumed 2.608 .112 5.930 56 .000 9.61429 1.62131 6.36642 12.86215 Equal variances not assumed 5.999 52.369 .000 9.61429 1.60264 6.39889 12.82968 Untuk mengetahui karakter awal siswa dibuat klasifikasi seperti tabel 4.14. Tabel 4.14 Klasifikasi Karakter Awal Siswa Kelas XI IA3 Pretest: Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi 28-32 Sangat baik 14 50 23-27 Baik 13 46,43 18-22 Cukup baik 1 3,57 13-17 Buruk 8-12 Sangat buruk Dari data tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya para siswa memiliki karakter yang sangat baik 50 dan 46,43 siswa memiliki karakter yang baik sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik hanya 3,57 dari jumlah siswa. b. Karakter Awal Kelas XI IA4 Kelas Kontrol Klasifikasi karakter awal kelas kontrol seperti tabel 4.15. Tabel 4.15 Klasifikasi Karakter Awal Siswa Kelas XI IA4 Pretest: Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi 28-32 Sangat baik 15 50 23-27 Baik 11 36,67 18-22 Cukup baik 3 10 13-17 Buruk 1 3,33 8-12 Sangat buruk Dari data di atas dapat dilihat bahwa untuk test awal dalam mengetahui perkembangan karakter siswa, pada umumnya para siswa memiliki karakter yang sangat baik 50 dan 36,67 siswa memiliki karakter yang baik, sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik hanya 10 dan sekitar 3,33 dari jumlah siswa memiliki karakter yag buruk. c. Membandingkan Karakter Awal Kelas Treatmen dan Kontrol. Dengan menggunakan uji t untuk kelompok independen dihasilkan seperti tabel 4.16 Tabel 4.16 Hasil Uji t Kelompok Independen untuk Karakter Awal Siswa Kelas Treatmen dan Kontrol Group Statistics Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Skor 1 28 27.8214 3.31164 .62584 2 30 26.3000 3.95797 .72262 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df Sig. 2- tailed Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Skor Equal variances assumed .258 .613 1.582 56 .119 1.52143 .96190 -.40548 3.44834 Equal variances not assumed 1.592 55.36 4 .117 1.52143 .95596 -.39408 3.43693 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai uji t kelompok independen adalah 1,592 dengan p = 0,117 α = 0,05. Ini berarti tidak signifikan, artinya karakter awal siswa kelas treatmen dan kontrol sama.

6. Membandingkan Karakter Awal dengan Karakter Akhir Siswa setelah Belajar

Menggunakan Proyek Untuk membandingkan karakter awal dan akhir setelah belajar menggunakan proyek digunakan uji t kelompok dependen. a. Klasifikasi Karakter Akhir Siswa Tabel 4.17 Analisis Perkembangan Karakter Siswa Kelas XI IA3 Posttest: Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi 28-32 Sangat baik 10 35,71 23-27 Baik 16 57,14 18-22 Cukup baik 2 7,14 13-17 Buruk 8-12 Sangat buruk Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya para siswa memiliki karakter yang baik 57,14 dan sekitar 35,71 siswa memiliki karakter yang sangat baik sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik naik menjadi 7,14 dari jumlah siswa. b. Lewat Uji t Kelompok Dependen Tabel 4.18 Nilai Uji t Pretest dan Posttest untuk Kelas Treatmen Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pretest 27.8214 28 3.31164 .62584 Posttest 26.5714 28 2.55935 .48367 Hasil analisa dengan program SPSS di atas menunjukkan adanya perbedaan perkembangan karakter para siswa dalam mempelajari gerak parabola dengan menggunakan model proyek. Dilihat rata-rata perkembangan karakter pada pretest adalah 27.82 dan posttest adalah 26.57 hal ini menunjukkan ada penurunan melalui proyek. Berdasarkan nilai uji t kelompok dependen nilai t = 2,10 dengan p = 0.045 α = 0,05, ini berarti signifikan. Artinya nilai karakter siswa turun setelah belajar Fisika menggunakan model proyek. Paired Samples Test Paired Differences T Df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 pretest – posttest 1.2500 3.14613 .59456 .03006 2.46994 2.102 27 .045

7. Membandingkan Karakter Awal dengan Karakter Akhir Siswa setelah Belajar

Menggunakan Model Pembelajaran yang Konvensional. a. Klasifikasi Karakter Akhir Kelas Konvensional Tabel 4.19 Klasiikasi Karakter Akhir Siswa Kelas XI IA4 Posttest. Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi 28-32 Sangat baik 10 33,33 23-27 Baik 14 46,67 18-22 Cukup baik 5 16,67 13-17 Buruk 1 3,33 8-12 Sangat buruk Dari data di atas dapat dilihat bahwa untuk test akhir dalam mengetahui perkembangan karakter siswa, pada umumnya para siswa memiliki karakter yang baik 46,67 dan sekitar 33,33 siswa memiliki karakter yang sangat baik sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik naik menjadi 16,67 dari jumlah siswa dan siswa yang memiliki karakter yang buruk masih tetap dengan 3,33 dari jumlah siswa. b. Dengan Uji t Kelompok dependen Selanjutnya data dianalisis dengan menggunaka uji t kelompok dependen seperti tabel 4.20 berikut: Tabel 4.20 Analisis perkembangan karakter XI IA4 Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Pretest 26.3000 30 3.95797 .72262 Posttest 25.4000 30 3.93569 .71856 Paired Samples Test Paired Differences t df Sig. 2- tailed Mean Std. Deviatio n Std. Error Mean 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 pretest – posttest .9000 4.07135 .74332 -.62027 2.42027 1.211 29 .236 Hasil analisa dengan program SPSS di atas menunjukkan tidak adanya peningkatan perkembangan karakter para siswa dalam mempelajari gerak parabola dengan menggunakan model ceramah dan diskusi seperti biasa atau model yang konvensional. Selain itu juga berdasarkan perhitungan dengan uji t mengguakan program SPSS, nilai t = 1,211 dan p = 0.236 α = 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak signifikan, artinya bahwa model pembelajaran yang konvensional tidak mempengaruhi perkembangan karakter siswa belajar Fisika.

8. Membandingkan Karakter Akhir untuk Kelas Treatmen dan Karakter Akhir

untuk Kelas Kontrol Tujuannya adalah agar bisa diketahui apakah treatment proyek ini jauh lebih baik atau tidak dalam kaitannya untuk meningkatkan karakter para siswa. Data posttest dari kedua kelas akan dianalisis dengan mengguakan uji t untuk kelompok yang independen, seperti tabel 4.21 berikut. Tabel 4.21 Nilai Uji t Kelompok Independen Posttest untuk Perkembangan Karakter Kelas Treatmen dan Kelas Kontrol Group Statistics Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Skor 1 28 26.5714 2.55935 .48367 2 30 25.4000 3.93569 .71856 Independent Samples Test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper skor Equal variances assumed 3.500 .067 1.333 56 .188 1.17143 .87859 -.58860 2.93146 Equal variances not assumed 1.352 50.170 .182 1.17143 .86618 -.56819 2.91105 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai uji t adalah 1,35 dengan p = 0.182 α = 0,005. Karena p α maka tidak signifikan, berarti nilai karakter akhir tidak berbeda antara kelas treatmen dan kelas kontrol. D. Pembahasan 1. Peningkatan Kognitif Berdasarkan analisis data di atas tabel 4.10 ditunjukkan bahwa belajar Fisika dengan menggunakan model proyek dapat meningkatkan pemahaman para siswa tentang gerak parabola. Tetapi, peningkatan pemahaman para siswa yang belajar Fisika dengan model proyek tidak lebih baik dari kelas kontrol. Tabel 4.12 menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman para siswa tentang gerak parabola dengan model pembelajaran yang konvensional jauh lebih baik dari pada kelas yang menggunakan model pembelajaran proyek. Hal ini sangat berbeda dengan hipotesis awal peneliti tentang belajar dengan model proyek, dimana model proyek diharapkan dapat meningkatkan sisi kognitifnya jauh lebih baik dari model yang konvensional. Hal ini disebabkan karena dalam model proyek para siswa akan membentuk sendiri pengetahuan setelah melakukan sesuatu, serta bisa menemukan solusi atas persoalan pembelajaran yang dihadapi. Belajar dengan model proyek juga diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa karena dengan berproyek banyak hal yang terjadi, yaitu para siswa bersama teman kelompok untuk menemukan solusi atas kesulitan pembelajarannya dan juga pelaksanaan proyek biasanya dilaksanakan diluar jam Kegiatan Belajar Mengajar KBM. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama proses penelitian, beberapa hal yang mempengaruhi pembelajaran dengan model proyek menjadi lebih rendah dibandingkan dengan model yang konvensional, yaitu: kurangnya kekompakkan teman dalam kelompok untuk bisa bekerja bersama dalam menyelesaikan proyek yang direncanakan. Hal ini merupakan faktor penting karena kerja sama tim membawa pengaruh pada kelompok untuk menjadi lebih semangat menemukan solusi atas kesulitan pembelajarannya. Selain itu, kegiatan sekolah yang bertepatan dengan pengerjaan proyek membuat para konsentrasi para siswa menjadi tidak terarah pada pengerjaan proyek yang sudah direncanakan. Inilah yang menyebankan model proyek yang sejatinya harus menjadi lebih baik dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang gerak parabola menjadi lebih buruk dari model yag konvensional. Akan tetapi, untuk pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar bisa dianjurkan menggunakan model ini sebagai salah satu cara untuk membangkitkan semangat siswa untuk belajar.

2. Perkembangan Karakter

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.18 dijelaskan bahwa model proyek tidak meningkatkan karakter siswa, tetapi model proyek membuat karakter siswa menurun. Penurunan karakter siswa ini bukan saja berlaku untuk kelas menggunakan treatmen proyek, tetapi kelas yang menggunakan model konvensional, karakter siswanya juga menurun tabel 4.20. Seperti halnya pada peningkatan kognitif, model proyek sejatinya diharapkan untuk bisa meningkatkan karakter siswa, karena selama proses pengerjaan proyek karakter siswa akan langsung diaplikasikan bersama teman-temannya dalam berproyek, sehingga seharusnya karakternya menjadi lebih baik dalam tingkat kejujuran, toleransi, kerjasama, disiplin, saling menghargai serta saling peduli terhadap teman sebayanya dalam kelompok. Tetapi berdasarkan analisis data di atas tabel 4.18 justru menjadi kebalikannya karena karakter siswa menurun setelah belajar Fisika menggunakan treatmen proyek. Agar karakternya bisa berkembang menjadi lebih baik juga diharapkan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional, karena dalam pembelajaran konvensional peneliti melibatkan para siswa untuk selalu berdiskusi dengan teman daam kelompok, dan mengerjakan tugas secara berkelompok agar karakter-karakter yang baik ini bisa berkembang juga bagi para siswa di kelas kontrol. Karakter-karakter yang menjadi acuan dalam penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1 sangat penting untuk perkembangan sosial para siswa. Turunnya karakter siswa ini untuk kelas proyek disebabkan karena beberapa hal seperti berikut: 1 kurangnya kerjasama tim yang baik sehingga menyebabkan anggota kelompok lain menjadi malas mengerjakan proyek yang direncanakan; 2 kegiatan sekolah yang mewajibkan siswa untuk ikut terlibat, mengakibatkan pada saat pengerjaan proyek, beberapa teman dalam kelompok tidak bisa hadir dalam pengerjaan proyek. Hal ini yang membuat aktivitas pengerjaan proyek menjadi terhambat dan hilangnya semangat mereka dalam mengerjakan proyek bersama teman, serta kurangnya koordinasi yang baik antara ketua kelompok dengan anggota kelompoknya. E. Keterbatasan Penelitian Selama megerjakan penelitian ini, ada beberapa keterbatasan pada saat penelitian: 1. Waktu penelitian bertepatan dengan adanya kegiatan sekolah. 2. Kegiatan sekolah yang mewajibkan para siswa untuk ikut terlibat. 3. Kurangnya kerjasama antar teman dalam kelomponya selama pengerjaan proyek. 4. Kurangnya ketersediaan alat yang bervariatif sehingga membatasi kreativitas siswa untuk membuat proyek yang diinginkan. 5. Kurangnya kemampuan peneliti membangkitkan semangat para siswa mengerjakan proyeknya. 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, analisis data dan pembahasan pada bab IV maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Model proyek meningkatkan pemahaman siswa, tetapi tidak lebih baik dari model yang konvensional. 2. Metode proyek tidak meningkatkan karakter siswa, tetapi menyebabkan karakternya menurun.

B. Saran

1. Disarankan untuk pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar KBM di sekolah bisa menjadikan model ini sebagai alternatif dalam suatu model pembelajaran dimana bisa membuat siswa-siswi menjadi senang belajar Fisika. 2. Untuk penelitian selanjutnya, dalam pelaksanaanya harus memilih jadwal yang baik agar tidak menggangu pengerjaan proyeknya. 71 DAFTAR PUSTAKA Ambarjaya. 2012. Psikologi Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: CAPS Bara, V. 2015. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Pada Pokok Bahasan Zat dan Wujudnya Melalui Pembelajaran dengan Metode Berbasis Proyek. Dalam Skripsi. Bertens. 2005. Metode belajar untuk Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Carin. 1989. Teaching Modern Science. Melbourne: Publising Company Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovativ. Yogyakart: Gava Media Fathurrohman, P Suryana, AA. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama Gedgrave. 2009. Modern Teaching of Physics. Delhi: Global Media Irham, M Wiyani, N. 2014. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ Media Kanginan, M. 2010. Physics For Senior High Shool. Jakarta: Erlangga Lickona,Thomas. 1991. Education for Character. Jakarta: Bumi Aksara NN. Pengertian Fisika dan Manfaatnya. Dalam https:id.wikipedia.orgwikiFisika , diunduh tanggal 25 Oktober NN. Pendidikan Karakter Bangsa. Dalam http:rumahinspirasi.com18-nilai- dalam-pendidikan-karakter-bangsa diunduh 270916 Sarojo, G. 2014. Mekanika. Jakarta: Selemba Teknika Serway, R Jeweet, J. 2009. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Selemba Teknika Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitattif dan Kualitatif dan R D. Bandung: Alfabeta Suparno, P. 2013. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Suparno, P. 2011. Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Suparno, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan . Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Surya,M. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy Wiratma. 2003. Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Praktikum Kimia Analitik dengan Model Belajar Resistasi Pra-Laboratorium Pada Mahasiswa. Dalam Skripsi LAMPIRAN 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ke KESBANGPOL Kabupaten Sikka 2. Surat Ijin Kepala KESBANGPOL Kabupaten Sikka 3. Surat Ijin Observasi dan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI MIA 1 PADA MATERI USAHA DAN ENERGI DI SMA NEGERI 1

0 4 19

Pemahaman dan miskonsepsi tentang konsep gerak dan gaya pada siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere

0 1 293

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X MIPA 6 DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR.

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI IPA 1 SMA N 1 WONOSARI KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 19

PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BOYOLALI.

0 1 17

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTOR DAN KOGNITIF FISIKA SISWA PADA MATERI FLUIDA DINAMIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 PRACIMANTORO.

1 1 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI GERAK HARMONIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA N 1 BOYOLALI.

0 0 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MPPKB) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KIMIA SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 TANJUNG RAJA

0 0 7

Penggunaan Media Google Cardboard Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat - UNS Institutional Repository

0 0 17