2.2.2 Uji t Kelompok Dependen
Untuk mengetahui apakah treatmen proyek yang digunakan ini berhasil atau tidak, maka peneliti menganalisis nilai hasi pretest dan posttest dengan
program SPSS lewat Uji t untuk kelompok dependen adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil analisis uji t nilai pretest dan Posttest kelas XI IA3.
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest
21.0000 28
3.95343 .74713
posttest 24.7857
28 5.02112
.94890
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
pretest –
posttest -
3.7857 1
6.82781 1.29034 -6.43326 -1.13816 -2.934
27 .007
Dari data yang dianalisa dengan menggunakan program SPSS, menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh para siswa untuk pretest adalah
21 sedangkan pada posttest nilai rata-ratanya adalah 24,78. Hasil analisa menggunakan program SPSS dengan menggunakan uji t
menunjukkan besarnya t = - 2,93 dan p = .007 α = .05 ini berarti ada perbedaan
yang signifikan, atau pemahaman siswa tentang gerak parabola meningkat.
3. Menguji Pretest dan Posttest untuk Kelompok Kontrol
3.1 Klasifikasi Hasil Posttest Kelas Kontrol
Berikut pemahaman akhir siswa tentang materi gerak parabola dengan menggunakan metode yang konvensional
Tabel 4.11 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa Kelas XI IA4
Interval skor Kategori
Frekuensi Prosentasi
63-75 Sangat Baik
50-62 Baik
1 3,33
37-49 Cukup
11 36,67
24-36 Buruk
15 50
11-23 Sangat Buruk
3 10
3.2 Penjelasan Pengklasifikasian Hasil Posttes Kelas Kontrol
Dari tabel di atas hasil penelitiannya 50 siswa masuk dalam kategori buruk dan 36,67 siswa masuk dalam kategori cukup.
3.2.1 Dengan Klasifikasi
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perkembangan kemampuan pemahaman para siswa tentang gerak parabola setelah belajar
bersama gurunya dengan model yang konvensional. Prosentase kemampuan siswa sangat buruk menurun hingga hanya 10 saja, meskipun untuk keadaan buruk
meningkat mnjadi 50 dari keadaan awal. Selain itu, sekitar 36,67 siswa sudah cukup memahami gerak parabola dan hanya 3,33 siswa sudah baik memahami
gerak parabola setelah diajarkan oleh gurunya. 3.2.2
Dengan Uji t Dependen Peneliti menganalisis nilai hasil pretest dan posttest dengan program SPSS
lewat Uji t untuk kelompok dependent adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Tabel analisis uji t nilai pretest dan posttest kelas XI IA4
kelas kontrol.
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1
Pretest 21.1333
30 2.81294
.51357 Posttest
34.4000 30
7.07399 1.29153
Dari data yang dianalisa dengan menggunakan program SPSS, menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh para siswa untuk pretest adalah
21.13 sedangkan pada posttest nilai rata-ratanya adalah 34.40. Hasil analisa menggunakan program SPSS dengan menggunakan uji t
menunjukkan besarnya t = - 9.553 dan p = .000 α = .05. Ini berarti ada
perbedaan yang signifikan, atau pemahaman siswa tentang gerak parabola meningkat.
4. Menguji Posttest untuk Kelas Treatmen dan Posttest untuk Kelas Kontrol
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara kelas yang menggunakan treatmen proyek dan kelas yang
menggunakan model pembelajaran yang konvensional. Dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil seperti tabel 4.13.
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviati on
Std. Error Mean
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Pair 1 Pretest
– Posttest
- 1.32667E
1 7.60641 1.38873
- 16.10695
- 10.4263
9 -9.553
29 .000
Tabel 4.13 Nilai uji t untuk kelas independen kelas treatmen dan kelas kontrol
Group Statistics
Kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Skor
1 30
34.4000 7.07399
1.29153 2
28 24.7857
5.02112 .94890
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai uji t kelompok independen adalah 5,99 dengan p = 0,000 α = 0,05 ini berarti signifikan, artinya ada
perbedaan peningkatan antara model proyek dan model yang konvensional. Model proyek meningkatkan pemahaman siswa tentang gerak parabola tetapi
tidak lebih baik dari model yang konvensional.
5. Membandingkan Karakter Awal Kelas Treatmen dan Kelas Kontrol
a. Karakter Awal Kelas XI IA3 Kelas Treatmen
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
T df
Sig. 2- tailed
Mean Differenc
e Std. Error
Differenc e
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper skor Equal variances
assumed 2.608
.112 5.930 56
.000 9.61429 1.62131 6.36642 12.86215 Equal variances
not assumed 5.999 52.369
.000 9.61429 1.60264 6.39889 12.82968
Untuk mengetahui karakter awal siswa dibuat klasifikasi seperti tabel 4.14. Tabel 4.14 Klasifikasi Karakter Awal Siswa Kelas XI IA3 Pretest:
Interval skor Kategori
Frekuensi Prosentasi
28-32 Sangat baik
14 50
23-27 Baik
13 46,43
18-22 Cukup baik
1 3,57
13-17 Buruk
8-12 Sangat buruk
Dari data tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya para siswa memiliki karakter yang sangat baik 50 dan 46,43 siswa memiliki karakter yang
baik sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik hanya 3,57 dari jumlah siswa.
b. Karakter Awal Kelas XI IA4 Kelas Kontrol
Klasifikasi karakter awal kelas kontrol seperti tabel 4.15. Tabel 4.15 Klasifikasi Karakter Awal Siswa Kelas XI IA4 Pretest:
Interval skor Kategori
Frekuensi Prosentasi
28-32 Sangat baik
15 50
23-27 Baik
11 36,67
18-22 Cukup baik
3 10
13-17 Buruk
1 3,33
8-12 Sangat buruk
Dari data di atas dapat dilihat bahwa untuk test awal dalam mengetahui perkembangan karakter siswa, pada umumnya para siswa memiliki karakter yang
sangat baik 50 dan 36,67 siswa memiliki karakter yang baik, sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik hanya 10 dan sekitar 3,33 dari
jumlah siswa memiliki karakter yag buruk. c.
Membandingkan Karakter Awal Kelas Treatmen dan Kontrol. Dengan menggunakan uji t untuk kelompok independen dihasilkan seperti
tabel 4.16 Tabel 4.16 Hasil Uji t Kelompok Independen untuk Karakter Awal Siswa
Kelas Treatmen dan Kontrol
Group Statistics
Kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Skor
1 28
27.8214 3.31164
.62584 2
30 26.3000
3.95797 .72262
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
T df
Sig. 2- tailed
Mean Differenc
e Std. Error
Differenc e
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor Equal variances
assumed .258
.613 1.582 56
.119 1.52143 .96190
-.40548 3.44834
Equal variances not assumed
1.592 55.36
4 .117 1.52143
.95596 -.39408
3.43693
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai uji t kelompok independen adalah 1,592 dengan p = 0,117 α = 0,05. Ini berarti tidak signifikan, artinya
karakter awal siswa kelas treatmen dan kontrol sama.
6. Membandingkan Karakter Awal dengan Karakter Akhir Siswa setelah Belajar
Menggunakan Proyek
Untuk membandingkan karakter awal dan akhir setelah belajar menggunakan proyek digunakan uji t kelompok dependen.
a. Klasifikasi Karakter Akhir Siswa
Tabel 4.17 Analisis Perkembangan Karakter Siswa Kelas XI IA3 Posttest:
Interval skor Kategori
Frekuensi Prosentasi
28-32 Sangat baik
10 35,71
23-27 Baik
16 57,14
18-22 Cukup baik
2 7,14
13-17 Buruk
8-12 Sangat buruk
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya para siswa memiliki karakter yang baik 57,14 dan sekitar 35,71 siswa memiliki karakter yang
sangat baik sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik naik menjadi 7,14 dari jumlah siswa.
b. Lewat Uji t Kelompok Dependen
Tabel 4.18 Nilai Uji t Pretest dan Posttest untuk Kelas Treatmen
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1
Pretest 27.8214
28 3.31164
.62584 Posttest
26.5714 28
2.55935 .48367
Hasil analisa dengan program SPSS di atas menunjukkan adanya perbedaan perkembangan karakter para siswa dalam mempelajari gerak parabola
dengan menggunakan model proyek. Dilihat rata-rata perkembangan karakter pada pretest adalah 27.82 dan posttest adalah 26.57 hal ini menunjukkan ada
penurunan melalui proyek. Berdasarkan nilai uji t kelompok dependen nilai t = 2,10 dengan p = 0.045 α = 0,05, ini berarti signifikan. Artinya nilai karakter
siswa turun setelah belajar Fisika menggunakan model proyek.
Paired Samples Test
Paired Differences
T Df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
pretest –
posttest 1.2500
3.14613 .59456
.03006 2.46994 2.102 27
.045
7. Membandingkan Karakter Awal dengan Karakter Akhir Siswa setelah Belajar
Menggunakan Model Pembelajaran yang Konvensional.
a. Klasifikasi Karakter Akhir Kelas Konvensional
Tabel 4.19 Klasiikasi Karakter Akhir Siswa Kelas XI IA4 Posttest.
Interval skor Kategori
Frekuensi Prosentasi
28-32 Sangat baik
10 33,33
23-27 Baik
14 46,67
18-22 Cukup baik
5 16,67
13-17 Buruk
1 3,33
8-12 Sangat buruk
Dari data di atas dapat dilihat bahwa untuk test akhir dalam mengetahui perkembangan karakter siswa, pada umumnya para siswa memiliki karakter yang
baik 46,67 dan sekitar 33,33 siswa memiliki karakter yang sangat baik sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik naik menjadi 16,67 dari
jumlah siswa dan siswa yang memiliki karakter yang buruk masih tetap dengan 3,33 dari jumlah siswa.
b. Dengan Uji t Kelompok dependen
Selanjutnya data dianalisis dengan menggunaka uji t kelompok dependen seperti tabel 4.20 berikut:
Tabel 4.20 Analisis perkembangan karakter XI IA4
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1
Pretest 26.3000
30 3.95797
.72262 Posttest
25.4000 30
3.93569 .71856
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. 2- tailed
Mean Std.
Deviatio n
Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
pretest –
posttest .9000
4.07135 .74332 -.62027 2.42027 1.211
29 .236
Hasil analisa dengan program SPSS di atas menunjukkan tidak adanya peningkatan perkembangan karakter para siswa dalam mempelajari gerak
parabola dengan menggunakan model ceramah dan diskusi seperti biasa atau model yang konvensional.
Selain itu juga berdasarkan perhitungan dengan uji t mengguakan program SPSS, nilai t = 1,211 dan p = 0.236 α = 0,05 maka disimpulkan bahwa tidak
signifikan, artinya bahwa model pembelajaran yang konvensional tidak mempengaruhi perkembangan karakter siswa belajar Fisika.
8. Membandingkan Karakter Akhir untuk Kelas Treatmen dan Karakter Akhir
untuk Kelas Kontrol
Tujuannya adalah agar bisa diketahui apakah treatment proyek ini jauh lebih baik atau tidak dalam kaitannya untuk meningkatkan karakter para siswa. Data posttest
dari kedua kelas akan dianalisis dengan mengguakan uji t untuk kelompok yang independen, seperti tabel 4.21 berikut.
Tabel 4.21 Nilai Uji t Kelompok Independen Posttest untuk Perkembangan Karakter Kelas Treatmen dan Kelas Kontrol
Group Statistics
Kode N
Mean Std. Deviation
Std. Error Mean Skor
1 28
26.5714 2.55935
.48367 2
30 25.4000
3.93569 .71856
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig.
T df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper skor Equal variances
assumed 3.500
.067 1.333 56
.188 1.17143
.87859 -.58860
2.93146 Equal variances
not assumed 1.352 50.170
.182 1.17143
.86618 -.56819
2.91105
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai uji t adalah 1,35 dengan p = 0.182 α = 0,005. Karena p α maka tidak signifikan, berarti nilai karakter
akhir tidak berbeda antara kelas treatmen dan kelas kontrol. D.
Pembahasan 1.
Peningkatan Kognitif
Berdasarkan analisis data di atas tabel 4.10 ditunjukkan bahwa belajar Fisika dengan menggunakan model proyek dapat meningkatkan pemahaman
para siswa tentang gerak parabola. Tetapi, peningkatan pemahaman para siswa yang belajar Fisika dengan model proyek tidak lebih baik dari kelas kontrol.
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa peningkatan pemahaman para siswa tentang gerak parabola dengan model pembelajaran yang konvensional jauh lebih baik
dari pada kelas yang menggunakan model pembelajaran proyek. Hal ini sangat berbeda dengan hipotesis awal peneliti tentang belajar dengan model proyek,
dimana model proyek diharapkan dapat meningkatkan sisi kognitifnya jauh lebih baik dari model yang konvensional. Hal ini disebabkan karena dalam model
proyek para siswa akan membentuk sendiri pengetahuan setelah melakukan sesuatu, serta bisa menemukan solusi atas persoalan pembelajaran yang
dihadapi. Belajar dengan model proyek juga diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa karena dengan berproyek banyak hal yang terjadi, yaitu para
siswa bersama teman kelompok untuk menemukan solusi atas kesulitan pembelajarannya dan juga pelaksanaan proyek biasanya dilaksanakan diluar jam
Kegiatan Belajar Mengajar KBM.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama proses penelitian, beberapa hal yang mempengaruhi pembelajaran dengan model proyek menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan model yang konvensional, yaitu: kurangnya kekompakkan teman dalam kelompok untuk bisa bekerja bersama dalam menyelesaikan
proyek yang direncanakan. Hal ini merupakan faktor penting karena kerja sama tim membawa pengaruh pada kelompok untuk menjadi lebih semangat
menemukan solusi atas kesulitan pembelajarannya. Selain itu, kegiatan sekolah yang bertepatan dengan pengerjaan proyek membuat para konsentrasi para siswa
menjadi tidak terarah pada pengerjaan proyek yang sudah direncanakan. Inilah yang menyebankan model proyek yang sejatinya harus menjadi lebih baik dalam
meningkatkan pemahaman siswa tentang gerak parabola menjadi lebih buruk dari model yag konvensional.
Akan tetapi, untuk pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar bisa dianjurkan menggunakan model ini sebagai salah satu cara untuk membangkitkan semangat
siswa untuk belajar.
2. Perkembangan Karakter
Berdasarkan analisis data pada tabel 4.18 dijelaskan bahwa model proyek tidak meningkatkan karakter siswa, tetapi model proyek membuat karakter siswa
menurun. Penurunan karakter siswa ini bukan saja berlaku untuk kelas menggunakan treatmen proyek, tetapi kelas yang menggunakan model
konvensional, karakter siswanya juga menurun tabel 4.20. Seperti halnya pada peningkatan kognitif, model proyek sejatinya diharapkan
untuk bisa meningkatkan karakter siswa, karena selama proses pengerjaan
proyek karakter siswa akan langsung diaplikasikan bersama teman-temannya dalam berproyek, sehingga seharusnya karakternya menjadi lebih baik dalam
tingkat kejujuran, toleransi, kerjasama, disiplin, saling menghargai serta saling peduli terhadap teman sebayanya dalam kelompok. Tetapi berdasarkan analisis
data di atas tabel 4.18 justru menjadi kebalikannya karena karakter siswa menurun setelah belajar Fisika menggunakan treatmen proyek.
Agar karakternya bisa berkembang menjadi lebih baik juga diharapkan pada kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional, karena dalam
pembelajaran konvensional peneliti melibatkan para siswa untuk selalu berdiskusi dengan teman daam kelompok, dan mengerjakan tugas secara
berkelompok agar karakter-karakter yang baik ini bisa berkembang juga bagi para siswa di kelas kontrol.
Karakter-karakter yang menjadi acuan dalam penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1 sangat penting untuk perkembangan sosial para
siswa. Turunnya karakter siswa ini untuk kelas proyek disebabkan karena beberapa hal seperti berikut: 1 kurangnya kerjasama tim yang baik sehingga
menyebabkan anggota kelompok lain menjadi malas mengerjakan proyek yang direncanakan; 2 kegiatan sekolah yang mewajibkan siswa untuk ikut terlibat,
mengakibatkan pada saat pengerjaan proyek, beberapa teman dalam kelompok tidak bisa hadir dalam pengerjaan proyek. Hal ini yang membuat aktivitas
pengerjaan proyek menjadi terhambat dan hilangnya semangat mereka dalam mengerjakan proyek bersama teman, serta kurangnya koordinasi yang baik
antara ketua kelompok dengan anggota kelompoknya.
E.
Keterbatasan Penelitian
Selama megerjakan penelitian ini, ada beberapa keterbatasan pada saat penelitian:
1. Waktu penelitian bertepatan dengan adanya kegiatan sekolah.
2. Kegiatan sekolah yang mewajibkan para siswa untuk ikut terlibat.
3. Kurangnya kerjasama antar teman dalam kelomponya selama
pengerjaan proyek. 4.
Kurangnya ketersediaan alat yang bervariatif sehingga membatasi kreativitas siswa untuk membuat proyek yang diinginkan.
5. Kurangnya kemampuan peneliti membangkitkan semangat para siswa
mengerjakan proyeknya.
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, analisis data dan pembahasan pada bab IV maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Model proyek meningkatkan pemahaman siswa, tetapi tidak lebih baik
dari model yang konvensional. 2.
Metode proyek tidak meningkatkan karakter siswa, tetapi menyebabkan karakternya menurun.
B. Saran
1. Disarankan untuk pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar KBM di
sekolah bisa menjadikan model ini sebagai alternatif dalam suatu model pembelajaran dimana bisa membuat siswa-siswi menjadi senang belajar
Fisika. 2.
Untuk penelitian selanjutnya, dalam pelaksanaanya harus memilih jadwal yang baik agar tidak menggangu pengerjaan proyeknya.
71
DAFTAR PUSTAKA
Ambarjaya. 2012. Psikologi Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: CAPS Bara, V. 2015. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Taman
Dewasa Jetis Yogyakarta Pada Pokok Bahasan Zat dan Wujudnya Melalui Pembelajaran dengan Metode Berbasis Proyek. Dalam Skripsi.
Bertens. 2005. Metode belajar untuk Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Carin. 1989. Teaching Modern Science. Melbourne: Publising Company
Daryanto. 2012. Model Pembelajaran Inovativ. Yogyakart: Gava Media Fathurrohman, P Suryana, AA. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter.
Bandung: Refika Aditama Gedgrave. 2009. Modern Teaching of Physics. Delhi: Global Media
Irham, M Wiyani, N. 2014. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ Media
Kanginan, M. 2010. Physics For Senior High Shool. Jakarta: Erlangga
Lickona,Thomas. 1991. Education for Character. Jakarta: Bumi Aksara
NN. Pengertian Fisika dan Manfaatnya. Dalam
https:id.wikipedia.orgwikiFisika
, diunduh tanggal 25 Oktober
NN. Pendidikan Karakter Bangsa. Dalam http:rumahinspirasi.com18-nilai- dalam-pendidikan-karakter-bangsa diunduh 270916
Sarojo, G. 2014. Mekanika. Jakarta: Selemba Teknika
Serway, R Jeweet, J. 2009. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Selemba Teknika
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitattif dan Kualitatif dan R D. Bandung: Alfabeta
Suparno, P. 2013. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Suparno, P. 2011. Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Suparno, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan . Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Surya,M. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Wiratma. 2003. Meningkatkan Keterampilan Mahasiswa dalam Praktikum Kimia Analitik dengan Model Belajar Resistasi Pra-Laboratorium Pada Mahasiswa.
Dalam Skripsi
LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ke KESBANGPOL Kabupaten Sikka
2. Surat Ijin Kepala KESBANGPOL Kabupaten Sikka
3. Surat Ijin Observasi dan Penelitian