Kindvatter, dkk 1996, dalam Suparno, 2013:71 menjelaskan bahwa model inquiry sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan
berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematis.
Dari kedua pandangan di atas ditunjukkan bahwa model inquiry ini merupakan salah satu model yang bersifat konstruktivisme dimana suatu
pengetahuan yang baru diperoleh dari hasil penyelidikan yang melibatkan cara berpikir kritis siswa untuk menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapinya.
2 Model discovery
Menurut Suparno 2013 : 78 model discovery adalah suatu model pengajaran dimana guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan
sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri siswa dapat mengerti lebih dalam. Hal ini menunjukkan bahwa selama melakukan penemuan sendiri atas
kesulitan yang dihadapi, siswa akan mengerti dimana letak kesalahannya, dan akan menjadi lebih tahu untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
3 Cooperative learning
Menurut Suparno 2013: 143 model cooperative learning adalah model pembelajaran dimana siswa dibiarkan belajar bersama dalam kelompok dengan
saling mendukung, menguatkan, membantu, mendalami, dan bekerja sama untuk semakin menguasai materi yang dipelajari. Dalam belajar bersama atau
cooperative learning hal yang sangat ditekankan adalah kekompakan dalam
belajar bersama agar materi yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik, dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan bersama-sama. Belajar bersama dapat
meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti: saling menghargai, saling mendengarkan, saling membantu serta saling mendukung selama proses
menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi.
E. Pemahaman
Tujuan suatu pembelajaran adalah agar siswa memahami dengan baik dan benar tentang materi yang dipelajarinya. Pemahaman akan suatu hal yang sedang
dilakukan oleh seseorang dapat menyebabkan seseorang bisa mengetahui dengan jelas apa yang sedang dilakukan atau dilaksanakanya.
Iminah Umi Purwanti 2002:17, dalam Valentina Bara, 2015:18 menyebutkan bahwa seseorang dikatakan paham atau memahami apabila ia dapat
menjelaskan suatu keadaan yang sedang ia alami, menafsirkan grafik, mengubah hukum kedalam kalimat serta menafsirkan tabel. Hal ini sangat jelas bahwa
seseorang dapat dikatakan paham atau bisa memahami apabila ia bisa mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan sesuai dengan hal yang ingin ia
capai. Menurut Kartika Budi 1992: 114 dalam Valentina Bara, 2015:19
pemahaman merupakan salah satu aspek kognitif yang sangat penting pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Aspek ini merupakan aspek yang
sangat penting, karena keberhasilan akan aspek ini maka siswa bisa dikatakan dapat memahami dengan baik tentang apa yang telah dipelajari atau dilakukannya.
Oleh karena itu, maka ada indikator atau kriteria yang bisa menunjukkan bahwa siswa dapat memahami Kartika Budi, 1992:114, dalam Valentina Bara, 2015:19
adalah: 1
Dapat menyatakan definisi suatu konsep dengan kalimat sendiri; 2
Dapat menjelaskan makna dari konsep tersebut pada orang lain; 3
Dapat menganalisis suatu konsep kedalam hukum; 4
Dapat menerapkan konsep untuk: a.
Menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus; b.
Memecahkan masalah Fisika baik secara teoritis dan praktis; 5
Dapat membedakan konsep yang satu dengan yang lain yang saling berkaitan;
6 Dapat membedakan konsep yang benar dan konsep yang salah, serta bisa
membuat peta konsep tentang suatu hal yang telah dipelajarinya. Dari kedua pandangan di atas dijelaskan bahwa siswa dikatakan paham atau
bisa memahami apabila siswa tersebut dapat menjelaskan dengan baik tentang hal yang ia pelajari dengan kalimatnya sendiri dan orang yang dijelaskan bisa
mengerti maksud dari yang dijelaskan oleh siswa tersebut, dan secara kognitif siswa tersebut dapat berhasil untuk setiap test yang diikutinya.
F. Perkembangan Karakter
Hal istimewa dalam penelitian ini adalah selain melihat perkembangan kognitif atau perkembangan pemahaman siswa tentang materi gerak parabola,
peneliti juga mau melihat bagaimana perkembangan karakter siswa yang meliputi nilai-nilai sosial dari para siswa-siswi melalui pembelajaran berbasis proyek.
Memiliki karakter yang baik adalah suatu harapan besar dari setiap orangtua untuk anak-anaknya. Karakter akan selalu tumbuh dan berkembang dalam diri
anak baik yang merupakan karakter yang baik dan karakter yang tidak baik. Selain dalam keluarga dimana para siswa akan menghabiskan waktu lebih banyak
dengan keluarganya, tetapi pada umumnya masyarakat selalu beranggapan bahwa sekolah juga menjadi unsur yang penting untuk mengarahkan para siswa menju
karakter yang lebih baik. Untuk mengembangkan karakter yag baik ini bukan saja menjadi tanggung jawab guru Bimbingan Konseling BK tetapi menjadi
tanggung jawab semua guru. Lickona 1991:81-82 memberikan penjelasan tentang bagaimana memahami
karakter seseorang. Karakter terdiri atas nilai operatif, dimana nilai ini selalu diperoleh seseorang dalam segala tindakannya, setiap tindakan yang menunjukkan
karakter kita. Ia juga menjelaskan bahwa karakter yang baik terdiri atas mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik serta melakukan hal yang
baik. Menurut Kevin Ryan dan Bohlin dalam Fathurrohman,dkk, 2013:17
pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan dalam membantu seseorang