Penggunaan model proyek untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan karakter siswa - siswi kelas XI IPA pada pembelajaran gerak parabola di SMA Negeri 1 Maumere.

(1)

PEMBELAJARAN GERAK PARABOLA DI SMA NEGERI 1 MAUMERE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

DISUSUN OLEH :

FRANSISKUS LIMA / 121424052 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

PEMBELAJARAN GERAK PARABOLA DI SMA NEGERI 1 MAUMERE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

DISUSUN OLEH :

FRANSISKUS LIMA / 121424052 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

JUGA, TETAPI NYATAKANLAH DALAM SEGALA HAL KEINGINANMU KEPaDA ALLAH DALAM DOA DAN PERMOHONAN DENGAN UCAPAN SYUKUR. DAMAI SEJAHTERAH ALLAH YANG MELAMPAUI SEGALA AKAL, AKAN MEMELIHARA HATI DAN PIKIRANMU DALAM KRISTUS YESUS.”

(FILIPI 4:6-7)

Karya Ilmiah ini Khusus Saya Persembahkan untuk:

Bapa Bernadus Ada dan Mama Skolastika Rasdiana yang telah memberikan kasih sayang, perhatian dan cinta sehingga saya bisa menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Kakak Marta, Melki, Mateus dan Nelvi yang telah banyak mendukung saya selama

menyelesaikan karya ilmiah ini.

Ke empat Ponakan saya Tris, Tinus, Rio dan Rendi yang sudah menjadi Penghibur selama penelitian berlangsung.

Almarhum Pater Stevanus Lengi Cp, yang sudah membantu membiayai perkuliahan selama lima semester.


(6)

(7)

(8)

vii

“PENGGUNAAN MODEL PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KARAKTER SISWA-SISWI KELAS XI IPA PADA PEMBELAJARAN GERAK PARABOLA DI SMA NEGERI 1 MAUMERE.

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Sanata Dharma.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model proyek yang digunakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan dapat meningkatkan karakter siswa dibandingkan dengan metode pembelajaran yang konvesional pada pokok bahasan gerak parabola.

Pelaksanaan penelitian ini selama satu bulan dari bulan Juli hingga Agustus 2016. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA3 (kelas treatmen) dan siswa-siswi kelas XI IPA4 (kelas kontrol). Kelas XI IPA3 berjumlah 42 siswa dan kelas XI IPA4 berjumlah 40 siswa. Data diperoleh dari hasil pretest dan posttest baik untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dan perkembangan karakter siswa, serta laporan hasil proyek sebagai tanda bahwa para siswa telah mengerjakan proyek yang direncanakan. Untuk mengetahui perkembangan kognitifnya diperoleh dari nilai pretest dan posttest berupa 10 soal pilihan berganda dan 1 soal esay. Dan untuk mengetahui perkembangan karakternya diperoleh dari pretest dan posttest untuk perkembangan karakter yang terdiri atas 8 soal. Data hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan uji t untuk kelompok independen dan kelompok dependen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model proyek meningkatkan pemahaman siswa tentang gerak parabola, tetapi tidak lebih baik dari model konvensional, melalui uji t kelompok independen diperoleh t = 5,99 dengan p<α. Tetapi model proyek dan model konvensional tidak dapat meningkatkan karakter siswa melalui uji t kelompok independen diperoleh t = 1,35 dengan p>α.

Kata Kunci : Model Proyek, Model Konvensional, Peningkatan Kognitif Siswa, Peningkatan Karakter Siswa, Kelas Treatmen, Kelas kontrol, Gerak Parabola.


(9)

viii Fransiskus Lima, “

ABILITIES AND CHARACTER OF STUDENTS IN CLASS 11th NATURE OF SCIENCE (IPA) LEARNING MOTION PARABOLIC IN SMA NEGERI 1 MAUMERE.

Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teachers and Education, University of Sanata Dharma.

The purpose of this research is to know whether the project model can enhance students' cognitive abilities and can improve the character of students compared the conventional method of learning the parabolic motion.

This research was done from July to August 2016. The subjects were students of class XI IPA3 (class treatments) and the students of class XI IPA4 (class control). Class XI IPA3 consisted of 42 students and class XI IPA4 consisted of 40 students. Data was obtained from the pretest and posttest to measure students' cognitive abilities and character development of students, and reported on the project as a sign that the students have been working on the proposed project. To know the cognitive development pretest and posttest in the form of 10 multiple choice questions and one essay question which used. And to know the character development pretest and posttest with 8 questions which used. Then the data was analyzed using the t test for independent groups and dependent groups.

The results showed that project models increase the students’ understanding of parabolic motion, but not better than conventional models, through independent groups t-test acquired t = 5.99 with p < α. But the conventional model and project model cannot improve the character of the students through an independent groups t-test acquired t = 1.35 with p > α.

Keywords: Model Project, Model Conventional, Student Cognitive Enhancement, Increase Student Character, Treatmen Class, Control claass, Parabolic Motion.


(10)

ix

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Maumere dengan subjek penelitiannya adalah siswa-siswi kelas XI IPA.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bisa menjadikan tulisan ini menjadi lebih baik. Peneliti mengucapkan banyak terimaksih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa selalu menyertai, membimbing, dan menuntun langkah Peneliti serta memberi kekuatan dan kesehatan kepada Peneliti.

2. Prof. Dr. Paul Suparno, SJ. M.S.T selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan masukkan untuk perbaikan penulisan menjadi lebih baik, serta motivasi agar peneliti tetap semangat.

3. Bapak Bernadus Ada dan Mama Skolastika Rasdiana yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, pelayanan yang luar biasa serta doa kepada peneliti.

4. Almarhum pater Stevanus Lengi, Cp, yang sudah membantu peneliti selama lima semester kulia di Sanata Dharma.

5. Kedua kakak saya Maria Marta Sengsara dan Mateus Usubun dan Melkior Moa Timu dan Maria Nona Nelvi yang banyak memberikan dukungan dan fasilitas buat peneliti. 6. Keempat ponakan saya Tris,Tinus,Ryo dan Rendy yang menjadi penghibur tersendiri

buat peneliti.

7. Johanes Yonas Teta, S.Pd selaku kepala Sekolah SMA Negeri 1 Maumere yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Indra Iramadani, S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran kelas XI IPA3 dan XI IPA 4 yang sudah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian pada jam pembelajarannya, serta memberikan arahan dan dukungan yang baik agar peneliti bisa menjadi pendidik yang baik.

9. Ibu Yohana Karanggulimu, S.Pd selaku guru Fisika kelas XII yang telah banyak membantu dan memberikan masukkan yang berharga buat peneliti agar selalu semangat. 10. Siswa-siswa kelas XI IPA 3 dan kelas XI IPA 4 yang sudah mau bekerja sama dan

membantu peneliti dengan baik pada kepentingan peneliti untuk kegiatan penelitian yang peneliti buat.


(11)

(12)

xi

Halaman Persetujuan Pembimbing...ii

Halaman Pengesahan...iii

Halaman Persembahan...iv

Pernyataan Keaslian Karya...v

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah...vi

Abstrak...vii

Abstract...viii

Kata Pengantar...ix

Daftar Isi...xi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan...1

B. Permasalahan Penelitian...3

C. Tujuan Penelitian...3

D. Kegunaan Penelitian...3

BAB II LANDASAN TEORI A. Filsafat kontruktivisme...5

B. Hakikat Belajar...6

C. Hakikat Fisika...8

D. Model Proyek...11

E. Pemahaman...14

F. Perkembangan Karakter...16


(13)

xii

B. Tempat dan Waktu Penelitian...24

C. Populasi dan Sampel...24

D. Treatmen...24

E. Instrumen Penelitian...25

F. Instrumen Pembelajaran...28

G. Pedoman Penilaian...29

H. Validitas...31

I. Analisis Data...32

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian...36

B. Data...45

1. Data Pretest dan Posttest Kelas XI IA3 (Kelas Treatmen) ...45

2. Data Pretest dan Posttest untuk Perkembangan Karakter (Kelas Treatmen)...46

3. Data Pretest dan Posttest Kelas XI IA4 (Kelas Kontrol)...47

4. Data Pretest dan Posttest untuk Perkembangan Karakter (Kelas Kontrol)...48

5. Data Penilaian Proyek Kelas XI IA3...49

C. Analisis Data...49

1. Membandingkan Kemampuan Awal untuk Kelas Treatmen dan Kelas Kontrol...49

2. Membandingkan Nilai Pretest dan Posttest untuk Kelas Treatmen...52

3. Menguji Pretest dan Posttest untuk Kelas Kontrol...55

4. Menguji Posttest untuk Kelas Treatmen dan Kelas Kontrol...57

5. Membandingkan Karakter Awal untuk Kelas Treatmen dan Kelas Kontrol...58

6. Membandingkan Karakter Awal dan Karakter Akhir untuk Kelas Treatmen...61


(14)

xiii

8. Menguji Karakter Akhir untuk Kelas Treatmen dan Karakter Akhir untuk Kelas Kontrol...65 D. Pembahasan

1. Peningkatan Kognitif...66 2. Peningkatan Karakter...67 E. Keterbatasan Penelitian...69 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...70 B. Saran...70


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Nilai-nilai Karakter...18

2. Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Kognitif...26

3. Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Karakter...27

4. Tabel 3.3 Penilaian Proyek...28

5. Tabel 3.4 Nilai Kategorisasi Kognitif Kelas Treatmen...32

6. Tabel 3.5 Nilai Kategorisasi Kognitif Kelas Kontrol...33

7. Tabel 3.6 Kategorisasi Nilai Karakter Siswa...34

8. Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Posttest kelas XI IA3...45

9. Tabel 4.2 Nilai Pretest dan Posttest Karakter kelas XI IA3...46

10.Tabel 4.3 Nilai Pretest dan Posttest kelas XI IA4...47

11.Tabel 4,4 Nilai Karakter pada Pretest dan Posttest Kelas XI IA4...48

12.Tabel 4.5 Penilaian Hasil Proyek...49

13.Tabel 4.6 Kategorisasi Pemahaman Awal Siswa Kelas XI IA3...50

14.Tabel 4.7 Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa Kelas XI IA4...51

15.Tabel 4.8 Hasil Uji t Kelompok Independent...51

16.Tabel 4.9 Pemahaman Akhir Siswa Kelas XI IA3...53

17.Tabel 4.10 Hasil Uji t Nilai Pretest dan Posttest Kelas XI IA3...54

18.Tabel 4.11 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa Kelas XI IA4...55

19.Tabel 4.12 Tabel Analisis Uji t Nilai Pretest dan Posttest kelas XI IA4...56

20.Tabel 4.13 Nilai Uji t Untuk kelas Independen...58

21.Tabel 4.14 Klasifikasi Karakter Awal Siswa Kelas XI IA3...59

22.Tabel 4.15 Klasifikasi Karakter Awal Siswa Kelas XI IA4...59

23.Tabel 4.16 Hasil Uji t Kelompok Independen Untuk Karakter Awal Siswa...60

24.Tabel 4.17 Analisis Perkembangan Karakter Siswa Kelas XI IA3...61

25.Tabel 4.18 Nilai Uji t Pretest dan Posttest Untuk Kelas Treatmen...62

26.Tabel 4.19 Klasifikasi Karakter Awal Siswa Kelas XI IA4...63

27.Tabel 4.20 Anaisis Perkembangan Karakter XI IA4...64

28.Tabel 4.21 Nilai Uji t Kelompok Independen Posttest Untuk Perkembangan Karakter...65


(16)

xv LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ke KESBANGPOL Kabupaten Sikka 2. Surat Ijin Kepala KESBANGPOL Kabupaten Sikka

3. Surat Ijin Observasi dan Penelitian

4. Surat Keterangan Penelitian dari KEPSEK SMAN 1 Maumere 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

6. Daftar Hadir Kelas XI IA3 7. Daftar Hadir Kelas XI IA4

8. Nilai Kognitif Pretest dan Posttest Kelas XI IA3 9. Nilai Kognitif Pretest dan Posttest Kelas XI IA4 10.Nilai Karakter Pretest dan Posttest Kelas XI IA3 11.Nilai Karakter Pretest dan Posttest Kelas XI IA4 12.Penilaian Proyek Kelas XI IA3

13.Laporan Proyek

14.Hasil Pretest Kelas XI IA3 15.Hasil Pretest Kelas XI IA4 16.Hasil Posttest Kelas XI IA3 17.Hasil Posttest Kelas XI IA4


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan

Ilmu Fisika yang merupakan salah satu bidang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempunyai ciri-ciri khusus yang perlu ditangani secara khusus. Salah satu ciri dari IPA adalah adanya kerjasama antara eksperimen dan teori. Teori dalam IPA tidak lain adalah pemodelan matematis terhadap berbagai prinsip dasar yang kebenarannya harus diuji dengan eksperimen. Eksperimen selain merupakan suatu proses untuk menemukan penyelesaian persoalan IPA yang terdapat dalam teori juga menanamkan prinsip dasar yang baru. Kiranya tidak dapat disangsikan bahwa praktikum yang merupakan salah satu kegiatan laboratorium sangat berperanan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar IPA.

Menurut Amien (1987) dan Hendro (1993) dalam skripsi yang ditulis oleh Wiratma bahwa dengan kegiatan praktikum, siswa-siswi akan dapat mempelajari IPA melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses IPA, dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah.

Selain dengan menggunakan eksperimen atau praktikum banyak metode lain yang dapat membantu siswa-siswi dalam memahami dan menjelaskan tentang konsep-konsep dalam mempelajari IPA terutama Fisika. Salah satu diantara banyak model yang telah diketahui adalah model proyek.


(18)

Model proyek merupakan salah satu model yang secara aktif melibatkan siswa dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, karena model ini lebih menuntut para siswa untuk lebih aktif dalam mencari tahu kesulitan yang mereka hadapi dan berusaha untuk menyelesaikannya sendiri. Model proyek ini berupa tugas proyek yang bisa dikerjakan sendiri atau secara berkelompok bersama teman-teman sekelasnya. Selain itu, model proyek juga menggunakan pendekatan saintifik, dimana dengan pendekatan ini para siswa diajak untuk lebih aktif lagi dalam menemukan persoalan yang mereka hadapi dalam mempelajari Fisika.

Model proyek yang digunakan dalam penelitian ini sebagai salah satu langkah baru yang ingin ditunjukkan peneliti bahwa keberhasilan belajar di sekolah bukan hanya tergantung pada guru sebagai sumber belajar dan sebagai fasilitator, tetapi juga dengan keaktifan siswa-siswi dalam menemukan kesulitan mereka sendiri. Pembelajaran dengan model proyek bersifat kontruktivisme, dimana siswa-siswi dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri. Model ini akan membantu siswa-siswi untuk antusias dalam mencari tahu kesulitan belajar mereka, karena model ini dilakukan di luar kelas, sehingga pembelajaran tidak formal seperti biasanya di dalam kelas.

Berdasarkan pengalaman saat belajar di SMA Negeri 1 Maumere pada umumnya guru menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi. Karena hanya menggunakan metode ceramah, para siswa beranggapan bahwa Fisika adalah matapelajaran yang harus dihafal. Fisika menjadi hal yang rumit dan kompleks untuk semua materi yang dipelajari dikalangan pelajar. Oleh


(19)

karena itu, peneliti ingin meneliti apakah model proyek ini bisa membantu siswa dalam belajar Fisika dan dapat meningkatkan pengertian serta karakter siswa. B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa persoalan yang akan diteliti adalah:

1. Apakah model proyek dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi Gerak Parabola di SMA Negeri 1 Maumere?

2 Apakah model proyek meningkatkan karakter siswa dalam belajar Fisika di SMA Negerei 1 Maumere?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Peningkatan pemahaman siswa-siswi SMA Negeri 1 Maumere tentang Gerak Parabola lewat metode proyek.

2. Peningkatan karakter siswa-siswi SMA Negeri 1 Maumere dalam belajar Fisika lewat metode proyek.

D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Guru-guru Fisika

a. Sebagai salah satu model pembelajaran aktif bagi siswa-siswi;

b. Sebagai salah satu model untuk menarik perhatian siswa-siswi dalam pembelajaran Fisika

c. Sebagai salah satu model pembelajaran yang menyenangkan, karena dapat dilakukan diluar jam sekolah.


(20)

2. Bagi semua Siswa-Siswi atau Pelajar Fisika

a. Sebagai salah satu model yang dapat membuat para siswa senang mempelajari Fisika

b. Dapat menyadari pentingnya bekerja sama dengan teman sekelompoknya

c. Dapat meningkatkan semangat persaudaraan. 3. Bagi Lembaga Pendidikan atau Sekolah

Sebagai salah satu acuan untuk model pembelajaran dalam membangkitkan sifat keingintahuan siswa dalam mempelajari Fisika.

4. Bagi Penelitian


(21)

5 BAB II

LANDASAN TEORI A. Filsafat Kontruktivisme

Menurut Von Glaserfeld (dalam Bettencourt, 1989; Mattews, 1994; Piaget, 1971, dalam Suparno, 2013: 14) pengetahuan adalah bentukan atau kontruksi kita sendiri yang sedang menekuninya. Sehingga, dapat kita katakan bahwa pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil bentukan atau kontruksi kita sendiri. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, yang ada diluar dari diri kita, tetapi kita harus menkonstruksi atau membangun pengetahuan itu sendiri.

Menurut Suparno (2013:14-15) untuk membentuk pengetahuan itu sendiri pertama-tama melalui indera. Dengan melihat, mendengar, menjamah, membau dan merasahkan orang akan membentuk pengetahuan tentang sesuatu hal. Sebagai contoh pengetahuan orang tentang penggunaan handphone (HP), karena orang tersebut sudah pernah melihat HP, pernah mendengar tentang kegunaan HP, pernah menjamah atau menyentuh HP, pernah membau dan merasakan bagaimana manfaat dari HP tersebut. Untuk pembentukan awal pengetahuan pada anak-anak penggunaan indera sangat penting.

Pengetahuan merupakan suatu proses untuk menjadi tahu, tahu tentang sesuatu yang ingin dibangun oleh pikiran itu sendiri. Pengetahuan itu merupakan konstruksi seseorang yang sedang mengolahnya, maka jelas bahwa pengetahuan itu bukanlah sesuatu yang sudah jadi dan tidak terubahkan. Selain itu juga,


(22)

pengetahuan tidak dapat ditransfer atau dipindahkan begitu saja, karena setiap orang mengkontruksi pengetahuannya sendiri.

B.Hakekat Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:16) belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini menunjukkan bahwa dengan belajar seseorang akan diajak untuk dapat berinteraksi terhadap situasi yang dihadapinya, karena seseorang akan memahami situasi kesulitannya dengan belajar, kemudian akan mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapinya.

Menurut Irham dan Wiyani (2014:116-117) belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan menetap disebabkan karena adanya interaksi belajar antara individu dengan lingkungan belajarnya. Hal ini menunjukkan adanya perubahan lain yang diperoleh orang dalam belajar, yaitu dengan perubahan tingkah laku secara permanen. Tingkah lakunya akan berkembang sesuai dengan cara menghadapi persoalan yang dihadapi dalam belajar. Hal ini juga dikemukakan oleh Surya (2004:7) bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.


(23)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal, yakni:

1) Belajar merupakan suatu proses interaksi antara individu dengan lingkungan belajarnya.

2) Dalam belajar terjadi perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen

3) Hasil belajar ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara keseluruhan

4) Adanya peranan keperibadian dalam proses belajar antara lain aspek motivai, emotional, sikap dan sebagainya.

2. Komponen-komponen Belajar

Menurut Sugiyono dan Hariyanto dalam Irham dan Wiyani (2014:119) komponen belajar mencakup:

1) Tujuan Belajar

Suatu proses belajar selalu dimulai dengan adanya tujuan-tujuan tertentu dalam pembelajaran yang ingin diketahui oleh orang. Pada dasarnya orang akan mau mempelajari sesuatu jika sudah memiliki tujuan yang jelas dari apa yang dipelajarinya.

2) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan bahan yang akan dipelajari yang sudah tersusun rapi untuk dipelajari dan dikembangkan dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran tidak akan terwujud jika belum ada materi pembelajaran yang dipelajari.


(24)

3) Kondisi Siswa

Hal ini sangat penting dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran akan berfungsi dengan baik apabila kondisi siswa dalam keadaan baik. Indikator kondisi siswa dalam keadaan baik adalah kesiapan siswa dalam menerima proses pembelajaran serta siswa selalu mencari tahu segala kesulitan yang dipelajarinya

Tiga komponen belajar yang sudah diuraikan di atas merupakan komponen pokok dari suatu pembelajaran yang dapat membantu para siswa-siswi atau pembelajar untuk terus giat dalam belajar. Selain itu juga bagi para guru atau fasilitator untuk selalu memperhatikan komponen-komponen tersebut dalam pembelajaran.

C. Hakekat Fisika 1. Pengertian

Menurut Carin dan Sund (1989), Fisika atau sains adalah salah satu jalan untuk berpikir agar bisa memahami dunia. Hal ini menunjukkan bahwa sains atau Fisika memiliki peran yang sangat penting bagi manusia agar bisa memahami segala fenomena dan kejadian-kejadian alam yang mungkin sulit diselesaikan dengan disiplin ilmu yang lain. Para ilmuwan disini bekerja sebagai orang yang mempelajari tentang fenomena-fenomena alam, eksperimen, observasi dan lain sebagainya.


(25)

Menurut Gedgarve (2009), sains atau Fisika dalam bahasa latin artinya “untuk mengetahui”. Maka sains sebagai body of knowledge memiliki dua hal yang sangat penting, yakni sains sebagai produk dan sains sebagai proses.

Rizzi (2012) dalam sebuah jurnal “Nature Physics, Modern and Ancient” menyebutkan bahwa Fisika merupakan pembelajaran segala hal tentang segala fenomena Fisika. Fisika mempelajari segala sesuatu yang terjadi di alam.

Ketiga pemahaman di atas menunjukkan bahwa sains atau Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dan sebagai ilmu yang sangat penting bagi manusia untuk bisa memahami dan mengetahui tentang dunia karena memiliki dua unsur penting dalam sains, yakni sains sebagi produk dan sains sebagai proses.

2. Cara Pembelajaran Fisika untuk siswa-siswi Sekolah Menengah Atas

Belajar bukanlah menghafal, bahkan ini sudah diterapkan dari siswa sekolah menengah pertama. Belajar adalah bagaimana suatu pengetahuan atau ilmu tersebut dapat dikontruksi oleh si pembelajar, sehingga ilmu atau pengetahuan itu tidak dapat ditransfer begitu saja, karena setiap manusia memiliki kontruksi pengetahuannya masing-masing. Dalam konteks belajar, ini berarti siswa tersebut dapat mengalaminya sendiri bagaimana suatu pengetahuan itu dibentuk sehingga si pembelajar tersebut akan dengan mudah menyelesaikan persoalan-persoalan yang akan dihadapinya.


(26)

Cara pembelajaran Fisika untuk kalangan siswa Sekolah Menengah Atas tentunya memiliki cara yang berbeda dengan siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Dasar. Seperti yang dijelaskan oleh Suparno (2013:15) bahwa untuk kalangan siswa-siswi SMA diharapkan siswa-siswi sudah bisa berpikir secara abstrak, meskipun pembelajaran melalui indera masih sangat dibutuhkan.

Menurut Bertens (2005:1-2) salah satu cara belajar adalah memiliki strategi. Menurutnya setiap usaha besar yang dikerjakan oleh manusia memiliki tujuan tertentu. Untuk bisa mencapai keinginan yang kita kehendaki perlu strategi tertentu pula. Strategi disini sangat penting untuk mengatur bagaimana suatu tujuan tertentu dapat terpenuhi dengan baik. Strategi juga dapat dipahami sebagai suatu metode, karena metode merupakan jalan atau cara yang akan dilalui atau dilakukan untuk bisa mencapai tujuan tertentu. Dengan memiliki metode atau strategi tertentu usaha kita akan menjadi terarah dan akan memperoleh hasil yang sangat memuaskan. Contohnya dalam mempelajari nilai muatan per massa elektron (e/m). Secara kasat mata kita tidak akan menemukan elektron dengan begitu saja, sehingga kemudian kita bisa menimbang berapa massa dari elektron tersebut dengan muatannya. Namun kita akan dapat menentukannya apabila kita sudah melakukan salah satu metode tertentu misalnya dengan praktikum untuk menentukan nilai perbandingan e/m tersebut.

Metode belajar menurut Daryano dan Rahardjo (2012:148) adalah suatu cara atau teknik yang akan digunakan pengajar untuk mencapai tujuan


(27)

pembelajaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode belajar antara lain:

1) Kesesuaian dengan tujuan yang akan dicapai 2) Waktu yang diperlukan

3) Kelengkapan fasilitas

4) Jenis dan karakteristik pembelajaran. D. Model Proyek

1. Pengertian

Model proyek menurut Suparno (2013:135-136) adalah pembelajaran Fisika atau sains dimana siswa secara mandiri atau berkelompok membuat sesuatu proyek yang berkaitan dengan pembelajaran Fisika atau sains yang sedang dipelajari. Dengan model proyek siswa menjadi semakin semangat dalam mempelajari Fisika atau sains karena pelaksanaan kegiatan proyek ini dapat dilakukan di luar jam sekolah. Karena kegiatannya berlangsung di luar jam sekolah, maka hal ini akan membuat para siswa semakin semangat dalam menemukan solusi atas persoalan Fisika atau sains yang mereka pelajari.

Pembelajaran berbasis proyek adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik


(28)

mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).

Dari kedua pandangan di atas, menunjukkan bahwa model proyek sebagai salah satu model dalam pembelajaran sains atau Fisika, dimana siswa diminta untuk membuat suatu proyek yang bermanfaat bagi para siswa dalam menemukan penyelesaian persoalan yang dihadapi.

2. Komponen-komponen Model Proyek

Menurut Suparno (2013: 135) model proyek ini terdiri atas beberapa dalam model pembelajaran sains atau Fisika, yakni:

1) Model inquiry

Menurut Trowbridge dan Bybee (1996, dalam Suparno, 2013: 71) model inquiry adalah suatu model dimana melibatkan saintis atau siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang fenomena alam yang terjadi, kemudian secara sistematis berusaha untuk menemukan sendiri atas pertanyaan yang diajukan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum melakukan penyelidikan atau menggunakan model inquiry dalam suatu pembelajaran, para siswa atau saintis diminta untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan kesulitan yang mereka temui kemudian dilakukan penyelidikan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan itu.


(29)

Kindvatter, dkk (1996, dalam Suparno, 2013:71) menjelaskan bahwa model inquiry sebagai model pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematis.

Dari kedua pandangan di atas ditunjukkan bahwa model inquiry ini merupakan salah satu model yang bersifat konstruktivisme dimana suatu pengetahuan yang baru diperoleh dari hasil penyelidikan yang melibatkan cara berpikir kritis siswa untuk menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapinya.

2) Model discovery

Menurut Suparno (2013 : 78) model discovery adalah suatu model pengajaran dimana guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri siswa dapat mengerti lebih dalam. Hal ini menunjukkan bahwa selama melakukan penemuan sendiri atas kesulitan yang dihadapi, siswa akan mengerti dimana letak kesalahannya, dan akan menjadi lebih tahu untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

3) Cooperative learning

Menurut Suparno (2013: 143) model cooperative learning adalah model pembelajaran dimana siswa dibiarkan belajar bersama dalam kelompok dengan saling mendukung, menguatkan, membantu, mendalami, dan bekerja sama untuk semakin menguasai materi yang dipelajari. Dalam belajar bersama atau cooperative learning hal yang sangat ditekankan adalah kekompakan dalam


(30)

belajar bersama agar materi yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik, dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan bersama-sama. Belajar bersama dapat meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti: saling menghargai, saling mendengarkan, saling membantu serta saling mendukung selama proses menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi.

E.Pemahaman

Tujuan suatu pembelajaran adalah agar siswa memahami dengan baik dan benar tentang materi yang dipelajarinya. Pemahaman akan suatu hal yang sedang dilakukan oleh seseorang dapat menyebabkan seseorang bisa mengetahui dengan jelas apa yang sedang dilakukan atau dilaksanakanya.

Iminah Umi Purwanti (2002:17, dalam Valentina Bara, 2015:18) menyebutkan bahwa seseorang dikatakan paham atau memahami apabila ia dapat menjelaskan suatu keadaan yang sedang ia alami, menafsirkan grafik, mengubah hukum kedalam kalimat serta menafsirkan tabel. Hal ini sangat jelas bahwa seseorang dapat dikatakan paham atau bisa memahami apabila ia bisa mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan sesuai dengan hal yang ingin ia capai.

Menurut Kartika Budi (1992: 114 dalam Valentina Bara, 2015:19) pemahaman merupakan salah satu aspek kognitif yang sangat penting pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Aspek ini merupakan aspek yang sangat penting, karena keberhasilan akan aspek ini maka siswa bisa dikatakan dapat memahami dengan baik tentang apa yang telah dipelajari atau dilakukannya.


(31)

Oleh karena itu, maka ada indikator atau kriteria yang bisa menunjukkan bahwa siswa dapat memahami (Kartika Budi, 1992:114, dalam Valentina Bara, 2015:19) adalah:

1) Dapat menyatakan definisi suatu konsep dengan kalimat sendiri; 2) Dapat menjelaskan makna dari konsep tersebut pada orang lain; 3) Dapat menganalisis suatu konsep kedalam hukum;

4) Dapat menerapkan konsep untuk:

a. Menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus; b. Memecahkan masalah Fisika baik secara teoritis dan praktis; 5) Dapat membedakan konsep yang satu dengan yang lain yang saling

berkaitan;

6) Dapat membedakan konsep yang benar dan konsep yang salah, serta bisa membuat peta konsep tentang suatu hal yang telah dipelajarinya.

Dari kedua pandangan di atas dijelaskan bahwa siswa dikatakan paham atau bisa memahami apabila siswa tersebut dapat menjelaskan dengan baik tentang hal yang ia pelajari dengan kalimatnya sendiri dan orang yang dijelaskan bisa mengerti maksud dari yang dijelaskan oleh siswa tersebut, dan secara kognitif siswa tersebut dapat berhasil untuk setiap test yang diikutinya.


(32)

F. Perkembangan Karakter

Hal istimewa dalam penelitian ini adalah selain melihat perkembangan kognitif atau perkembangan pemahaman siswa tentang materi gerak parabola, peneliti juga mau melihat bagaimana perkembangan karakter siswa yang meliputi nilai-nilai sosial dari para siswa-siswi melalui pembelajaran berbasis proyek.

Memiliki karakter yang baik adalah suatu harapan besar dari setiap orangtua untuk anak-anaknya. Karakter akan selalu tumbuh dan berkembang dalam diri anak baik yang merupakan karakter yang baik dan karakter yang tidak baik. Selain dalam keluarga dimana para siswa akan menghabiskan waktu lebih banyak dengan keluarganya, tetapi pada umumnya masyarakat selalu beranggapan bahwa sekolah juga menjadi unsur yang penting untuk mengarahkan para siswa menju karakter yang lebih baik. Untuk mengembangkan karakter yag baik ini bukan saja menjadi tanggung jawab guru Bimbingan Konseling (BK) tetapi menjadi tanggung jawab semua guru.

Lickona (1991:81-82) memberikan penjelasan tentang bagaimana memahami karakter seseorang. Karakter terdiri atas nilai operatif, dimana nilai ini selalu diperoleh seseorang dalam segala tindakannya, setiap tindakan yang menunjukkan karakter kita. Ia juga menjelaskan bahwa karakter yang baik terdiri atas mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik serta melakukan hal yang baik.

Menurut Kevin Ryan dan Bohlin (dalam Fathurrohman,dkk, 2013:17) pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan dalam membantu seseorang


(33)

untuk memahami, peduli, serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai etis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fathurrohman,dkk 2013:18) karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budipekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Jadi perkembangan karakter sangat penting untuk dinilai dalam penelitian ini karena manusia adalah makluk sosial yang akan selalu bekerja sama dan membutuhkan sesamanya.

Penelitian ini juga menjadikan pendidikan karakter pada kurikulum 2013 sebagai acuan dalam meneliti perkembangan karakter. Terdapat 18 nilai-nilai budaya dan karakter menurut Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta taah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan taggung jawab. Dari 18 nilai karakter ini hanya 6 karakter saja yang menjadi pusat perhatian peneliti sebagai berikut beserta pengertiannya (Tabel 2.1):


(34)

Tabel 2.1 Nilai-nilai karakter menurut Fathurrohman,dkk (2013:19):

Nilai Karakter Deskripsi

Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai peredaan pendapat,sikap serta tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya.

Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai peraturan.

Kerja keras Upaya secara sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,serta mampu menyelesaikan hambatan itu dengan baik.

Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghormati orang lain

Peduli Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain yang membutuhkan.

G.Gerak Parabola 1. Pengertian

Gerak parabola atau gerak peluru (dalam Serway, 2009:148 ) adalah gerak dua dimensi dengan percepatan konstan, dimana ax = 0 dan ay = -g atau gerak sebuah benda titik yang dilemparkan dengan arah yang tidak vertikal sehingga gerakannya hanya dipegaruhi oleh gravitasi bumi dan membuat lintasan berbentuk parabola. Ada beberapa hal penting yang kita asumsikan dalam pembahasan ini adalah:

1) Percepatan gravitasi (g) konstan selama gerakannya berlangsug dan memiliki arah ke bawah;


(35)

2) Pengaruh hambatan udara diabaikan dalam persoalan ini.; 3) Rotasi bumi tidak mempengaruhi gerakan.

Dengan ketiga asumsi di atas dengan mudah kita akan menentukan gerak bendanya akan membentuk lintasan parabola.

Gambar 2.1 Lintasan berbentuk parabola serta kompoen-komponennya

Dalam tulisan berjudul discovery on sciences (Kanginan, 2010: 57-58) Galileo mengemukakan sebuah ide yang sangat berguna dalam menganalisis gerak parabola. Dia menyatakan bahwa kita dapat memandang gerak parabola sebagai gerak lurus beraturan pada sumbu horizaontal (sumbu X) dan gerak lurus berbah beraturan pada sumbu vertikal (sumbu Y) secara terpisah.

2. Persamaan Posisi dan Kecepatan pada Gerak Parabola

Untuk mempermudah mempelajari gerak parabola, pada komponen sumbu X dipahami sebagai gerak lurus beraturan sedangkan pada sumbu Y adalah gerak lurus berubah beraturan.


(36)

V = VO , dan X = VO. t

Apabila dilihat pada gambar 2.1 di atas maka: VX= VOX, sehingga X= VOX. t

Karena gerak peluru membentuk sudut tertentu sepeti gambar 1 di atas maka nilai:

VX = VOcos α, sehingga X = VOcos α. t

Pada sumbu Y berlaku persamaan gerak lurus berubah beraturan : V = VO + at, dan Y = VO.t + at²

Pada gerak arah sumbu Y, seperti diketahui bahwa percepatannya adalah percepatan gravitasi bumi yang arahya ke bawah maka bukan percepatan linear maka:

VY = VOY + (-g) t

VY = VOY - g t, dimana VOY = VOsin α, maka VY = VO sin α - g t

Dan untuk posisinya adalah: Y = VOY.t + (-g) t²

Y = VOY.t - g t²

Y = VO sin α.t - g t²

3. Menentukan besar kecepatan dan besar sudutnya

Suatu gerak parabola akan membentuk suatu vektor kecepatan terhadap sumbu X dan sumbu Y. Maka untuk menentukan besar kecepatannya adalah:


(37)

V=

4. Dan besar sudutnya adalah tan α =

α = 5. Menentukan tinggi maksimum dan jarak terjauh

Dalam gerak parabola ada dua hal yang juga sering digunakan adalah menentukan tinggi maksimum suatu benda dan jarak terjauh dari benda ketika menyentuh atau sampai pada bagian akhir dari suatu gerak parabola.

Tinggi maksimum pada gerak parabola adalah ordinat Y dari titik tertinggi. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 1 bahwa syarat ketika benda mencapai titik tertinggi yaitu komponen kecepatan pada arah sumbu Y (VoY) adalah sama dengan nol (0). Maka untuk menentukan tinggi maksimumnya dapat diturunkan dari:

VY = VOY - g t VY = VO sin α - g t 0 = VO sin α - g t

t max= ...ini adalah selang waktu yang dibutuhka benda untuk sampai pada titik tertinggi.

Dengan mengetahui waktu yang diperlukan benda mencapai titik tertinggi juga dapat ditentukan waktu terjauh yang dialami benda yaitu:


(38)

tjauh = 2 .

Dengan mengetahui waktu yang diperlukan benda ketika mencapai titik tertinggi, maka tinggi maksimumnya dapat diperoleh dengan subtitusi pada persamaan:

Y = VOY.tmax - g tmax²

Y = V0 sin α.( ) - g .( )²

Y = - g . Y = - .

Y = -

Y=

...ini adalah tinggi maksimum yang dicapai benda.

Dengan mengetahui waktu yang dibutuhkan benda ketika sampai menyentuh bagian akhir, maka kita juga bisa menentukan jarak terjauh yang ditempuh benda adalah :

X = VOX . tjauh

X = VO cos α .( )

X =.


(39)

23

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif karena datanya berupa angka dan dianalisis dengan menggunakan statistika. Penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis karakter siswa yang tidak menggunakan.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh model proyek terhadap tingkat pemahaman siswa-siswi tentang gerak parabola dan tingkat perkembangan karakter siswanya

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan desain one group pretest-postest:

O X O

Pretest Treatmen Posttest

Desain ini merupakan suatu desain yang digunakan untuk mengetahui apakah treatmen yang digunakan (metode pembelajaran proyek) dapat meningkatkan pengetahuan dan karakter siswa.


(40)

B.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Maumere, Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga pada bulan Agustus 2016.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri 1 Maumere.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI program studi Ilmu Pengetahuan Alam sejumlah 82 orang. Kelas XI IA4 dengan jumlah siswa 40 siswa dan kelas XI IA3 dengan jumlah siswa 42 siswa. Kelas XI IA3 digunakan sebagai kelas treatmen dan kelas XI IA4 sebagai kelas kontrol.

D.Treatmen

Treatmen adalah perlakuan peneliti terhadap subjek yang mau diteliti agar nantinya diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan (Suparno, 2010:51). Teratmen dalam penelitian ini adalah model proyek yang akan diberikan kepada siswa-siswi kelas XI IPA untuk bahan Gerak Parabola. Treatmen ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa-siswi dalam memahami suatu materi pembelajaran melalui proyek yang dikerjakan bersama teman kelompoknya.


(41)

Proses pembelajaran proyek:

1) Para siswa-siswi dalam beberapa kelompok, merencanakan proyek yang relevan, yang akan dikerjakan pada pembelajaran Gerak Parabola.

2) Hasil rancangan di dalam kelompok kecil, dipresentasikan di depan kelas untuk dipertanggung jawabkan dalam pelaksanaan proyeknya nanti.

3) Setiap kelompok melakukan survey atas ketersediaan alat dan bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek yang sudah dierencanakan.

4) Setiap kelompok mengerjakan proyek yang sudah direncanakan.

5) Setiap kelompok melakukan uji coba terhadap hasil proyek yang sudah dikerjakan, untuk melihat kesesuaian dengan hal yang mau dipelajari.

6) Setiap kelompok membuat laporan atas proyek yang dikerjakan kelompoknya.

7) Setiap kelompok mempresentasikan karyanya di depan kelas. E. Instrumen Penelitian

Menurut Suparno (2010: 56) instrumen ialah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest untuk soal kognitif dan karakter serta penilaian hasil proyek yang dikerjakan.

Pretest dan posttest dibuat berdasar pada indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini, sehingga perlu dibuatkan kisi-kisi untuk soal pretest dan posttest agar bisa mengukur keberhasilan siswa, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1, 3.2 dan 3.3 berikut:


(42)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Kognitif

No Indikator Contoh soal:

1 Dapat menybutkan pengertian gerak parabola dengan baik dan benar

Sebuah gerak benda yang dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi (g) dan merupakan perpaduan dari gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak...

2 Dapat memberikan contoh tentang peristiwa atau fenomena yang berkaitan dengan gerak parabola

Berikut adalah beberapa contoh gerak parabola yang sering dijumpai:

1) Aldi menendang bola dengan membentuk sudut terhadap bidang datar.

2) Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan konstan hingga menempuh jarak tertentu. 3) Sebuah bola dilemparkan lurus ke atas. 4) Sebuah peluru meriam ditembakkan

dengan sudut tertentu.

Pasangan yang tepat tentang contoh gerak parabola adalah

3 Dapat menganalisis besaran-besaran fisika dalam gerak parabola serta hubungan untuk setiap besaran tersebut

Bagaimanakah hubungan antara sudut yang membentuk gerak suatu benda terhadap jarak yang ditempuh benda...

4 Dapat menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan gerak parabola

Sebuah peluru ditembakkan dengan membentuk sudut elevasi 60ᵒ terhadap garis horizontal pada permukaan bumi. Jika kecepatan awal peluru yang ditembakkan itu adalah 90 m/s maka jarak terjauh yang ditempuh benda adalah...(g = 10 m/s2)


(43)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Karakter

No Jenis Karakter Contoh Pernyataan

1 Jujur Selama melaksanakan penelitian atau

praktikum kelompok kami bersikap jujur terhadap guru dan selalu

melaporkan apa adanya hasil penelitian secara bertanggung jawab.

2 Toleransi Saya berusaha dengan baik untuk

menjelaskan konsep Fisika kepada teman dalam kelompok apabila ada konsep Fisika tertentu yang belum dipahami.

3 Disiplin Selama menyelesaikan proyek

kelompok saya menjadi lebih semangat belajar karena saya menemukan sendiri solusi atas persoalan pembelajaran saya.

4 Kerja keras Dalam penyelesaian proyek yang kami

kerjakan, kami selalu saling membantu agar proyek dikerjakan berhasil sesuai dengan yang diharapkan

5 Menghargai Selama proses presentasi saya selalu menghargai teman-teman dari

kelompok lain mempresentasikan hasil penelitiannya.

6 Peduli Apabila ada kesalahan konsep yang

disampaikan oleh teman-teman dari kelompok lain, saya selalu berusaha untuk membetulkan kesalahan konsep tersebut dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu.


(44)

Tabe 3.3 Penilaian Proyek

Nama kelompok

Acuan penilaian Hasil penilaian

4 3 2 1

1. Diskusi bersama dalam kelompok untuk membuat perencanaan alat untuk proyek kelompok

2. Kemampuan mempresentasikan alat di depan kelas:

a Suaranya terdengar dengan jelas b Mampu menjelaskan dengan baik

tentang alat yang mau dikerjakan secara proyek

c Dapat menunjukkan dengan tepat alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengerjaan proyek

3. Laporan proyek

4. Presentasi dari hasil proyek: a Kejelasan suara

b Hubungan antara karya yang dibuat dengan materi yang dipelajari c Dapat menjelaskan dengan baik

dengan kata-kata sendiri

F. Instrumen Pembelajaran

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan instrumen pembelajaran yang sangat penting dalam penelitian ini. Berikut penjelasan RPP yang digunakan dalam penelitian untuk kelas treatmen dan kelas kontrol. Untuk RPP dapat dilihat di lampira no 5.

1. Siswa-siswi membentuk kelompok untuk mengikuti remind test dimana test ini berfungsi sebagai apersepsi untuk pembelajaran gerak parabola. 2. Siswa-siswi mengerjakan pretest.


(45)

3. Siswa-siswi mendengarkan penjelasan dari guru tentang gerak parabola. 4. Untuk kelas kontrol, selama penjelasan tentang gerak parabola peneliti

menggunakan dua metode konvensioanal untuk membangkitkan minat belajarnya dengan diskusi kelompok dan ceramah interaktif.

5. Sedangkan untuk kelas treatmen setelah peneliti menjelaskan tentang materi gerak parabola, peneliti melakukan beberapa hal sesuai dengan prosedur suatu pembuatan proyek seperti:

a).Siswa membentuk kelompok untuk mendiskusikan proyek yang akan dikerjakan.

b).Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. c).Siswa merancang dan membuat alat bersama teman kelompoknya. d).Siswa mencoba alat yang dibuat bersama teman kelompoknya. e).Siswa mempresentasikan proyek yang dikerjakan di depan kelas. 6. Para siswa, baik kelas treatmen ataupun kelas kontrol, mengerjakan test

terakhir (post test). G. Pedoman Penilaian

1. Pilihan ganda

Jumlah soal pilihan ganda adalah 10 soal dan skor tertinggi untuk setiap soal adalah 5 (lima), sehingga total maksimum untuk soal pilihan ganda ada 50 poin. Berikut pedoman penilaiannya:

a Apabila pilihan jawaban dan alasannya benar maka akan memperoleh bernilai 5 (lima).


(46)

b Apabila pilihannya benar tetapi alasannya kurang tepat (mendekati benar) maka akan memperoleh nilai 4 (empat).

c Apabila pilihannya benar tetapi alasannya salah dan yang tidak menuliskan alsan terhadap pilihan maka akan memperoleh nilai 3 (tiga).

d Apabila pilihannya salah dan prosesnya hampir mendekati benar, maka akan memperoleh nilai 2 (dua).

e Apabila pilihannya salah dan alasannya salah poinnya 1 (satu). f Poin satu (1) juga berlaku untuk apabila pilihannya salah dan tidak

ada alasan.

g Tidak menjawab poinnya 1 (satu). 2. Soal esay

Jumlah soal test esay ada satu (1) soal dan skor maksimum nilainya adalah 25 poin sehingga total poin untuk soal esay adalah 25 poin. Berikut pedoman penilaiannya:

a Hanya menulis kembali soal yang diberikan maka akan mendapatkan nilai 1/25 dari skor untuk tiap soal atau mendapat poin 1 ;

b Hanya mengerjakan setengah bagian dari penyelesaiannya akan mendapatkan point setengah dari skor max untuk nomor tersebut yaitu 15;

c Jika mengerjakan hanya tiga perempat bagian akan memperoleh nilai 20;


(47)

d Mengerjakan semua dan pada hasil akhirnya bernilai salah karena kesalahan perhitungan kalkulator, dinilai prosesnya jika kesalahan hanya pada perhitungan secara matematis, maka mendapatkan point 25;

e Mengejakan semua soal dan hasil akhirnya bernilai benar, maka mendapatkan poin 25.

H. Validitas

Hasil penelitian dapat ditentukan valid atau tidaknya dilihat dari instrumen yang digunakan dalam penelitian baik atau tidak. Baik disini maksudnya apakah sudah bisa mengukur apa yang diharapkan peneliti dalam melakukan penelitian. Apabila suatu instrumen yang digunakan tidak valid maka hasil yang diperoleh juga diragukan.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi atau content validity. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas isi apabila isi dari instrumen yang digunakan sungguh mengukur isi dari domain yang ingin diukur. Validitas instrumen soal ditunjukkan pada kisi-kisi soal (Tabel 3.1).


(48)

I. Analisisis Data

1. Mengetahui Peningkatan Pengetahuan kognitif siswa-siswi a. Uji pretest untuk kelas kontrol dan kelas treatmen

Uji ini digunakan untuk melihat apakah tingkat pengetahuan awal kelas treatmen dan kelas kontrol sama, Pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji t kelompok independent dan perhitungan menggunakan program SPSS.

1). Klasifikasi Pretest Kelas XI IA3 (Kelas Treatmen)

Untuk kelas XI IA3 skor maksimumya adalah 75 sedangkan skor minimumnya adalah 11, maka dibuat tabel untuk kategorisasi secara umum sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kategorisasi Nilai Kognitif Kelas Treatmen.

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

63-75 Sangat Baik

50-62 Baik

37-49 Cukup

24-36 Buruk

11-23 Sangat Buruk

2). Klarifikasi Hasil Kelas XI IA4 (Kelas Kontrol)

Untuk kelas XI IA4 skor maksimunya adalah 75 sedangkan skor minimumnya adalah 11, maka dibuat tabel untuk kategorisasi secara umum sebagai berikut:


(49)

Tebel 3.5 Nilai Kategorisasi Kognitif Kelas Kontrol.

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

63-75 Sangat Baik

50-62 Baik

37-49 Cukup

24-36 Buruk

11-23 Sangat Buruk

b. Membandingkan pretest dan posttest pada kelas treatmen untuk melihat peningkatan kognitif siswa dengan menggunakan proyek dengan menggunakan uji t untuk kelompok yang dependen.

c. Membandingkan hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol untuk melihat peningkatan kognitif siswa dengan menggunakan metode yang konvensional dengan menggnakan uji t untuk kelompok dependen. Rumus uji t kelompok dependen :

t

rel

=

̅ ̅

√ ∑ ∑

Rumus uji t kelompok independen :

a. Untuk N1= N2

t=

̅ ̅


(50)

t=

̅ ̅

d. Menguji hasil posttest kelas treatmen dan posttest kelas kontrol untuk melihat manakah yang lebih baik dengan menggunakan uji t independen. 2. Mengetahui Perkembangan Karakter Sisiwa

a. Uji pretest untuk kelas kontrol dan kelas treatmen

Tabel 3.6 Kategorisasi Nilai Karakter Siswa

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

28-32 Sangat baik

23-27 Baik

18-22 Cukup baik

13-17 Buruk

8-12 Sangat buruk

b. Membandingkan nilai karakter awal siswa dengan menguji pretest dan posttest uji t dependen.

c. Membandingkan pretest dan posttest pada kelas treatment untuk melihat perkembangan karakter siswa dengan menggunakan treatmen proyek, dengan menggunakan uji t untuk kelompok yang dependen.

d. Membandingkan hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol untuk melihat perkembangan karakter siswa dengan menggunakan metode yang konvensional menggnakan uji t untuk kelompok dependen.


(51)

e. Menguji hasil posttest untuk kelas treatmen dan posttest untuk kelas kontrol untuk melihat manakah yang lebih baik dengan menggunakan uji t independen.


(52)

36

BAB IV

DATA DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus di SMA Negeri 1 Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan seperti meminta izin untuk penelitian kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Maumere. Kemudian sesuai prosedur untuk penelitian di sekolah negeri maka peneliti diminta untuk membuat surat kepada kepala kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik daerah Kabupaten Sikka (lihat lampiran 1). Setelah mendapat ijin untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Maumere oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah Kabupaten Sikka peneliti harus mengantar surat ijin penelitian ke kantor daerah Kabupaten Sikka, kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, kantor Camat Alok Barat, SMA Negeri 1 Maumere, serta salah satunya untuk dekan FKIP Universitas Sanata Dharma (lihat lampiran 2 ).

Setelah menyelesaikan urusan administrasi sekolah maka peneliti mulai diijinkan untuk bertemu dengan guru pengampu mata pelajaran Fisika kelas XI yaitu Ibu Indra Iramadani. Melalui ibu Indra peneliti mengetahui beberapa informasi penting sebelum melaksanakan penelitian yaitu mengenai kurikulum yang digunakan untuk kelas XI dan kelas XII yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sedangkan untuk kelas X sudah menggunakan Kurikulum 2013. Kemudian peneliti diberi kesempatan untuk melakukan observasi di kelas XI


(53)

IA3 dan XI IA4 sebelum melaksanakan penelitian. Berikut tahapan-tahapan observasi yang dilakukan:

1. Observasi di kelas XI IA3

Peneliti melakukan observasi di kelas XI IA3 sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 25 Juli 2016 dan 26 Juli 2016. Beberapa hal yang peneliti amati yaitu: menyapa para murid ketika ada di dalam kelas, mengabsen siswa, kemudian mulai mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran serta menjelaskan konsep Fisika dengan baik di depan kelas dengan memberikan contoh-contoh soal yang berkaitan dengan materi yang dipelajari untuk para siswa. Guru juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya tentang materi yang dianggap paling sulit, serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk senantiasa bekerja sama dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Berikut hasil observasi peneliti terhadap guru dikelas XI IA3 seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1 sampai 4.4 :

Ganbar 4.1 Guru mengabsen Gambar 4.2 Guru memberi apersepsi muridnya


(54)

Gambar 4.3 Guru mulai mengajar Gambar 4.4 Guru memberikan materi analisis vektor contoh soal

Untuk mengawali pembelajaran guru selalu menyapa para muridnya dengan mengabsen para siswa (gambar 4.1), setelah menyapa para siswa guru juga mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari bersama pada pertemuan sebelumnya (gambar 4.2) dan selama proses pembelajaran guru berusaha untuk mengajarkan materi dengan meggunakan media yang ada (gambar 4.3) dan selalu memberikan contoh soal sesuai dengan materi terkait (gambar 4.4).

2. Observasi di kelas XI IA4

Peneliti melakukan penelitian di kelas XI IA4 hanya satu kali saja, hal ini karena sebelum peneliti ke sekolah bertemu guru pamong, ternyata pada saat awal masuk sekolah guru pamong sudah mulai masuk mengajarkan materi ini untuk di kelas ini. Seperti halnya di kelas XI IA3, guru pamong memperlakukan siswa-siswi di kelas ini sama dengan siswa-siswi di kelas yang lainnya. Berikut adalah suasana pembelajaran di kelas XI IA4 antara guru dan siswa seperti yang ditunjukkan gambar 4.5 sampai 4.8:


(55)

Gambar 4.5 Guru mengabsen muridnya Gambar 4.6 Guru mengajar materi

Gambar 4.7 Guru memberikan Gambar 4.8 Para siswa berdiskusi contoh soal

Guru mengabsen siswa sebelum memulai pembelajaran (gambar 4.5), kemudian memulai pembelajaran dengan metode ceramah (gambar 4.6 dan 4.7) serta memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berdiskusi bersama teman di dalam kelompok (gambar 4.8).

3. Pelaksanaan penelitian di XI IA3

Setelah melakukan observasi di kelas terhadap guru pamong, peneliti mulai melakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian di kelas XI IA3 dimulai pada 28 Juli 2016 hingga pada 16 Agustus 2016. Pada awal penelitian peneliti memulai pembelajaran dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu untuk menyampaikan maksud peneliti melaksanakan penelitian di kelas ini. Setelah itu, peneliti mulai


(56)

mengabsen para siswa-siswi untuk mengetahui nama mereka dan bisa lebih mengenal para siswa-siswi (gambar 4.9), kemudian peneliti mulai memberikan apersepsi pada pembelajaran GLB, GLBB dan Gerak Vertikal untuk memantau para siswa agar lebih mudah memahami materi yang akan dipelajari yaitu Gerak Parabola (gambar 4.10). Setelah memberikan apersepsi, peneliti melaksanakan pretest yang berlangsung selama satu jam pelajaran selama 45 menit (gambar 4.11, 4.12).

Gambar 4.11 Peneliti memberikan Gambar 4.12 Suasana pretest arahan untuk pretest

Setelah memberikan pretest pada pertemuan pertama, peneliti mulai masuk dengan materi gerak parabola. Peneliti menyampaikan materi gerak parabola ini selama dua kali pertemuan. Selama dua kali pertemuan ini bukan saja materi yang disampaikan, tetapi juga latihan-latihan soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan menjadi hal peting juga bagi peneliti untuk memberikan kepada para siswa-siswi.

Gambar 4.9 Peneliti mengabsen para siswa.

Gambar 4.10 Siswa menjelaskan konsep GLB dan GLBB


(57)

Setelah menyelesaikan materi yang diajarkan, peneliti mulai membagi para siswa-siswi dalam kelompok sebanyak lima kelompok. Setiap kelompok memiliki ketua kelompok sebagai penanggung jawab untuk pekerjaan kelompok. Setelah membentuk kelompok, peneliti memberikan kesempatan kepada para siswa-siswi dalam kelompoknya untuk berdiskusi tentang rancangan proyek selama 45 menit. Kemudian para siswa mendiskusikan rancangan proyek yang akan dikerjakan pada pertemuan sebelumnya (gambar 4.13), selanjutnya mereka mempresentasikan hasil kerja kelompoknya pada pertemuan selanjutnya (gambar 4.14).

Selanjutnya, siswa mulai membuat proyek yang sudah direncanakan (gambar 4.15, 4.16). Pada saat pembuatan proyek yang sudah direncanakan, kelompok berubah menjadi empat kelompok saja, karena salah satu kelompoknya banyak yang berhalangan hadir dan tidak ada persiapan untuk membuat proyek yang sudah direncanakan.

Gambar 4.14 Presentasi proyek yang direncanakan.

Gambar 4.13 Siswa berdiskusi tentang proyek yang akan dibuat.

Gambar 4.15 siswa bersiap-siap untuk mengerjakan proyek

Gambar 4.16 Siswa mengerjakan proyeknya


(58)

Setelah membuat dan melakukan

Gambar 4.15 sampai 4.18 adalah beberapa kegitan siswa untuk membuat proyek yang sudah direncanakan seperti persiapan alat (gambar 4.15), pengerjaan proyek (gambar 4.16), mencoba alat (gambar 4.17) serta pengambilan data untuk proyek (gambar 4.18).

Pada pertemuan selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil penelitiannya terhadap proyek yang dikerjakan di depan kelas. Selanjutnya peneliti memberikan tes terakhir kepada para siswa-siswi (posttest) yang berlangsung selama selama 90 menit. Posttest ini berfungsi untuk melihat apakah metode proyek ini bisa memberikan hasil yang baik dari segi kognitif para siswa-siswi serta perkembangan karakter sosialnya. Gambar 4.19 berikut adalah presentasi proyek yang dikerjakan dan posttest kelas XI IA3.

Gambar 4.17 Mencoba alat yang telah dibuat

Gambar 4.18 pengambilan data untuk laporan proyek


(59)

4. Pelaksanaan penelitian di XI IA4

Pelaksanaan penelitian di kelas XI IA4 dimulai pada 01 Agustus 2016 hingga pada 10 Agustus 2016. Pada awal penelitian, peneliti mulai memperkenalkan diri terlebih dahulu untuk menyampaikan maksud peneliti di kelas ini. Setelah itu, peneliti mulai mengabsen para siswa-siswi untuk mengetahui nama mereka dan bisa lebih mengenal para siswa-siswi. Kemudian peneliti mulai memberikan apersepsi pada pembelajaran GLB, GLBB dan Gerak Vertikal untuk membantu para siswa agar lebih mudah memahami materi yang akan dipelajari yaitu Gerak Parabola. Setelah memberikan apresepsi, peneliti melaksanakan pretest yang berlangsung selama 45 menit (lihat gambar 4.20 dan 4.21).

Gambar 4.19 Presentasi proyek dari keempat kelompok dan suasana kelas saat posttest

Gambar 4.21 Suasana pretest kelas XI IA4

Gambar 4.20 Siswa menjelaskan konsep gerak vertikal


(60)

Pada pertemuan selanjutnya peneliti mulai masuk dengan materi gerak parabola. Peneliti menyampaikan materi gerak parabola ini selama dua kali pertemuan. Selama dua kali pertemuan ini bukan saja materi yang disampaikan, tetapi juga latihan-latihan soal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan menjadi hal penting juga bagi peneliti untuk memberikan kepada para siswa-siswi. Selama pembelajaran di kelas ini peneliti lebih memberikan banyak kesempatan kepada para siswa untuk bekerja sama di dalam kelompok baik dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan atau belajar bersama tentang materi gerak parabola (lihat gambar 4.22). Setelah menyampaikan materi gerak parabola kepada para siswa-siswi selama dua kali pertemuan maka pada 10 Agustus 2016 peneliti memberikan posttest untuk melihat perkembangan kognitif dan karakter sosial siswa (gambar 4.23).

Gambar 4.22 Suasana selama pembelajaran di kelas XI IA4


(61)

B. Data

1. Data Pretest dan Posttest kelas XI IA3 (Kelas Treatmen)

Pada tabel 4.1 di bawah ini disajikan nilai pretest dan posttest kelas XI IA3: Tabel 4.1. Nilai Pretest dan Posttest kelas XI IA3

Kode Siswa Pretest Posttest

S1 17 19

S2 19 29

S3 17 29

S4 19 31

S5 19 21

S6 27 25

S7 17 28

S8 15 27

S9 25 21

S10 23 40

S11 23 25

S12 20 17

S13 25 23

S14 33 19

S15 21 28

S16 21 25

S17 28 23

S18 21 26

S19 19 21

S20 21 17

S21 21 32

S22 21 29

S23 19 19

S24 21 23

S25 15 25

S26 19 25

S27 23 24

S28 19 23


(62)

2. Data Pretest dan Posttest Untuk Perkembangan Karakter (Kelas Treatmen)

Pada tabel 4.2 di bawah ini disajikan nilai karakter kelas treatment (kelas XI IA3):

Tabel 4.2. Nilai Pretest dan Posttest Karakter kelas XI IA3

Kode Siswa Pretest Posttest

S1 30 30

S2 29 30

S3 32 29

S4 26 29

S5 25 21

S6 24 21

S7 27 27

S8 32 27

S9 32 23

S10 26 26

S11 26 26

S12 32 28

S13 31 26

S14 23 25

S15 26 23

S16 24 27

S17 32 29

S18 26 28

S19 29 27

S20 32 30

S21 29 27

S22 24 25

S23 24 29

S24 25 26

S25 30 27

S26 32 26

S27 29 29

S28 22 23


(63)

3. Data Pretest dan Posttest kelas XI IA4 (kelas kontrol)

Pada tabel 4.3 berikut disajikan nilai siswa pretest dan posttest kelas XI IA4 (kelas kontrol):

Tabel 4.3. Nilai Pretest dan Postttest Kelas XI IA4

Kode siswa Nilai Pretest Nilai Posttest

S1 23 21

S2 23 37

S3 23 38

S4 19 33

S5 19 29

S6 23 41

S7 23 33

S8 19 33

S9 19 43

S10 17 44

S11 23 38

S12 21 37

S13 21 30

S14 23 25

S15 17 38

S16 19 44

S17 27 36

S18 19 37

S19 21 50

S20 23 35

S21 21 23

S22 21 34

S23 17 30

S24 19 29

S25 28 34

S26 19 34

S27 17 21

S28 24 35

S29 23 26

S30 23 44


(64)

4. Data Nilai Pretest dan Posttest Untuk Perkembangan Karakter

Pada tabel 4.4 berikut disajikan nilai karakter pada pretest dan posttest kelas XI IA4 (kelas kontrol):

Tabel 4.4 Nilai Karakter Pretest dan Posttest kelas XI IA4:

Kode siswa Nilai Pretest Nilai Posttest

S1 21 13

S2 24 23

S3 26 20

S4 32 29

S5 25 25

S6 28 29

S7 30 28

S8 30 30

S9 31 26

S10 30 28

S11 29 30

S12 28 29

S13 28 26

S14 28 23

S15 27 25

S16 23 27

S17 30 32

S18 28 27

S19 29 28

S20 29 29

S21 32 20

S22 20 23

S23 21 26

S24 25 21

S25 24 24

S26 23 21

S27 24 26

S28 23 22

S29 15 25

S30 26 27


(65)

5. Data Penilaian Proyek Kelas XI IA3

Penilaian kinerja proyek pada tabel 4.5 di bawah ini hanya nilai akhir dari suatu kinerja proyek kelompok. Data kinerja proyek secara lengkap dapat dilihat di lampiran:

Tabel 4.5 Penilaian Hasil Proyek

Nama Kelompok Nilai Ketuntasan

A 32 Tuntas

C 30 Tuntas

D 27 Tuntas

E 32 Tuntas

C. Analisis Data

1. Membandingkan Kemampuan Awal untuk Kelas Treatmen (XI IA3) dan Kelas Kontrol (XI IA4)

1.1Pemahaman Awal Siswa Kelas Treatmen (XI IA3)

Untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap pembelajaran maka perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana pemahaman awal siswa tentang suatu pembelajaran. Data yang dianalisis berikut ini adalah hanya untuk para siswa yang mengikuti test secara lengkap yakni pada pretest dan posttest. Jumlah siswa kelas XI IA3 adalah 28 siswa. Berikut tabel kategorisasi skor kemampuan siswa:


(66)

Tabel 4.6 Kategorisasi Pemahaman Awal Siswa Kelas XI IA3

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

63-75 Sangat Baik 0 0%

50-62 Baik 0 0%

37-49 Cukup 0 0%

24-36 Buruk 5 17,86%

11-23 Sangat Buruk 23 82,14%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa tentang gerak parabola pada umumnya sangat buruk dengan prosentase sebesar 82,14%, dan sekitar 17,86% siswa masuk dalam kategori buruk untuk awal pemebelajaran gerak parabola. Jadi secara umum pemahaman awal siswa tentang gerak parabola adalah sangat buruk karena rata-ratanya hanya 21 (lihat tabel 4.1) dan masuk dalam kategori sangat buruk.

1.2Pemahaman Awal Siswa Kelas Kontrol (XI IA4)

Untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap pembelajaran maka perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana pemahaman awal siswa tentang suatu pembelajaran. Jumlah siswa yang dianalisis untuk kelas ini adalah sebanyak 30 siswa. Berikut tabel klarifikasi skor standar kemampuan siswa:


(67)

Tabel 4.7 Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa Kelas XI IA4

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

63-75 Sangat Baik 0 0%

50-62 Baik 0 0%

37-49 Cukup 0 0%

24-36 Buruk 3 10%

11-23 Sangat Buruk 27 90%

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa tentang gerak parabola pada umumnya sangat buruk dengan prosentase siswa yang bernilai sangat buruk adalah 90% sedangkan 10% siswa masuk dalam kategori buruk. Jadi secara umum pemahaman awal siswa tentang gerak parabola adalah sangat buruk karena rata-ratanya hanya 21,13 (lihat tabel 4.3).

Membandingkan nilai pretest kelas treatmen dan kontrol menggunakan uji t untuk kelompok independen pada aplikasi SPSS, diperoleh hasil seperti tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Hasil Uji t Kelompok Independent (pretest kelompok treatmen dan kontrol)

Group Statistics

Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor 1 30 21.1333 2.81294 .51357


(68)

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai uji t untuk kelompok independen adalah 0,147 dengan p = 0,884 > α = 0,05, maka Ini berarti tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan antara kelas treatmen dengan kelas kontrol. Kemampuan kognitif awal kelas treatmen dan kelas kontrol sama dalam kategorisasi sangat buruk.

2. Membandingkan Nilai Pretest dan Posttest untuk Kelas Treatmen 2.1 Klasifikasi Hasil Posttest Kelas Treatmen

Tabel 4.9 berikut ini merupakan hasil klasifikasi kognitif siswa belajar gerak parabola menggunakan treatment proyek.

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Skor Equal variances assumed

.734 .395 .149 56 .882 .13333 .89624 -1.66206 1.92873

Equal variances not assumed


(69)

Tabel 4.9 Pemahaman Akhir Siswa Kelas XI IA3

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

63-75 Sangat Baik 0 0%

50-62 Baik 0 0%

37-49 Cukup 1 3,57%

24-36 Buruk 15 53,57%

11-23 Sangat Buruk 12 42,86%

2.2 Penjelasan Hasil Klasifikasi

Hasil yang diperoleh dari tabel di atas adalah 42,86% siswa sangat buruk, 53,57% siswa buruk dan 3,57% siswa cukup dan meannya 24,78.

2.2.1 Klarifikasi Data

Dari tabel di atas adanya perkembangan kemampuan pemahaman para siswa tentang gerak parabola melalui proyek yang dikerjakannya. Pada awalnya hampir sebagian besar siswa berada dalam kategori sangat buruk pada pemahaman gerak parabola (82,14%), tetapi setelah belajar menggunakan treatment proyek kategori sangat buruk hanya sekitar 42,86% dari jumlah siswa. Sekitar 53,57% siswa masuk dalam kategori buruk dan 3,57% siswa masuk dalam kategori cukup baik.


(70)

2.2.2 Uji t Kelompok Dependen

Untuk mengetahui apakah treatmen proyek yang digunakan ini berhasil atau tidak, maka peneliti menganalisis nilai hasi pretest dan posttest dengan program SPSS lewat Uji t untuk kelompok dependen adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil analisis uji t nilai pretest dan Posttest kelas XI IA3.

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 21.0000 28 3.95343 .74713

posttest 24.7857 28 5.02112 .94890

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1

pretest – posttest

-3.7857 1


(71)

Dari data yang dianalisa dengan menggunakan program SPSS, menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh para siswa untuk pretest adalah 21 sedangkan pada posttest nilai rata-ratanya adalah 24,78.

Hasil analisa menggunakan program SPSS dengan menggunakan uji t menunjukkan besarnya t = -2,93 dan p = .007 < α = .05 ini berarti ada perbedaan yang signifikan, atau pemahaman siswa tentang gerak parabola meningkat.

3. Menguji Pretest dan Posttest untuk Kelompok Kontrol 3.1 Klasifikasi Hasil Posttest Kelas Kontrol

Berikut pemahaman akhir siswa tentang materi gerak parabola dengan menggunakan metode yang konvensional

Tabel 4.11 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa Kelas XI IA4

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

63-75 Sangat Baik 0 0%

50-62 Baik 1 3,33%

37-49 Cukup 11 36,67%

24-36 Buruk 15 50%

11-23 Sangat Buruk 3 10%

3.2 Penjelasan Pengklasifikasian Hasil Posttes Kelas Kontrol

Dari tabel di atas hasil penelitiannya 50% siswa masuk dalam kategori buruk dan 36,67% siswa masuk dalam kategori cukup.


(72)

3.2.1 Dengan Klasifikasi

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perkembangan kemampuan pemahaman para siswa tentang gerak parabola setelah belajar bersama gurunya dengan model yang konvensional. Prosentase kemampuan siswa sangat buruk menurun hingga hanya 10% saja, meskipun untuk keadaan buruk meningkat mnjadi 50% dari keadaan awal. Selain itu, sekitar 36,67 % siswa sudah cukup memahami gerak parabola dan hanya 3,33 % siswa sudah baik memahami gerak parabola setelah diajarkan oleh gurunya.

3.2.2 Dengan Uji t Dependen

Peneliti menganalisis nilai hasil pretest dan posttest dengan program SPSS lewat Uji t untuk kelompok dependent adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12 Tabel analisis uji t nilai pretest dan posttest kelas XI IA4 (kelas kontrol).

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 21.1333 30 2.81294 .51357


(73)

Dari data yang dianalisa dengan menggunakan program SPSS, menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh para siswa untuk pretest adalah 21.13 sedangkan pada posttest nilai rata-ratanya adalah 34.40.

Hasil analisa menggunakan program SPSS dengan menggunakan uji t menunjukkan besarnya t = -9.553 dan p = .000 < α = .05. Ini berarti ada perbedaan yang signifikan, atau pemahaman siswa tentang gerak parabola meningkat.

4. Menguji Posttest untuk Kelas Treatmen dan Posttest untuk Kelas Kontrol Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara kelas yang menggunakan treatmen proyek dan kelas yang menggunakan model pembelajaran yang konvensional. Dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil seperti tabel 4.13.

Paired Samples Test Paired Differences

T df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviati on Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1 Pretest –

Posttest

-1.32667E 1

7.60641 1.38873

-16.10695

-10.4263 9


(74)

Tabel 4.13 Nilai uji t untuk kelas independen kelas treatmen dan kelas kontrol

Group Statistics

Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor 1 30 34.4000 7.07399 1.29153

2 28 24.7857 5.02112 .94890

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai uji t kelompok independen adalah 5,99 dengan p = 0,000 < α = 0,05 ini berarti signifikan, artinya ada perbedaan peningkatan antara model proyek dan model yang konvensional. Model proyek meningkatkan pemahaman siswa tentang gerak parabola tetapi tidak lebih baik dari model yang konvensional.

5. Membandingkan Karakter Awal Kelas Treatmen dan Kelas Kontrol a. Karakter Awal Kelas XI IA3 (Kelas Treatmen)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

skor Equal variances

assumed 2.608 .112 5.930 56 .000 9.61429 1.62131 6.36642 12.86215

Equal variances


(75)

Untuk mengetahui karakter awal siswa dibuat klasifikasi seperti tabel 4.14.

Tabel 4.14 Klasifikasi Karakter Awal Siswa Kelas XI IA3 (Pretest):

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

28-32 Sangat baik 14 50%

23-27 Baik 13 46,43%

18-22 Cukup baik 1 3,57%

13-17 Buruk 0 0%

8-12 Sangat buruk 0 0%

Dari data tabel 4.14 di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya para siswa memiliki karakter yang sangat baik (50%) dan 46,43% siswa memiliki karakter yang baik sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik hanya 3,57% dari jumlah siswa.

b. Karakter Awal Kelas XI IA4 (Kelas Kontrol)

Klasifikasi karakter awal kelas kontrol seperti tabel 4.15.

Tabel 4.15 Klasifikasi Karakter Awal Siswa Kelas XI IA4 (Pretest):

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

28-32 Sangat baik 15 50%

23-27 Baik 11 36,67%

18-22 Cukup baik 3 10%

13-17 Buruk 1 3,33%


(76)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa untuk test awal dalam mengetahui perkembangan karakter siswa, pada umumnya para siswa memiliki karakter yang sangat baik (50%) dan 36,67% siswa memiliki karakter yang baik, sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik hanya 10% dan sekitar 3,33 % dari jumlah siswa memiliki karakter yag buruk.

c. Membandingkan Karakter Awal Kelas Treatmen dan Kontrol.

Dengan menggunakan uji t untuk kelompok independen dihasilkan seperti tabel 4.16

Tabel 4.16 Hasil Uji t Kelompok Independen untuk Karakter Awal Siswa Kelas Treatmen dan Kontrol

Group Statistics

Kode N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor 1 28 27.8214 3.31164 .62584

2 30 26.3000 3.95797 .72262

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Skor Equal variances

assumed .258 .613 1.582 56 .119 1.52143 .96190 -.40548 3.44834

Equal variances

not assumed 1.592

55.36


(77)

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai uji t kelompok independen adalah 1,592 dengan p = 0,117 > α = 0,05. Ini berarti tidak signifikan, artinya karakter awal siswa kelas treatmen dan kontrol sama.

6. Membandingkan Karakter Awal dengan Karakter Akhir Siswa setelah Belajar Menggunakan Proyek

Untuk membandingkan karakter awal dan akhir setelah belajar menggunakan proyek digunakan uji t kelompok dependen.

a. Klasifikasi Karakter Akhir Siswa

Tabel 4.17 Analisis Perkembangan Karakter Siswa Kelas XI IA3 (Posttest):

Interval skor Kategori Frekuensi Prosentasi

28-32 Sangat baik 10 35,71%

23-27 Baik 16 57,14%

18-22 Cukup baik 2 7,14%

13-17 Buruk 0 0%

8-12 Sangat buruk 0 0%

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya para siswa memiliki karakter yang baik (57,14%) dan sekitar 35,71% siswa memiliki karakter yang sangat baik sedangkan siswa yang memiliki karakter cukup baik naik menjadi 7,14% dari jumlah siswa.


(78)

b. Lewat Uji t Kelompok Dependen

Tabel 4.18 Nilai Uji t Pretest dan Posttest untuk Kelas Treatmen

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 27.8214 28 3.31164 .62584

Posttest 26.5714 28 2.55935 .48367

Hasil analisa dengan program SPSS di atas menunjukkan adanya perbedaan perkembangan karakter para siswa dalam mempelajari gerak parabola dengan menggunakan model proyek. Dilihat rata-rata perkembangan karakter pada pretest adalah 27.82 dan posttest adalah 26.57 hal ini menunjukkan ada penurunan melalui proyek. Berdasarkan nilai uji t kelompok dependen nilai t = 2,10 dengan p = 0.045 < α = 0,05, ini berarti signifikan. Artinya nilai karakter siswa turun setelah belajar Fisika menggunakan model proyek.

Paired Samples Test Paired Differences

T Df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

pretest – posttest

1.2500


(1)

120

17. Hasil Posttest Kelas XI IA4


(2)

(3)

122


(4)

(5)

ABSTRAK

Fransiskus Lima, “PENGGUNAAN MODEL PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KARAKTER SISWA-SISWI KELAS XI IPA PADA PEMBELAJARAN GERAK PARABOLA DI SMA NEGERI 1 MAUMERE.

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unversitas Sanata Dharma.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model proyek yang digunakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan dapat meningkatkan karakter siswa dibandingkan dengan metode pembelajaran yang konvesional pada pokok bahasan gerak parabola.

Pelaksanaan penelitian ini selama satu bulan dari bulan Juli hingga Agustus 2016. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA3 (kelas treatmen) dan siswa-siswi kelas XI IPA4 (kelas kontrol). Kelas XI IPA3 berjumlah 42 siswa dan kelas XI IPA4 berjumlah 40 siswa. Data diperoleh dari hasil pretest dan posttest baik untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dan perkembangan karakter siswa, serta laporan hasil proyek sebagai tanda bahwa para siswa telah mengerjakan proyek yang direncanakan. Untuk mengetahui perkembangan kognitifnya diperoleh dari nilai pretest dan posttest berupa 10 soal pilihan berganda dan 1 soal esay. Dan untuk mengetahui perkembangan karakternya diperoleh dari pretest dan posttest untuk perkembangan karakter yang terdiri atas 8 soal. Data hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan uji t untuk kelompok independen dan kelompok dependen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model proyek meningkatkan pemahaman siswa tentang gerak parabola, tetapi tidak lebih baik dari model konvensional, melalui uji t kelompok independen diperoleh t = 5,99 dengan p<α. Tetapi model proyek dan model konvensional tidak dapat meningkatkan karakter siswa melalui uji t kelompok independen diperoleh t = 1,35 dengan p>α.

Kata Kunci : Model Proyek, Model Konvensional, Peningkatan Kognitif Siswa, Peningkatan Karakter Siswa, Kelas Treatmen, Kelas kontrol, Gerak Parabola.


(6)

ABSTRACT

Fransiskus Lima, “USING THE MODEL PROJECT TO IMPROVE COGNITIVE

ABILITIES AND CHARACTER OF STUDENTS IN CLASS 11th NATURE OF SCIENCE (IPA) LEARNING MOTION PARABOLIC IN SMA NEGERI 1 MAUMERE.

Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teachers and Education, University of Sanata Dharma.

The purpose of this research is to know whether the project model can enhance students' cognitive abilities and can improve the character of students compared the conventional method of learning the parabolic motion.

This research was done from July to August 2016. The subjects were students of class XI IPA3 (class treatments) and the students of class XI IPA4 (class control). Class XI IPA3 consisted of 42 students and class XI IPA4 consisted of 40 students. Data was obtained from the pretest and posttest to measure students' cognitive abilities and character development of students, and reported on the project as a sign that the students have been working on the proposed project. To know the cognitive development pretest and posttest in the form of 10 multiple choice questions and one essay question which used. And to know the character development pretest and posttest with 8 questions which used. Then the data was analyzed using the t test for independent groups and dependent groups.

The results showed that project models increase the students’ understanding of parabolic motion, but not better than conventional models, through independent groups t-test acquired t = 5.99 with p < α. But the conventional model and project model cannot improve the character of the students through an independent groups t-test acquired t = 1.35 with p > α.

Keywords: Model Project, Model Conventional, Student Cognitive Enhancement, Increase Student Character, Treatmen Class, Control claass, Parabolic Motion.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI MIA 1 PADA MATERI USAHA DAN ENERGI DI SMA NEGERI 1

0 4 19

Pemahaman dan miskonsepsi tentang konsep gerak dan gaya pada siswa kelas XI IPA SMAK Frateran Maumere

0 1 293

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X MIPA 6 DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR.

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 18

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI IPA 1 SMA N 1 WONOSARI KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 19

PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BOYOLALI.

0 1 17

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTOR DAN KOGNITIF FISIKA SISWA PADA MATERI FLUIDA DINAMIK KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 PRACIMANTORO.

1 1 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TRANSFORMATIF MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA MATERI GERAK HARMONIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA N 1 BOYOLALI.

0 0 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MPPKB) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP KIMIA SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 TANJUNG RAJA

0 0 7

Penggunaan Media Google Cardboard Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas XI IPA 3 SMA Negeri Kebakkramat - UNS Institutional Repository

0 0 17