2 Citra Sosial Tokoh Wiana

241. “Tapi pulangnya jangan sampai malam-malam banget loh, ya” Ibu sudah berdiri di belakangku. Tangannya tidak lagi terlipat di depan dada. Aku mengangguk cepat pada Ibu. Ternyata Kaka sudah permisi lebih dulu ijin Ibu Zaez, 2014: 135. Pada kutipan 239 sampai dengan 241 menunjukkan peristiwa cara Wiana menjadi seorang Ibu yang tegas dalam mendidik anak-anaknya baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan perkembangan pertumbuhan dewasa anaknya. Sebagai seorang Ibu sekaligus menjadi perannya sebagai ayah bagi anak-anaknya, Wiana sanggup melakukan seorang diri untuk bekerja dan menafkahi anak-anaknya ketika suaminya meninggalkan ia dan anak- anaknya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini : 242. Aku meneguk segelas air putih. Kutatap seisi ruangan yang ada di dapur. Tidak ada yang terlalu istimewa yang dapat aku lihat, tapi semua dapat memenuhi kebutuhan kami yang telah dilengkapi Ibu Zaez, 2014: 99. 243. “Aku salut pada Ibu. Bagiku dia adalah perempuan hebat yang mampu berkarir sendiri untuk menghidupkan tiga orang anaknya dalam sebuah rumah yang telah dimiliki secara pribadi. Tanpa ada pihak dari siapa pun Zaez, 2014: 160. 244. Kerja keras ibu adalah motivasiku. Semangatnya membuatku malu bila aku harus mengeluh didepannya. Ia tidak pernah mengeluh untuk mencari nafkah seorang diri Zaez, 2014: 160-161. 245. Ibu yang kulihat setiap pagi berangkat kerja dan pulang lewat siang menjadi seorang yang mandiri, tidak pernah kutemukan aura lelah pada wajah saat menemukanku. Ibu tetap tersenyum padaku dan selalu bertanya apa yang sedang aku lakukan dan bagaimana pelajaran di sekolah tadi pagi Zaez, 2014: 128. 246. Aku seperti terpenjara bila Ayah menempati rumah yang dikontrak oleh Ibu, dan Ibu pulalah yang membayar uang sewaannya. Kadang-kadang bila pemilik rumah tidak sempat datang mengambil uang sewaan maka Ibu akan mengajakku untuk menemaniku ke rumahnya pemilik rumah kontrak untuk sewaan per tahun Zaez, 2014: 73. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kutipan 242 sampai dengan 246 menunjukkan peranannya Wiana yang menjadi tulang panggung bagi anak-anaknya ketika suaminya pergi dari rumah. Semangatnya untuk menjadi sosok Ibu yang pekerja keras di depan anak-anaknya yang tidak pernah mengeluh dengan segala aktifitasnya demi untuk memperjuangkan kehidupan ia dan anak-anaknya. Sebagai perannya sebagai istri, Wiana tidak pernah membiarkan suaminya untuk mencari nafkah hanya seorang diri. Wiana berusaha untuk menjadi istri yang mandiri. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini : 247. Terserah kau mau berkata apa padaku. Tapi aku mohon pengertian darimu, aku bukan enak-enakkan di luar sana. Aku kerja, cari uang. Cari nafkah untuk bisa melanjutkan hidup. Mengertilah” Zaez, 2014: 76. 248. Aku tau Ibu akan kelelahan setelah Ibu pulang kerja. Satu hal lagi, aku tidak pernah tidak tahu di mana letak pengertian Ayah terhadap Ibu. Ayah pernah memamarahi Ibu ketika dia pulang dari kerja dan belum menemukan makan siang sementara makan siang itu di beli Ibu di warung. “Aku tidak suka bila begini.” “Aku juga baru pulang kerja sabarlah, aku tidak sempat mohon, sabarlah”. “Aku bingung melihatmu, kenapa kau selalu jawab pertayaanku bila aku meminta. Apakah kau mau menjadi istri yang kualat? Menyiapkan makan siang saja tidak becus”. Ibu hanya diam mendengarkannya Zaez, 2014: 15-16. 249. “Aku bisa bantu kamu cari kerjaan lagi.” “Halaah Tidak usah banyak cerita. Kemarin sebelum aku diputuskan kerja aku meminta tolongmu untuk meminjam dana dua ratus juta apa yang kau lakukan? Mana?? Tidak ada kan? Percuma. Kau tidak akan pernah bisa membantuku.”. “Untuk sementara ini aku kan masih bisa memenuhi semuanya. Makan kita masih bisa terpenuhi. Dengan penuh kesabaran Ibu menjelaskan terhadap Ayah. “ terserah kau lah” Ayah melayangkan tangan isyarat tidak peduli lagi apa yang dikatakan oleh Ibu. Zaez, 2014: 56-57. 250. Tentunya Ibu tahu sendiri, kan ? Suami yang baik tidak akan rela membiarkan istrinya mencari nafkah seorang diri di luar sana.” Ibu mulai membela diri. “Tidak ada yang menyuruh kamu mencari nafkah.” Nenek mulai mencari sela Ibu. “Lalu siapa yang harus bekerja untuk makan kebutuhan anak-anak saya? Seharusnya Ibu bisa menghargai saya sedikit saja. Apa yang bisa diberikan Mas Riyan ke saya? Pengangguran seperti dia bisa apa? Maaf saya lancang berbicara seperti ini Zaez, 2014: 81. Pada kutipan 247 sampai dengan 250 menunjukkan peranannya Wiana sebagai seorang istri yang tidak hanya mengurus domestik rumah tangga saja, tetapi di sini Wiana menjadi seorang perempuan mandiri dan mempunyai tanggung jawab untuk mencari nafkah tanpa hanya mengharapkan suaminya. 2. Citra Wanita Tokoh Wiana dalam Masyarakat Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya memerlukan manusia lain. Demikian juga wanita, hubungannya dengan manusia lain dapat bersifat khusus maupun umum tergantung pada bentuk sifat hubungannya itu. Hubungan manusia dalam masyarakat dimulai dari hubungan antar orang, termasuk hubungan antara wanita dengan pria Sugihastuti, 2000: 132. Pada bagian ini yang akan dikaji citra wanita Wiana dalam kehidupannya bemrsayarakat. Hasil analisis tersebut dapat memberikan gambaran peranan dan kedudukannya di masyarakat. Hubungan antara Wiana dengan orang perorang di antaranya ditunjukkan bagaimana hubungannya dengan Arfansah suaminya. Awal pertemuan perkenalan Wiana terhadap suaminya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini : 251. Dulu sebelumnya Ibu dan Ayah sama-sama kuliah pada satu universitas. Mereka mengambil jurusan yang sama pula di bidang FKIP Ekonomi. Ketertarikan itu diawali dengan ketika Ayah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengalami masalah tugas yang diberikan dosen. Semua data yang disimpan Ayah dalam laptop hangus terkena virus ketika Flasdisk temannya masuk ke dalam laptop Ayah. Untungnya saat itu Ibu mempunyai pertinggalan data-data yang dibutuhkan Ayah untuk menyelesaikan kerjanya. Ibu menolong kepanikan Ayah. Ayah menjadi tertarik pada Ibu sebab Ibu cukup baik di mata Ayah Zaez, 2014: 58. 252. Ketertarikan berikutnya adalah ketika Ibu merasa kagum kepada Ayah yang bisa bermain musik. Diam-diam sekalipun sibuk dengan kuliah ternyata Ayah juga sibuk dengan band yang dirintisnya bersama teman personil lainnya. Hingga suatu ketika Ayah mengajak Ibu untuk melihat penampilannya di malam minggu di sebuah kafe. Lagu terakhir yang dinyanyikan Ayah pada malam itu dikhususkan Ayah untuk Ibu. Selesai bernyanyi, dengan terang- terangan kepada tamu yang hadir Ayah mengungkapkan rasa kagum dalam bentuk cinta pada Ibu Zaez, 2014: 58-59. Kutipan 251-252 menunjukkan peristiwa perkenalan antara Wiana dengan suaminya semasa mereka kuliah di salah satu Universitas. Di sana mereka akhirnya bertemu dan saling menggumi dengan kelebihan-kelebihan yang mereka miliki. Hubungannya dengan masyarakat ditunjukkan dengan keeksistensiannya dipublik yaitu Wiana sebagai tenaga pengajar dan dipercayakan di sekolah untuk sebagai bendahara. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan berikut ini : 253. Ibu bekerja sebagai seorang pendidik Pegawai Negeri, Ibu mengajar di salah satu sekolah SMP Zaez, 2014: 8. 254. Ibu mengikuti program sertifikasi, Ibu terlalu sibuk menyibukkan diri dengan urusan-urusan sekolahnya Zaez, 2014: 8. 255. Setelah pulang sekolah Ibu pun Ibu masih belum bisa ikut pulang. Akan ada beberapa orang anak sekolah yang harus ditanganinya. Anak-anak itu adalah anak yang bermasalah. Dan kadang-kadang Ibu memberikan pelajaran tambahan di luar jam sekolah bimbingan Zaez, 2014: 242. 256. “Di tempat Ibu mengajar, sekolah kami dapat bantuan dana untuk merehabilitas sekolah. Juga mendapat bantuan dana sumbangsih untuk melengkapi perlatan belajar dan mengajar. Di sekolah Ibu kan bendahara, jadi untuk urusan ke sana ke mari agar dana itu cair Ibu harus ikut Zaez, 2014: 237. Pada kutipan di atas menunjukkan Wiana adalah wanita yang cerdas sehingga dapat dipercaya untuk menangani siswa yang bermasalah dan menjadi bendahara di sekolahnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, Wiana adalah seorang wanita yang tegas. Hal ini terlihat ketika ia menegur penjual buah yang memarahi anaknya dan penjaga toko untuk mengambil bahan bacaan yang disukai anaknya. Hal itu dapat terlihat dalam kutipan berikut ini : 257. Oh ternyata Anda Ibunya. Lihatlah, anak Anda.” “Cukup Anak saya sudah menceritakan semua,” Ibu memotong ucapan laki-laki itu. Ibu memakai sandal dan pergi ke kedai itu. Ibu ingin melihat kondisi yang pecah Zaez, 2014: 13. 258. “Seharusnya Bapak tidak memarahi anak kecil saya. Dia tidak salah.” “Bagaimana bisa dia tidak salah jelas-jelas dia menyenggol buah itu.” “Bapak tahu, tempat ini ramai. Anak saya terlalu kecil. Lihat siapa yang peduli keamanan di tempat ini sehingga orang-orang di sini menabrak anak saya sehingga dia jatuh dan tidak sengaja menyenggol buah itu” Ibu membelaku Zaez, 2014: 13-14. 259. “Jangan karena dia hanya anak kecil Anda ingin mengelak dan tidak membaya r ganti rugi buah saya” “Maaf, sekalipun saya menetapkan anak saya tidak pernah bersalah, tidak berarti saya tidak mengganti buah itu. Tapi ingat satu hal, seharusnya Anda tidak patut memarahinya hingga menangis karena kesalahan yang tidak sengajanya”. Ingat usia Anda berapa, Pak Dan berapa usia anak saya lebih dibanding usia Anda? Bola mata laki-laki gendut itu melotot lebar. Dia ingin marah, tapi mulutnya terkunci Zaez, 2014: 14. 260. Ambilkan saja untuknya,” aku mendengar suara Ibu. Penjaga buku itu men atap Ibu dengan serius. “Anda Ibunya?” Ibu hanya mengangguk. “Dia tidak mungkin membaca buku setebal itu. Itu bacaan dewasa”. “ Saya lebih paham anak saya ketimbang Anda. Tolong, ambil sajaToh bila dia benar-benar tertarik saya akan membayarnya untuk di beli. Bukan Anda” Zaez, 2014: 22-23. 261. Ambilkan saja untuknya,” aku mendengar suara Ibu. Penjaga buku itu menatap Ibu dengan serius. “Anda Ibunya?” Ibu hanya mengangguk. “Dia tidak mungkin membaca buku setebal itu. Itu bacaan dewasa”. “Saya lebih paham anak saya ketimbang Anda. Tolong, ambil sajaToh bila dia benar-benar tertarik saya akan membayarnya untuk dibeli. Bukan Anda” Zaez, 2014: 22-23. Pada kutipan 257 sampai dengan 261 menunjukkan Wiana bersikap tegas kepada penjual buah dan penjaga toko buku. Kutipan 257 sampai dengan 259 menunjukkan sikap ketegasan dan kekesalan Wiana kepada penjual buah yang telah memarahi anaknya Mimi yang tidak sengaja menjatuhkan buah pemilik penjual buah tersebut. Peristiwa ketegasan Wiana menyuruh kepada penjaga toko buku untuk mengambil buku bacaan yang disukai anaknya, dapat terlihat pada kutipan 260 dan 261. Kedisiplinan yang ditunjukkan Wiana terhadap peraturan tata tertib lalu lintas dan tukang parkir ketika ia dan anaknya pergi ke pasar. Hal itu dapat terlihat pada kutipan berikut ini : 262. Ibu selalu mengingtkan untuk menggunakan helm meskipun jarak rumah ke pasar hanya sepuluh menit. Sesampai di pasar Ibu tidak pernah membawa masuk motor menyelinap lingkungan pasar. Ibu akan memikirkan di tempat parkiran. Di depan gerbang parkir Ibu menghentikan mesin. Aku turun dan melapaskan helm. Helmnya masih aku pegang sementara Ibu memasukkan motor dalam ruang parkir sambil di pandu oleh tukang parkir Zaez, 2014: 212. Sebagai makhluk sosial, Wiana menyandang status sebagai seorang single parent sehingga harus merasakan perbedaan di lingkungan masyarakat. Keluarga Wiana sering menjadi sindiran dan dimusuhi oleh orang yang tidak suka terhadapnya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini: 263. bilang sama Ibu kamu,” dia membentak. ...... “kalau sudah menjanda jangan coba-coba membawa suami orang sampai pulang malam Zaez, 2014: 223. 264. “ Kamu juga sebagai anaknya berpura-pura bodoh. Bilang sama Ibu kamu seperti itu Hermawan yang sering pulang bersamanya itu adalah suami saya. Gara-gara Ibu kamu, suami saya jadi cuek sama saya. Suami saya selalu suka pulang malam. Kalau lain waktu lagi saya menemukan Ibu kamu jalan sama suami saya, maka saya tidak akan segan-segan mela porkan Ibu kamu ke polisi” Zaez, 2014: 223. 265. “Anak janda itu nggak tahu diuntung.” Reva melanjutkan bicaranya. “Ibunya juga tidak tahu diri, coba bayangin deh seumpamanya Mama kalian yang masih seorang suami papa kalian, eh tiba-tiba k alian digaet sama perempuan janda.” Zaez, 2014: 229. Pada kutipan 263 sampai dengan 265 di atas menunjukkan adanya bentuk penolakan orang yang disekitarnya terhadap Wiana karena status single parentnya. Statusnya sebagai wanita single parent membuat orang disekitarnya dijadikan sebagai bahan sindiran dan tuduhan untuk merusak hubungan keluarga orang lain. Dalam lingkungan keluarga, terjadi adanya superioritas antara suami dan wiana. Superioritas yang dimaksud di sini adalah superioritas suami Wiana terhadapnya. Suami Wiana harus memilih wanita atas pilihan orang tuanya. Wiana dengan kerelaannya hati harus mengikhlaskan suaminya untuk memilih wanita lain. Hal ini dapat terlihat pada kutipan berikut ini : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 266. “Mencoba menyingkirkanmu, mengalihkan perhatianku darimu, dan tetap menginginkn perempuan yang dulu pernah ibu jodohkan padaku” Zaez, 2014: 88. 267. Aku hanya mohon ridamu. Aku ingin kau mau memaafkan segala sikap kasarku. Aku akan pergi jauh tanpa diketahui oleh siapa pun. Aku akan mencoba mencari kehidupan baruku tanpa harus melupakan kau dan anak- anak.” Zaez, 2014: 89. 268. “Aku merasa tidak punya siapa-siapa lagi. Ibu sudah menghancurkan masa depanku. Ayah sendiri tidak dapat menolongku dan tidak dapat mencegah Ibu lagi. Kumohon, sekalipun nanti aku harus pergi, jangan lupakan aku. Aku pasti kembali” Zaez, 2014: 90. Kutipan 266 sampai dengan 268 di atas menunjukkan peristiwa Wiana melepaskan kepergian suami demi membahagiakan Ibu mertuanya menjodohkan suaminya dengan perempuan lain. Suaminya tetap pada pendiriannya untuk meninggalkan Wiana dan menjalankan perintah dan amanat orang tuanya untuk menikahi perempuan yang lebih kaya dari Wiana. Berdasarkan citra sosial, baik dalam keluarga dan masyarakat dapat dirangkum bahwa Wiana menjalankan perannya dalam keluarga dengan penuh tanggung jawab baik sebagai istri dan ibu dari anak-anak. Hal itu juga mempengaruhi kehidupan sosial Wiana dalam perannya di masyarakat. Di lingkungan keluarga, Wiana berperan sebagai seorang istri tetap menjalankannya peran sebagai istri yang patuh dan tanggung jawab terhadap suaminya, dapat terlihat pada kutipan 226 sampai dengan 228. Perannya sebagai istri, Wiana tidak membiarkan suaminya untuk mencari nafkah hanya sendiri saja, Wiana selalu membantu suami dalam mencari pendapatan untuk menafkahi keluarganya. Dalam perannya Wiana sebagai seorang ibu, Wiana menunjukkan sifat keibuannya terhadap anak-anaknya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yaitu memberikan rasa kasih sayang dan cinta terhadap anaknya untuk mendidik anak-anaknya baik dalam bidang pendidikan dan non pendidikan, dapat terlihat pada kutipan 236 sampai dengan 241. Dalam hubungan di masyarakat, Wiana dikenal sebagai seorang wanita yang tegas. Ketegasan yang ditunjukkan Wiana ketika ia melihat anaknya dimarahi oleh seorang tukang penjual buah yang tidak sengaja menyenggol buah yang dijualnya dan penjaga tokoh yang meminta untuk mengambilkan bahan bacaan yang disukai anaknya. Hal tersebut dapat terlihat padakutipan 257 sampai dengan 261. Di lingkungan masyarakat, Wiana dengan statusnya sebagai single parent menjadi bahan sindiran bagi sekolompok orang meskipun demikian Wiana menjadi seorang yang pribadi mandiri ketika suaminya meninggalkannya, hal tersebut dapat terlihat pada kutipan 263 sampai dengan 265. Berkat kemandirannya, Wiana menjadi kepercayaan di sekolah tempatnya mengajar untuk menjadi sebagai bendahara dan dipercayakan di sekolah tempatnya mengajar untuk menangani siswa yang bermasalah, hal tersebut dapat terlihat pada kutipan 253 sampai dengan 256. Dalam citra masyarakat, wanita melihat dan merasakan ada superioritas, ada kekuasaan laki-laki atas wanita. Dalam posisi demikian, wanita sadar dan tidak sadar menerima dan menyetujuinya sebagai sesuatu yang terjadi. Tidak kuasa lagi bagi wanita untuk menyingkirkan kekuasaan itu, yang dirasakan hanyalah kegeraman Suguhastuti, 2000:136.Seperti yang dialami Wiana yaitu bagaimana suaminya memilih wanita atas pilihan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI orang tuanya, hal tersebut dapat terlihat pada kutipan 266 sampai dengan 268. Berdasarkan analisis citra wanita dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez, ditunjukkan baagimana sikap pengarang dalam menanggapi masalah wanita. Di sini pengarang mencoba mengangkat permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Perempuan mempunyai kemampuan untuk berkembang, maju dan membangun dirinya sendiri. Kemampuan atas pilihannya sendiri perempuan bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai makhluk individu. Seperti yang tampak dalam diri Wiana bahwa ia memilih sebagai seorang perempuan yang tetap aktif dalam bekerja, terlihat pada kutipan 247 sampai dengan 250 tanpa tidak meninggalkan dan melupakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga. Dalam novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu, pengarang dan tokoh tidak setuju dengan anggapan meremehkan atau merugikan wanita yang pada umumnya dianggap sebagai makhluk yang lemah dan tak berdaya. Dengan dasar itulah Mura Alfa Zaez peduli dengan permasalahan yang terjadi di lingkungannya, terutama masalah wanita. Pengarang mencoba melukiskan dalam novel ini, perempuan yang optimis dalam mempertahankan hidupnya dengan segala perjuangan, pantang menyerah baik perannya sebagai keluarga dan masyarakat. Seperti yang dijelaskan dalam citra Wanita secara fisik, digambarkan di sana bahwa WianaSebagaisingleparent terlihat bagaimana kegiatan hidup yang terus menerus dijalani dalam perkembangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dirinya untuk tetap penuh semangat dalam menjalani hidupnya bukan perempuan lemah tetapi perempuan yang kuat, tegar dan mandiri dalam menghadapi cobaan hidup demi melangsungkan kehidupannya seperti terlihat pada kutipan 242 sampai dengan 246.

4.4 Relevansi Novel Cahaya Surga di Wajah Ibu Karya Mura Alfa

Zaez dalam Pembelajaran Sastra di SMA Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang relevan dan baik dalam membentuk karakter siswa. Dalam proses belajar mengajar, harus diperhatikan metode dan strategi dalam pemberian materi. Novel dijadikan sebagai daya kreativitas siswa dan ktiris dalam menganalisis unsur intrnsik dan ekstrnsik novel. Moody Rahmanto, 1988: 26 menyatakan bahwa prinsip penting dalam pengajaran sastra adalah penyajian bahan pengajaran sesuai dengan kemampuan siswa pada tahap pengajaran. Pengajaran memerlukan suatu pentahapan agar bahan pengajaran sesuai dengan tahap-tahap kemamapuan siswa, makan bahan pengajaran harus diklafikasikan berdasarkan tingkat kesulitan dan kriteria siswa. Dalam memilih bahan pengajaran sastra, terdapat tiga aspek penting yang perlu dipertimbangkan. Ketiga aspek tersebut adalah bahasa, psikologi dan latar belakang budaya Rahmanto, 1988: 27. Berikut ini hasil analisis novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez dari ketiga aspek tersebut : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Aspek Bahasa Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah- masalah yang dibahas, tetapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang,ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan, dan kelompok pembaca yang ingin di jangkau pengarang Rahmanto, 1988: 27. Bahasa yang digunakan dalam novel merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari. Hal tersebut membuat bahasa dalam novel mudah dipahami. Berikut ini kutipannya: 269. Sepertinya Ibu menginginkan hal yang lebih tentang hubunganku dengan Kaka. Atau Ibu hanya sekedar ingin tahu atau wanti-wanti bila sewaktu-waktu memang benar-benar ada hubungan serius antara Kaka dengan aku Zaez, 2014: 122. 270. Setelah semua administrasi diurus oleh Ibu. Ibu menyuruh Aldi dan aku tidur di ruang depan bila merasa lelah. Di situ ada tempatt duduk empuk, cukup untuk kami berdua Zaez, 2014: 51. 271. “IPA kan juga bisa bersosilisasi. Bersosialisasi pada alam dengan makhluk hidup yang lain. Bukan hanya terikta pada manusia saja. Berbeda dengan IPS? Aku terus membanggakan jurusan IPA yang aku ambil padanya Zaez, 2014:113. Selain memperhatikan penggunaan kosa kata dan bahasa yang digunakan, guru harus memperhatikan isi wacana termasuk ungkapan- ungkapan yang digunakan. Selain itu, hubungan antar kalimat juga perlu diperhatikan agar pembaca dapat dengan mudah memahami kata-kata kiasan yang dugunakan. Berikut ini kalimat yang menggunakan kata kiasan: 272. Ayah lagi.....Ayah lagi.. lama-lama perasaan aku akan membeku bila Ibu selalu berbicara tentang Ayah. Selalu mengundang Ayah dalam pembicaraan kami sebagai topik sisipan Zaez, 2014: 190. 273. Benar yang aku rasa. Tidak ada yang istimewa di rumah Nenek menurutku. Nenek dan Ayah tidak bedanya. Ternyata buah jatuh tidak jauh dari pohonnya Zaez, 2014:66. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 274. Mungkin bila aku ada duduk di dekat mereka. Tentu akan kulihat bola mata Ibu yang berkaca-kaca Zaez, 2014: 88. 275. Ternyata seorang Reva hanya berani menghujat dan menyinisi orang dengan lidahnya yang tak bertulang Zaez, 2014: 233. Dalam novelnya, pengarang juga menggunakan bahasa jawa dalam menulis kalimat. Hal itu membuat bahasa yang digunakan dalam novel beragam. Berikut ini kalimat yang menggunakan bahasa jawa : 276. Buat apa juga ngoyo-ngoyo kerja? Kerja di kantorkan sudah cukup.” Zaez, 2014: 36. Pengarang juga menggunakan bahasa ingris dalam novelnya. Namun kata dalam bahasa inggris merupakan kata-kata yang mudah untuk dipahami. Berikut ini kalimat menggunakan bahasa inggris : 277. Memiliki teman baru seperti Kaka ternyata spesial juga untuk diajak ngobrol. Mungkin Kaka juga sempat yang enak buat diajak sharing Zaez, 2014: 115. 278. Kami terlalu sibuk sementara handphone yang kupunya sudah rusak. Aku lebih sering memanfaatkan telepon rumah atau handphone Ibu untuk menghubungi seseorang Zaez, 2014: 121. 279. “Dulu waktu Ibu pertama kali jatuh cinta saat itu Ibu kelas tiga SMP.” Sepertinya Ibu akan menceritakan pengalaman first love- nya untukku Zaez, 2014: 123. 280. “Oh Iya, aku pengen ke toilet.” Mendadak aku merasakan ingin buang air kecil. “Ada tuh. Jangan lewat sini saja. Lebih dekat. Ntar belok ke kanan.” “Thank you.” Aku meninggalkannya sendiri. Aku mengikuti petunjuknya. 281. Film yang biasa aku tonton disetiap malam tidak mood untuk melihat sebab kata-kata yang menghinakan perempuan kemarin siang masih terganggu pikiranku Zaez, 2014: 226. Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa novel Cahaya Surga Di Wajah Ibukarya Mura Alfa Zaezdapat digunakan sebagai bahan pembelajaran di SMA. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan bahasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI baik yang mudah dipahami, penggunaan makna kiasan yang mampu membantu siswa dalam memahami gaya bahasa dalam bahasa indonesia. Selain itu, pengarang juga menggunakan bahasa yang beragam seperti bahasa inggris, bahasa jawa yang kiranya dapat menambah pengetahuan siswa. 2. Aspek Psikologi Rahmanto 1988: 30 mengemukkan pada jenjang SMA usia siswa mencapai tahap realistik 130-16 tahun dan tahap generelasasi 16 tahun dan selanjutnya. pada tahap relaistik merupakan tahap di mana anak sudah benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada sesuatu yang benar terjadi. Mereka mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah dalam kehidupan yang nyata. Tahap generelasasi merupakan tahap di mana anak berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena untuk menentukkan keputusan-keputusan moral. Kegiatan membaca novel dapat digunakan siswa untuk mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Siswa bisa mengambil nilai-nilai dari tokoh dan penokohan terutama citra wanita dari tokoh Wiana. Nilai- nilai yang dapat di teladani dari otokoh Wiana sebagai berikut: 1. Wiana seorang yang pekerja keras dan mandiri dalam membesarkan anak-anaknya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Wiana seorang yang penyayang dan perhatian kepada anak- anaknya. 3. Wiana seorang yang sabar dalam menghadapi sikap suaminya. 4. Wiana seorang wanita yang setia menunggu suaminya untuk kembali bersama anak-anaknya. 5. Wiana seorang wanita yang tegar dalam mempertahankan rumah tangganya. 6. Wiana seorang wanita yang tegas dalam mendidik anak-anaknya. Berdasarkan analisis perilaku pada tokoh Wiana pada novel Cahaya Surga di Wajah Ibu, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di SMA. Dapat membantu siswa mengetahui permasalahan-permasalahan yang kemungkinan terjadi dalam kehidupan nyata, terutama tentang permasalahan wanita. Kemudian siswa dapat mengambil yang mengandung nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu nilai-nilai kemanusiaan dan pendidikan nilai yang baik untuk siswa SMA yang sedang mengalami penyesuaian perubahan psikologis dan siswa diharapkan dapat menemukan nilai-nilai yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupannya kelak. 3. Aspek Latar Belakang Budaya Biasanya,siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang yang di sekitar mereka.Guru sastra hendaklah memahami apa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang diminati oleh para siswanya sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiki oleh para siswanya Rahmanto,1988:31. Jalan hidup yang dilalui Wiana dapat dijadikan bahan pembelajaran yang baik. Latar belakang kehidupan Wiana yang penuh tantangan dalam membangun kehidupan rumah tangganya, Wiana harus merelakan suaminya untuk pergi untuk memenuhi permintaan mertuanya yang menginginkan suaminya untuk menikah dengan orang yang lebih kaya darinya seperti pada kutipan sebelumnya 115-117. Dalam kehidupannya, Wiana harus menjadi tulang punggung keluarga ketika suaminya telah meninggalkan Wiana dan anak-anaknya demi memenuhi permintaan dari mertuanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini : 282. Aku salut pada Ibu. Bagiku dia adalah perempuan hebat yang mampu berkarir sendiri untuk menghidupkan tiga orang anaknya dalam sebuah rumah yang telah dimiliki secara pribadi. Tanpa ada pihak dari siapa pun Zaez, 2014: 160. 283. Kerja keras ibu adalah motivasiku. Semangatnya membuatku malu bila aku harus mengeluh didepannya. Ia tidak pernah mengeluh untuk mencari nafkah seorang diri Zaez, 2014: 160-161. 284. Ibu yang kulihat setiap pagi berangkat kerja dan pulang lewat siang menjadi seorang yang mandiri, tidak pernah kutemukan aura lelah pada wajah saat menemukanku. Ibu tetap tersenyum padaku dan selalu bertanya apa yang sedang aku lakukan dan bagaimana pelajaran di sekolah tadi pagi Zaez, 2014: 128. Latar belakang budaya terjadi ketika orang yang hidup dengan kekayaan dapat berbagai cara untuk mendapatkan dan mudah untuk keluar dari jeratan hukum. Seperti yang dialami oleh tokoh Antoni. Antoni dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

CITRA WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGJA KARYA ACHMAD MUNIF: TINJAUAN FEMINISME SASTRA DAN Citra Wanita Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif: Tinjauan Feminisme Sastra Dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Sastra DiSMA.

0 4 11

PENDAHULUAN Citra Wanita Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif: Tinjauan Feminisme Sastra Dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Sastra DiSMA.

0 2 6

CITRA PEREMPUAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LASMI KARYA NUSYA KUSWANTIN: TINJAUAN FEMINISME DAN Citra Perempuan Tokoh Utama Dalam Novel Lasmi Karya Nusya Kuswantin: Tinjauan Feminisme Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 2 13

Analisis kepribadian tokoh Nedena dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika : suatu tinjauan psikologi sastra, dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I.

2 8 167

Konflik batin tokoh utama Elin dalam novel Novelist Undercover dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI (suatu tinjauan psikologi sastra).

3 24 108

Citra wanita tokoh utama dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di sma.

3 26 138

Analisis citra wanita tokoh utama novel Merpati Biru karya Achmad Munif dengan pendekatan feminisme dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

3 22 132

Analisis citra wanita tokoh utama novel Merpati Biru karya Achmad Munif dengan pendekatan feminisme dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

1 2 132

Citra sosial wanita tokoh utama novel Namaku Hiroko karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA (analisis struktural).

4 7 174

Citra wanita tokoh utama dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di sma

0 2 136