Analisis Latar Deskripsi Data

Kutipan 158 menujukkan peristiwa murid-murid masuk ke kelas meskipun masih ada jam istrahat. h. Kantin Latar tempat ketujuh yaitu kantin. Tokoh “aku” dan teman- temannya pergi ke kantin untuk istrahat. Hal ini ditunjukkan beberapa dalam kutipan berikut ini : 159. Anehnya saat kami akan memasuki kantin anak-anak pada berlarian menuju kantin, lalu di sudut ada sebuah tembok yang cukup besar, ada banyak anak-anak berkerumun menghadap kea rah tembok itu Zaez, 2014: 182. 160. Seharusnya dari awal aku tahu siapa orang tua Reva, Aku jadi kecewa waktu istrahat berada di kantin Zaez, 2014: 228. Kutipan 159 menunjukkan peristiwa anak berlarian memasuki kantin. Kutipan 160 menunjukkan peristiwa kekecewaan tokoh aku ketika berada istrahat di kantin. i. Perpustakaan Latar tempat kedelapan yaitu perpustkaan. Tokoh “aku” sebelum memasuki perpustakaan harus mengisi daftar pengunjung. Hal ini di tunjukkan dalam kutipan berikut ini : 161. Kami memasuki perpustakaan. Sebelum mengambil buku di rak, setiap orang diminta untuk mengisi daftar pengunjung Zaez, 2014: 156. 162. Sesampai di dalam perpustakaan aku mengisi daftar pengunjung lalu aku menuju rak sastra Zaez, 2014: 194. Kutipan 161 menunjukkan peristiwa untuk memasuki perpustakaan harus mengisi daftar pengunjung. Kutipan 162 tokoh aku menuju rak sastra yang ada di dalam perpustakaan. j. Kafe Latar tempat kesembilan yaitu kafe. Tokoh “ aku “ menemani temannya Kaka yang menyanyikan sebuah lagu di dalam sebuah kafe. Hal ini di tunjukkan dalam kutipan berikut ini : 163. Tidak jarang kaka menoleh ke arahku, lagu yang dibawanya menarik semua perhatian yang ada di ruang kafe Zaez, 2014: 140 k. Riau Latar tempat kesepuluh yaitu Riau. Tokoh “ aku” dan temannya Kaka pergi berkunjung ke rumah Makde Nunu. Hal ini di tunjukkan dalam kutipan berikut ini : 164. Ongkos pergi ke terminal pusat dan ongkos pergi ke Riau memang membayarnya masing-masing, tapi Kaka menolak uangku saat aku memberi ongkos pada taksi Zaez, 2014: 293. 165. “Aku ke Riau bukan untuk mengikuti andrenalin, Bu. Aku ke rumah Makde Nunu.” Aku menghapus air mata dan mengajak mereka duduk kembali bersama Aldi dan Rifka Zaez, 2014: 300. 2. Analisis Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.Masalah kapan biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pada novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez latar waktu terjadi pada pagi hari, siang, dan malam hari. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini : a. Pagi hari Berikut ini akan dikutipkan beberapa peristiwa dalam cerita yang terjadi pada pagi hari. 166. Pagi sebelumnya saat di sekolah aku diberi PR oleh Ibu Guru Zaez, 2014: 35. 167. Dan ini yang kedua kalinya Ibu terlihat buru- buru diwaktu pagi- pagi sekali Zaez, 2014: 91. 168. Hari minggu, pagi-pagi sekali Ibu membangunkanku. Tidak ada sarapan istimewa seperti minggu biasa Zaez, 2014: 63. 169. Hari ini kuberi nilai plus seratus buat pagiku yang cerah Zaez, 2014: 114. 170. Ibu tidak pernah lihat kamu pulang sampai sore”. Topik pagi yang dibuka ibu sambil menikmati roti bakar membuat aku jadi terkesan curiga Zaez, 2014: 116. 171. Senin paginya, aku terbangun lebih cepat lagi. Bahkan sebelum azan subuh pun aku sudah terbangun Zaez, 2014: 150. 172. Anehnya pagi ini tidak ada kabar tentang Risma sampai bel masuk pun aku tidak melihat Risma Zaez, 2014: 192. 173. Maka saat sarapan pagi aku menguatkan mental untuk berbohong pada Ibu Zaez, 2014: 288. 174. Kami tiba tepat pukul Sembilan pagi, suasana ramah dan cerah. Kami harus turun dan mencari bus lain untuk menyambung menuju tempat Ayah Zaez, 2014: 292. Kutipan di atas menunjukkan latar waktu yang terjadi pada pagi hari, pagi hari pada hari minggu, dan pagi hari di hari senin. Kutipan 166 menunjukkan peristiwa pagi hari tokoh aku menceritakan mendapatakan pekerjaan rumah dari gurunya. Pada kutipan 167 melihat ibunya tergesa- gesa pergi pada pagi hari.Pada kutipan 168 menujukkan peristiwa pada hari minggu pagi tokoh “aku” dibangunkan oleh ibunya dan tidak ada sarapan yang begituistimewa seperti biasanya. Kutipan 169 menujukkan peristiwa ucapan syukur atas kecerahan pada pagi yang cerah. Kutipan 170 menujukkan peristiwa kecurigaan yang dimiliki ibu kepada anaknya pada pagi hari. Kutipan 171 menujukkan peristiwa pada pagi senin tokoh aku Mimi bangun tidur lebih cepat dari sebelumnya. Kutipan 172 menujukkan peristiwa pada pagi hari tokoh aku Mimi tidak mendapatkan berita Risma tidak masuk sekolah. Kutipan 173 menujukkan peristiwa tokoh “aku” mempunyai rencana untuk berbohong kepada Ibunya saat makan di pagi hari. Kutipan 174 menujukkan peristiwa tokoh “aku” tiba di rumah Ayahnya dengan suasana ramah dan cerah pada pagi hari. b. Siang Hari Berikut ini akan dikutipkan peristiwa dalam cerita yang terjadi pada pagi hari. 175. Makan siang ini, adik-adikku, dan aku bisa berkumpul bareng pada satu meja Zaez, 2014: 130. Kutipan 175 menujukkan peristiwa kebersamaan makan siang tokoh “aku” dan adik-adiknya. c. Sore Hari Berikut ini akan dikutipkan peristiwa dalam cerita yang terjadi pada sore hari : 176. Kaka benar-benar menjemputku selepas magrib. Maka sebelum magrib tadi aku sudah bilang ke Ibu kalau aku tidak ikut makan malam bareng ibu dan adik-adikku Zaez, 2014: 198. 177. Sehabis mandi di sore hari sebelum azan magrib Ibu mulai berhias wajah di cermin kamarnya Zaez, 2014: 70. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kutipan 176 menujukkan peristiwa tokoh “aku” dijemput temannya Kaka untuk pergi makan malam diluar rumah. Kutipan 177 menunjukkan peristiwa Ibu yang berhias diri di cermin ketika habis mandi di sore hari. d. Malam Hari Berikut ini akan dikutipkan peristiwa dalam cerita yang terjadi pada malam hari. 178. Sarapan dan makan malam adalah waktu yang paling tepat buat adikku, ibuku, dan aku berkumpul secara utuh Zaez, 2014: 115. 179. Malam ini kudekati Ibu duduk sendiri di teras samping rumahZaez, 2014: 160. 180. Makan malam bersama keluarga Kaka buat aku awalnya sedikit gerogi, Mama Kaka sangat akrab dan juga bersahaja seperti Kaka Zaez, 2014: l 199. 181. Sebelum aku berangkat tidur, aku mencium dahi Ibu, mengucapkan selamat malam dan semoga Ibu dapat mimpi yang indah Zaez, 2014: 208. 182. “Ayah ada di mana, Bu?” akhirnya setelah sekian lama kalimat itu tidak tak terucap oleh, kini malam ini aku menanyakannya kembali pada Ibu Zaez, 2014: 210 183. Malam ini setelah acara makan malam bersama keluarga Kaka aku merasakan Ayah ada di antara kami, Aku juga merasakan Ayah duduk di sampingku saat makan malam Zaez, 2014: 205. 184. Maka selesai makan malam tadi, aku mencoba mendekati Ibu sekalipun Ibu sibuk di dalam kamarnya untuk menyelesaikan program mengajarnya Zaez, 2014: 234. 185. Malam ini Ibu terlalu sibuk sehingga tidak seperti malam kemarin, Ibu mau membantuku mencarikan baju yang tepat Zaez, 2014: 283. Kutipan 178 menujukkan peristiwa selalu ada kebersaam untuk makan malam. Kutipan 179 menujukkan peristiwa kedekatan antara seorang anak dan Ibunya ketika berbincang di teras rumah pada malam hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kutipan 180 menujukkan peristiwa tokoh “aku” gugup saat berkumpul untuk makan malam bersama keluarga Kaka. Kutipan 181 menujukkan peristiwa kasih sa yang seorang anak tokoh “aku” kepada ibunya ketika ingin tidur. Kutipan 182 menujukkan peristiwa tokoh “aku” bertanya keberadaan Ayahnya kepada Ibu yang telah sekian lama tidak pernah kembali ke rumah saat makan malam. Kutipan 183 menujukkan peristiwa malam hari tokoh aku Mimi teringat akan sosok Ayahnya ketika ia berkumpul bersama keluarga Kaka. Kutipan 184 menujukkan peristiwa tokoh “aku” mendekati ibunya yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya. Kutipan 185 kesibukan Ibunya di malam hari ketika membantu tokoh aku Mimi untuk mencarikan salah satu baju yang tepat untuk digunakannya. 3. Analisis Latar Sosial Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yangdiceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dalam novel ini menujukkan lingkungan yang tidak nyaman. Kehidupan Ayah yang tidak pernah mendapatkan ketenangan di dalam keluarganya sehingga menimbulkan rasa tidak suka dan tidak adanya rasa kasih sayang yang ditunjukkan terhadap anak-anaknya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini : 186. Aku tidak menemukan kesukaan di wajah Ayah atas kelahiran Rifka bahkan dia juga tidak membencinya. Mungkin dipikir Ayah tidak ada kami anak-anaknya di rumah ini sehingga dia tidak memperdulikan semuanya Zaez, 2014: 54. Latar sosial pada novel ini menujukkan kekayaan dimiliki keluarga nenek dari Antoni membuat dia mudah untuk keluar dari jeratan hukum. Hal ini di tunjukkan dalam kutipan berikut ini : 187. “Apakah kau kenal siapa Antoni?” dia penasaran. Aku menggeleng. Dulu dia itu buronan.” Aku terkejut. “Tapi dia berhasil keluar dari penjara berkat Neneknya punya banyak uang makanya dia bisa bebas saat tertangkap. Zaez, 2014: 253. Selain itu, pada novel ini menunjukkan adanya sistem perjodohan yang tidak diinginkan, sehingga pernikahan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh orang tua mereka. Hal ini dapat dibuktikan dalam kalimat berikut ini: 188. Ayah menikahi dengan seorang janda beranak satu. Perempuan itu dulu adalah pilihan Nenek yang harus dinikahi Ayah. Mereka tidak saling mencintai dan pernikahan itu hanya bertahan dua puluh bulan Zaez, 2014: 296. Kutipan 186 menunjukkan peristiwa ke tidaksukaan Ayah atas kelahiran Rifka. Kutipan 187 menunjukkan peristiwa antoni berhasil keluar dari penjara berkat neneknya. Neneknya punya banyak uang makanya dia bisa bebas saat tertangkap. Kutipan 188 menunjukkan peristiwa Ayahnya tokoh aku telah menikahi seorang janda yang dijodohkan oleh Neneknya. Dalam kutipan di bawah ini menunjukkan latar sosial sahabat. Mimi yang tidak hanya disayang keluarganya, tetapi ia juga memiliki sahabat- sahabat yang sayang padanya. Sahabat Mimi selalu ada di sisi Mimi, mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI selalu memberikan dukungan terhadap Mimi. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut ini : 189. “Sabar aja, aku yakin pasti pembelaan itu ada untukmu.” Aku berharap apa yang dikatakan Risma itu benar. Tapi aku merasa tidak yakin pembelaan itu ada untukku kecuali bila Reva mau jujur siapa yang menaruh lembar ujian dan jawaban itu ke dalam tasku Zaez, 2014: 180. 190. “Nggak usah terlalu dipikirin, Mi “Terus aku harus apa? Tanyaku lagi. “Ya aku doakan deh, semoga datang keajaiban atau dapat pembelaan”. “Aku pikir keajaiban itu ada Cuma didongeng aja Ris,” aku berkata ketus. Risma tersenyum. Dia tetap sabar. “Iya aku tahu keajaiban itu memang banyak aku dengar dan aku baca dari dongeng-donngeng. Tapi setidaknya kan kita bisa membuktikan bahwa keajaiban itu bisa ada dalam hidup nyata kita. Ya dalam kehidupan nyata ini Zaez, 2014: 180-181. 191. “Aku ingin bertemu dengan Ayah. Aku sudah mendapatkan alamatnya dari Antoni. Tapi aku tidak tahu arah ke alamat rumah Ayah.” “Aku tahu. Aku pernah ke sana.” Bagiku ini bukan mukjizat. Ini kebetulan yang tidak direncanakan. Aku merasa mendapatkan bintang jatuh dan dapat memeluk harapan untuk bertemu dengan Ayah dari Kaka Zaez, 2014: 286-287. Kutipan di bawah ini menunjukkan latar sosial dalam keluarga Mimi. Keluarga yang hanya terdiri dari mimi, Ibu, adik-adiknya. Keluarga Mimi yang selalu meluangkan waktu untuk berkumpul bersama dan menceritakan keseharian mereka lewati. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini : 192. Sarapan dan makan malam adalah waktu yang paling tepat buat ibu, adik-adikku, dan aku berkumpul secara utuh. Di hadapan meja makan pula kami sering menceritakan keseharian yang telah kami lebih sering menceritakan yang telah dan akan kami lewati sambil menikmati menu yang disiapkan Ibu Zaez, 2014: 115 . Latar sosial di bawah ini kebencian yang dimiliki oleh Mimi tentang Ayahnya yang tidak bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini : 193. Semakin hari, tidak ada perubahan yang menuju kebahagiaan dalam hidupku. Bahkan aku bisa semakin membenci Ayah. Tidak ada cerita menyenangkan setiap kali bertemu dengan Ayah. Mungkin juga Ibu juga sudah jenuh dengan prianya itu. Sampai detik lahiran adikku yang nomor dua, aku tidak tau keberadaan Ayah. Aku menganggap Ayah lari dari kenyataan ini Zaez, 2014: 49 . 194. Aku tidak terima dengan pengakuan Antoni tentang Ayah. Bagiku, Ayah itu laki-laki brengsek, tidak tahu tanggung jawab sebagai Ayah, Tapi aku tidak menunjukkan kekecewaanku atas fakta yang sebenarnya Zaez, 2014: 256. Latar sosial yang lainnya adalah latar sosial yang menunjukkan kemudahan untuk memiliki kekayaan dengan melakukan persugihan yang dilakukan oleh Neneknya Mimi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini : 195. “Tidak tahu yang jelas tentang kematian Nenek. Perempuan itu meninggal dalam kondisi yang sangat aneh. Sebelum meninggal tubuhnya kaku dan menghitam. Dengar-dengar dari Ibu, Ibu bilang Nenek mengikuti ilmu persugihan maka bisa seperti itu”. “persugihan itu apa?” Antoni menatapku. “Itu ilmu hitam. memanfaatkan setan untuk menjadikan hidup kaya. Orang yang seperti itu diakhir matinya tidak pernah tenang. Dia tidak akan selamat.” Zaez, 2014: 273. 196. “Paman Li Wung korban persugihan nenek. Tapi dia sudah meninggal seb elum nenek meninggal.” Aku menarik napas. Seburuk inikah peristiwa yang dialami oleh keluarga dan saudara dari Ayah Zaez, 2014: 274. Latar sosial di bawah ini menunjukkan status Ibunya Mimi janda dianggap sebagai perempuan yang merusak hubungan keluarga orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dan menjadi bahan sindiran temannya Reva di sekolah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini : 197. “Bilang sama Ibu kamu” dia membentak. Aku terkejut, lalu senyumku hilang. Kaka juga bingung. Tapi dia tidak turun, masih tetap di at as motornya. “Kalau sudah menjanda jangan coba-coba membawa suami orang sampai pulang malam.” Hatiku terpukul. Dia menghina Ibu, tapi aku tidak bisa membela Ibu karena terkejut dan bingung Zaez, 2014: 223. 198. “Anak janda itu nggak tahu diuntung, Reva melanjutkan pembicaraannya. “Ibunya juga tidak tahu diri,” Reva melirik padaku. Hatiku tertusuk seperti anak panah yang lepas dari busurnya Zaez, 2014: 229. 199. “Anaknya lumayan cantik, Mamanya yang janda mungkin nggak kalah cantiknya sama anaknya. Makanya, laki-laki yang digaetnya itu mau kecantol sama mamanya”. Reva menunjukku. Semua mata menatap ke arahku. Aku menunduk dan menggenggam kepal tangan menahan geram Zaez, 2014: 231. 200. “Dia itu anak janda sekarang ini, berani -beraninya mamanya menggaet Papa orang, anak janda tidak tau diuntung, malu-maluin keluarga saja.” Zaez, 2014: 231. Kutipan 197 menunjukkan peristiwa seorang perempuan yang tidak menyukai kedekatan Wiana terhadap suaminya yang bekerja di satu sekolah yang sama. Kutipan 198-200 menunjukkan peristiwa latar sosial yang terjadi karena ketidaksukaan Reva terhadap tokoh aku Mimi sehingga Reva selalu menyindir dengan kehidupan rumah tangga Ibunya Mimi.

4. 3 Analisis Citra Wanita Tokoh Wiana Berdasarkan Pendekatan

Feminisme Hasil analisis tokoh dan penokohan digunakan untuk membantu dalam upaya menganalisis citra wanita tokoh utama yaitu Wiana. Analisis citra wanita dalam hal ini adalah menunjukkan gambaran tentang spritual dan tingkah laku seharian tokoh utama yang menunjukkan ciri khas wanita. Analisis citra wanita dapat dibagi menjadi dua , yaitu analisis diri wanita dan citra sosial wanita.

4.3.1 Analisis Citra Diri Wanita Tokoh Wiana

Citra diri wanita merupakan sosok individu yang mempunyai pendirian dan pilihannya sendiri. Wanita juga mempunyai kemampuan untuk berkembang membangun dirinya. Berdasarkan pola pilihannya sendiri,wanita bertanggung jawab atas potensi diri sendiri sebagai makhluk individu Sugihastuti,2000:113. Citra diri wanita garis besarnya terbangun atas citra fisis dan citra psikis Sugihastuti, 2000: 117 . 1. Citra fisik wanita tokoh Wiana Bagian ini akan memaparkan tentang analisis citra fisik tokoh Wiana. Hasil analisis tersebut dapat dijadikan sebagai penjelasan penggambaran tokoh Wiana berkaitan dengan fisik tokoh Wiana dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez. Berikut ini merupakan hasil analisis citra fisis tokoh Wiana. Berdasarkan aspek fisik, citra diri wanita tokoh Wiana digambarkan sebagai wanita dewasa. Ketika hidup berkeluarga Wiana digambarkan sebagai Wanita dengan ciri khas yang hanya dialami oleh wanita, yaitu hamil, melahirkan, dan menyusui anak-anaknya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini : 201. Aku melihat Ibu sedang duduk di atas tempat tidur sambil menyusui Aldi. Ayah duduk di sudut tempat tidur, jauh dari Ibu dan membelakangi Ibu Zaez, 2014: 35. 202. Ibu sedang menyusui Aldi. Setelah selesai Ibu meninggalkan Aldi dan aku di ruang depan. “Kamu jaga Aldi, ya Jangan kemana- mana, kalau ada apa- apa panggil Ibu.” Ibu meminjamkan banyak buku anak-anak dan buku mewarnai agar aku tidak suntuk. Untuk Aldi, Ibu memberikannya mainan kerincingan-kerincingan agar dia juga ikut terhibur Zaez, 2014: 43. 203. Mungkin Ibu sudah jenuh dengan prianya itu, sampai ketika detik- detik kelahiran adikku yang nomor dua, aku tidak tahu di mana Ayah berada. Aku menganggap Ayah lari dari kenyataan ini Zaez, 2014: 49. 204. Perut Ibu lebih besar dari kepalaku, Kak” sambung Aldi. Caranya bicaranya masih celat . “Kemungkinan adik kalian yang akan lahir ini nanti adalah perempuan”. Aku dan Aldi saling bertatap mata Zaez, 2014: 50. 205. Dua hari setelahnya, perut Ibu benar-benar seperti ingin pecah. Jauh-jauh sebelumnya Ibu mewanti-wanti akan kelahiran Rifka. Maka aku diliburkan sekolah oleh Ibu. Ibu mengajak Aldi dan aku menginap di rumah sakit. Ibu mengurus segala administrasi karena Ibu pikir tidak mungkin bila Ibu harus melahirkan di rumah. Apalagi Ibu memiliki jaminan asuransi kesehatan sehingga semua biaya tidak terlalu memberat Zaez, 2014: 51. 206. “Pasti Ibu akan kesakitan. Dia pasti butuh aku untuk menemani. Biasanya Ibu ditemani Ayah waktu akan melahirkan Aldi.” Aku mulai menangis. Setidaknya aku tidak sepanik ini bila aku tahu seumpama Ayah bersama Ibu Zaez, 2014: 52. Secara fisik Wiana juga digambarkan sebagai wanita yang ingin merawat wajahnya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini : 207. Setelah selesai berdandan seadanya, Ibu mengajak kami keluar. Dandanan Ibu tidak seperti Ibu- Ibu kebanyakan lainnya. Ibu hanya mewarnai bibirnya sedikit, dan mencelak bagian wajahnya saja. Bagi Ibu rapi dan memasang kerudung saja sudah cukup. Tidak perlu berdandan yang berlebihan, yang penitng rapi dan tidak menor Zaez, 2014: 65. 208. Ibu mengajakku pada toko kosmetik. Dia membeli bedak, make-up, juga lipstik. awalnya juga aku bingung mengapa Ibu mau belanja semua perlengkapan itu. Mengingat celaan nenek kemarin minggu aku jadi sadar hal apa yang membuat Ibu menginginkan peralatan- peralatan itu Zaez, 2014: 68. 209. Aku hanya mengangguk paham. Tapi aku pikir tanpa make-up wajah Ibu tetap cantik. Wajah Ibu memang tidak seputih aku, tapi tetap saja aura cantiknya tidak hilang di balik kerudung putihnya Zaez, 2014: 68. 210. Sehabis mandi di sore hari sebelum azn Magrib Ibu mulai berhias wajah di cermin kamarnya. Aku mendatangi Ibu dan memperhatikan cara Ibu mengoles semua make-up ke wajahnya. Jujur aku melihat Ibu sangat cantik tidak seperti biasanya. Sekali- kali Ibu tersenyum kepadaku ketika Ibu selesai melak pipinya dan menatap padaku Zaez, 2014: 70. Berdasarkan kutipan 201-206 dapat di rangkum bahwa citra diri wanita tokoh Wiana dalam aspek fisik tergambar melalui peristiwa yang ia alami, yaitu hamil, melahirkan, dan menyusui anaknya. Pada kutipan 201- 202 menunjukkan peristiwa Wiana sedang menyusui anak yang bernama Aldi. Kutipan 203 menunjukkan peristiwa kejenuhan ketika penantian kelahiran anaknya tanpa didampingi suaminya. Kutipan 204 dan 205 menunjukkan peristiwa Wiana sedang hamil dan menantikan masa kelahiran anaknya. Kutipan 206 menunjukkan peristiwa kepanikan yang dialami oleh anaknya ketika melihat ibunya ingin melahirkan. Pada kutipan 207 sampai dengan 210 menunjukkan peristiwa secara fisik Wiana ingin menjaga dam merawat wajahnya untuk selalu bernampilan cantik. Pada kutipan di atas sesuai dengan pendapat Suguhastuti 2000: 94 bahwa citra fisik wanita antara lain diwujudkan ke dalam fiisik wanita. Misalnya pecahnya selaput dara, melahirkan dan menyusui anak, serta kegiatan- kegiatan sehari-hari, antara lain kegiatan domestik kerumahtanggaan. 2. Citra psikis wanita tokoh Wiana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Selain aspek fisik, wanita pun dapat digambarkan melalui aspek psikisnya. Melalui gambaran aspek psikis ini kita dapat mengetahui karakter dan sosok seorang wanita, karena wanita merupakan makhluk psikologis yang memilki perasaan, pemikiran, aspirasi, dan keinginan Sugihastuti, 2000: 95. Analisis mengenai aspek psikis ini dapat memberikan gambaran tentang tokoh Wiana dalam novel Cahaya Surga Di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez. Sebagai seorang wanita dan juga seorang Ibu yang memiliki perasaan, Wiana selalu merasa cemas dan khawatir jika ada sesuatu yang terjadi pada anaknya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini : 211. Ibu mendekatiku, wajahnya cemas. Lalu punggung telapak tangannya didekatkan kekeningku. Cemasnya bertambah. Ibu melepaskan tangannya. Dia menjauhiku dan ingin keluar Zaez, 2014: 8. 212. Saat menemui Ibu, Ibu merasa cemas dan khawatir menemukanku yang menangis. Aku menceritakan semuanya sambil dengan keadaan menangis Zaez, 2014: 12. 213. Mendengar tangisku, Ibu segera datang ke dapur dengan wajah paniknya. “Mimi kenapa?” wajah Ibu cemas. Aku masih tetap menangis sambil menatap wafer yang telah dibuka Ayah Zaez, 2014: 28. Sebagai seorang Ibu dari anak-anaknya tokoh Wiana menggambarkan sikap kesabaran ketika anaknya tidak bisa mengerjakan soal. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini: 214. Aku tidak tahu mengerjakan soal yang ini, Bu” aku menunjukkan soal yang kumaksud. Dengan sabar Ibu menjelaskan padaku cara penyelesainnya Zaez, 2014: 37. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sifat penyanyang Wiana tunjukkan ketika tokoh aku Mimi menangis karena dimarahi Ayahnya. Hal itu ditunjukkan dalam kutipankalimat berikut ini: 215. Ibu mengelusnya dan mencium jambang yang ditarik Ayah. “Sudah tidak apa- apa”. Ibu mencium keningku dan aku benar-benar diam. Ibu meninggalkan kami dan melanjutkan masaknya di dapur. Sementara aku melanjutkan mengecatku lagi Zez, 2014: 47. 216. Ibu diam sejenak, “Ayah bukan marah. Itu hanya cara Ayah mengungkapkan sayangnya padamu.” Jawab Ibu sambil membelai rambutku. Aku harap Ibu berkata benar Zaez, 2014: 62. 217. “Ibu bilang juga apa. Jangan suka bersembunyi di bawah meja. Jadinya seperti ini, kan?” Ibu mengelus rambutku yang membasah akibat terkena air mata dan keringat. Tangisku hampir mereda Zaez, 2014: 28. Gambaran pribadi dari sosok Tokoh “Wiana” yang merasa sangat bahagia atas perkawinan dengan suaminya sehingga memiliki anak-anak yang sangat ia sayangi dan cintai. Hal ini dapat ditunjukan dalam kalimat berikut ini : 218. “Tidak, Sayang. Tidak Ibu sekarang sedang bahagia sebab dari pernikahan Ibu bersama Ayah, Ibu bisa mendapatkan kamu. Mendapatkan Aldi dan Rif ka“ Ibu menghapus air matanya Zaez, 2014: 62 Aspek psikis juga tergambar melalui tegar dan kuatnya sikap Wiana ketika ia diejek karena berpenampilan yang sederhana saja dan kurang merawat diri oleh mertuanya. Hal ini dapat ditunjukan dalam kalimat berikut ini: 219. “Jadi istri itu harus pandai dandan.” Kata Nenek dengan sedkit melirik pada Ibu melirik pada Ibu sambil menungkan sop ke atas piringnya. “kalau Cuma berpenampilan begitu-begitu saja bagaimna mungkin suami bisa betah di rumah.” Aku benci pembicaraan seperti ini. Kulihat Ibu tidak nafsu lagi untuk menyelesaikan makannya. Ibu meletakkan sendoknya dan meneguk air putih. “Dibilangi kok malah sakit hati. Perempuan apa seperti itu?” Ibu menatap Ayah. Tidak ada pembelaan dari Ayah. Bahkan Ayah tetap tidak peduli dan merasa tidak terjadi apa-apa yang sedang dibicarakan. “Mas sendiri suka kok, Bu. Dengan penampilan sederhana saya. Mas sendiri bilang seperti begitu. Iyakan mas, ya?” Ibu menuntut pembelaan dari Aya Zaez, 2014: 66-67. Wiana yang berani untuk berpendapat kepada Ibu mertuanya memarahinya karena tidak menyiapkan makanan buat makan dirumahnya. Ibu mertua yang menganggap Wiana sebagai perempuan yang tidak becus dalam mengurus rumah tangganya. Tetapi Wiana tetap kuat dan berani menunjukan sikapnya kalau ia bukanlah sosok perempuan yang tidak memperdulikan keluarga. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan kalimat berikut ini : 220. Lalu siapa yang harus bekerja untuk makan dan kebutuhan anak- anak saya? Seharusnya Ibu bisa menghargai saya sedikit saja. Apa yang bisa diberikan Mas Arfansah ke saya? Pengangguran seperti dia bisa apa? Maaf bila saya lancang berbicara seperti ini. Naif sekali bila Mas Arfansah dan Ibu harus menuntut saya harus bagaimana bila saya sendiri tidak bisa menuntut hak saya sendiri kepada kalian” Zaez, 2014: 81-82 221. “Aku bukan membantah. Aku hanya membela diriku. Aku merasa tidak pantas dibegitukan pada Ibu. Kenyataan memang benar kan Apa yang bisa kau berikan padakudan anak-anak? Lalu mengapa Ibu harus mencampuri urusan rumah tanggaku?” Zaez, 2014: 82 Sebagai sosok seorang wanita dan juga dalam kedudukannya sebagai seorang istri, tokoh Wiana menunjukan sikapnya yang patuh dan sabar kepada sang suami ketika ia dimarahin oleh suami, meskipun sebenarnya ia PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

CITRA WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGJA KARYA ACHMAD MUNIF: TINJAUAN FEMINISME SASTRA DAN Citra Wanita Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif: Tinjauan Feminisme Sastra Dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Sastra DiSMA.

0 4 11

PENDAHULUAN Citra Wanita Tokoh Utama Dalam Novel Perempuan Jogja Karya Achmad Munif: Tinjauan Feminisme Sastra Dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Sastra DiSMA.

0 2 6

CITRA PEREMPUAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LASMI KARYA NUSYA KUSWANTIN: TINJAUAN FEMINISME DAN Citra Perempuan Tokoh Utama Dalam Novel Lasmi Karya Nusya Kuswantin: Tinjauan Feminisme Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 2 13

Analisis kepribadian tokoh Nedena dalam novel Dadaisme karya Dewi Sartika : suatu tinjauan psikologi sastra, dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I.

2 8 167

Konflik batin tokoh utama Elin dalam novel Novelist Undercover dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI (suatu tinjauan psikologi sastra).

3 24 108

Citra wanita tokoh utama dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di sma.

3 26 138

Analisis citra wanita tokoh utama novel Merpati Biru karya Achmad Munif dengan pendekatan feminisme dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

3 22 132

Analisis citra wanita tokoh utama novel Merpati Biru karya Achmad Munif dengan pendekatan feminisme dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester II.

1 2 132

Citra sosial wanita tokoh utama novel Namaku Hiroko karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di SMA (analisis struktural).

4 7 174

Citra wanita tokoh utama dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di sma

0 2 136