yang diminati oleh para siswanya sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan
pembayangan yang dimiki oleh para siswanya Rahmanto,1988:31. Jalan hidup yang dilalui Wiana dapat dijadikan bahan pembelajaran
yang baik. Latar belakang kehidupan Wiana yang penuh tantangan dalam membangun kehidupan rumah tangganya, Wiana harus merelakan suaminya
untuk pergi untuk memenuhi permintaan mertuanya yang menginginkan suaminya untuk menikah dengan orang yang lebih kaya darinya seperti pada
kutipan sebelumnya 115-117. Dalam kehidupannya, Wiana harus menjadi tulang punggung keluarga
ketika suaminya telah meninggalkan Wiana dan anak-anaknya demi memenuhi permintaan dari mertuanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
berikut ini : 282.
Aku salut pada Ibu. Bagiku dia adalah perempuan hebat yang mampu berkarir sendiri untuk menghidupkan tiga orang anaknya
dalam sebuah rumah yang telah dimiliki secara pribadi. Tanpa ada pihak dari siapa pun Zaez, 2014: 160.
283. Kerja keras ibu adalah motivasiku. Semangatnya membuatku malu
bila aku harus mengeluh didepannya. Ia tidak pernah mengeluh untuk mencari nafkah seorang diri Zaez, 2014: 160-161.
284. Ibu yang kulihat setiap pagi berangkat kerja dan pulang lewat siang
menjadi seorang yang mandiri, tidak pernah kutemukan aura lelah pada wajah saat menemukanku. Ibu tetap tersenyum padaku dan
selalu bertanya apa yang sedang aku lakukan dan bagaimana pelajaran di sekolah tadi pagi Zaez, 2014: 128.
Latar belakang budaya terjadi ketika orang yang hidup dengan kekayaan dapat berbagai cara untuk mendapatkan dan mudah untuk keluar
dari jeratan hukum. Seperti yang dialami oleh tokoh Antoni. Antoni dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mudah keluar dari penjara karena kekayaaan yang dimiliki neneknya. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut ini :
285. Apakah kau kenal siapa Antoni?” dia penasaran. Aku menggeleng.
Dulu dia itu buronan.”Aku terkejut. “Tapi dia berhasil keluar dari penjara berkat Neneknya punya banyak uang makanya dia bisa
bebas saat tertangkap.” Zaez, 2014: 253. Latar kehidupan mertuanya Wiana yang menginginkan kekayaan
dengan menggunakan persugihan untuk bisa menikmati apa yang diinginkannya tanpa melihat dampak yang ditimbulkan. Hal ini ditunjukkan
dalam kutipan : 286.
Tidak tahu yang jelas tentang kematian Nenek. Perempuan itu meninggal dalam kondisi yang sangat aneh. Sebelum meninggal
tubuhnya kaku dan menghitam. Dengar-dengar dari Ibu, Ibu bilang Nenek mengikuti ilmu persugihan maka bisa seperti itu”.
“persugihan itu apa?” Antoni menatapku. “Itu ilmu hitam. Memanfaatkan setan untuk menjadikan hidup kaya. Orang yang
seperti itu diakhir matinya tidak pernah tenang. Dia tidak akan selamat.” Zaez, 2014: 273.
287. “Paman Li Wung korban persugihan nenek. Tapi dia sudah
meninggal sebelum nenek meninggal.” Aku menarik napas. Seburuk inikah peristiwa yang dialami oleh keluarga dan saudara
dari Ayah Zaez, 2014: 274.
Dari kutipan di atas, banyak sekali nilai-nilai yang dapat diambil dari novel ini. Diantaranya latar belakang kehidupan dengan kekayaan
seseorang bisa terlepas dari hukum yang sudah berlaku dan bisa menghalalkan dengan berbagai cara untuk mencapai kekayaan. Kekayaan
yang dapat menutup mata orang untuk mencapainya dengan berabagai cara tanpa melihat orang lain disekitarnya merasa dirugikan. Selain itu,
bagaimana seorang bisa menyikapi masalah-masalah di dalam keluarganya dengan penuh kesabaran.
Berdasarkan uraian analisis di atas, dapat di simpulkan bahwa dari aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya pada novel Cahaya
Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez dan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA KELAS X1 semester II.
Pertama, jika dilihat dari aspek bahasa, dapat diketahui bahwa bahasa yang dugunakan pengarang dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibukarya
Mura Alfa Zaez penggunaan kosa kata, struktur kalimat, dan tata Keduabahasa yang digunakan cukup mudah dimengerti dan dipahami siswa.
Meskipun ada penggunaan bahasa lain yaitu bahasa ingris, bahasa jawa dan makna kiasan tetapi bahasanya yang digunakan oleh pengarang masih
bisa dipahami oleh siswa tingkat SMA karena bahasanya sederhana dan lugas.
Kedua, jika dilihat dari aspek psikologis, dapat diketahui bahwa novel cahaya surga di wajah ibu mempunyai kesesuain antara tahap
perkembangan siswa di SMA, karena siswa sudah memasuki tahap generalisasi yaitu tahap dimana anak tidak hanya berminta dalam hal-hal
yang praktis saja, tetapi lebih berminat untuk menemukan konsep-konsep yang nyata dengan menganalisis suatu fenomena yang ada disekitar mereka.
Siswa dapat mengambil nilai kepribadian yang baik bagi diri mereka kelak jika sudah mempunyai keluarga. Dalam hal ini siswa dapat menemukan
nilai-nilai yang berguna dan sesuai dengan kehidupannya. Ketiga, jika dilihat dari aspek latar belakang budaya, novel Cahaya
Surga Di Wajah menceritakan kehidupan latar sosial kehidupan keluarga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan status sosial yang mudah dipahami siswa karena ceritanya yang diangkat dari kehidupan keluarga.
4.5 Silabus dan Rancangan Pelajaran Pembelajaran RPP terlampir
Pada bagian ini akan dipaparkan silabus dan rancangan pelajaran pembelajaran RPPsebagai bahan ajar yang telah disusun. Pada SK dan
KD yang dipilih untuk relevansi hasil analisis novel cahaya surga di wajah Ibu karya mura Alfa Zaez, khususnya analisis citra wanita. Sk tersebut ialah
memahami buku geografi, novel, dan hikayat. KD yang dicapai ialah mengungkapkan hal-hal yang menarik yang dapat diteladani dari tokoh.
118
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, yaitu: Pertama, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap tokoh
dan penokohan, dan latar dapat diketahui bahwa Wiana merupakan tokoh utama.. Wiana dapat disimpulkan sebagai tokoh utama karena menjadi pusat
penceritaan, paling banyak berhubungan tokoh lain dan membawakan moral dan tema cerita. Tokoh tambahan dalam novel ini adalah Arfansah, Mimi,
Rifka, Aldi, Nenek, Kaka,dan Antoni. Peran dan keberadaan mereka sangat mendukung tokoh utama. Latar dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu
karya Mura Alfa Zaez dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat yang digambarkan oleh pengarang
yaitu depan bangunan, di dalam rumah dapur dan kamar, pasar, tokoh buku, rumah sakit, sekolah, kantin, kelas, perpustakaan, cafe, dan daerah
Riau. Pada latar waktu terjadi pada pagi hari, siang, sore hari dan malam hari. Namun yang paling dominan digunakan adalah latar waktu pagi hari
dan malam hari. Latar sosial menujukkan lingkungan yang tidak nyaman. Kehidupan
Ayah yang tidak pernah mendapatkan ketenangan di dalam keluarganya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sehingga menimbulkan rasa tidak suka dan tidak adanya rasa kasih sayang yang ditunjukkan terhadap anak-anaknya. Kekayaan dapat menjadi
seseorang untuk menghalalkan segala macam cara untuk bisa mendapatkannya seperti yang dilakukan oleh mertuanya Wiana.PadaLatar
sosial sahabat.Mimi yang tidak hanya disayang keluarganya, tetapi ia juga memiliki sahabat-sahabat yang sayang padanya yang selalu memberikan
dukungan terhadap Mimi. Pada latar social keluarga, kebencian yang dimiliki oleh Mimi tentang Ayahnya yang tidak bertanggung jawab sebagai
kepala rumah tangga. Latar sosial di lingkungan masyarakat, menunjukkan status Wiana sebagaisingle parent dianggap sebagai perempuan yang
merusak hubungan keluarga orang lain dan menjadi bahan sindiran temannya Mimi di sekolah.
Hasilanalisis secara struktural tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk mendeskripsikan citra wanita yang ditunjukkan oleh tokoh Wiana
dalam novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez. Pembahasan mengenal citra wanita tokoh Wiana terdiri dua hal, yaitu citra
diri wanita yang beraspek fisik dan psikis dan citra sosial yang beraspek keluarga dan masyarakat. Dalam pelaksanaanya, kedua hal tersbut saling
berkaitan satu sama lain yang membentuk citra wanita tokoh Wiana. Kedua, Hasil yang diperoleh dari analisis citra wanita tokoh Wiana
dapat disimpulkan sebagai berikut. 1, citra diri tokoh Wiana dalam aspek fisik tergambar sebagai wanita yang dewasa dikongkretkan dari ciri-ciri
fisik seperti menikah, hamil, mengandung, melahirkan, menyusui, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membesarkan dan merawat anaknya. Secara fisik pula tokoh Wiana menjaga penampilan agar terlihat tetap cantik dan melakukan kegiatan
sehari-hari yang menyangkut domestik kerumahtanggaan. 2, citra diri wanita tokoh Wiana dalam aspek psikis sebagai wanita yang dewasa
memiliki peran sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Tokoh Wiana merupakan perempuan makhluk yang mampu beraspirasi dan mempunyai
perasaan. Sejak kepergian suaminya Wiana dengan status single parent ia menjadi seorang ibu yang harus mandiri untuk menafkahi semua kebutuhan
anak-anaknya. Wiana menjadi seorang ibu yang tegas dalam mendidik anak-anaknya baik dalam lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan
anaknya, serta memiliki keputusan yang penuh tanggung jawab dan kebijaksanaan dalam menyikapi masalah dalam keluarganya.
Citra perempuan dalam aspek sosial di masyarakat, terlihat bahwa Wiana sebagai makhluk sosial yang mempunyai hubungan dengan pihak
lain baik masih dalam lingkungan keluarganya maupun dengan lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Dari hubungan kecil, yaitu antara perempuan
dan laki-laki, perempuan masih hidup dalam superioritas laki-laki dimana kekuasaan lebih didominasi oleh laki-laki seperti yang dialami oleh Wiana
yang harus mengalah terhadap suaminya yang memilih untuk menikahi perempuan yang lebih kaya dari Wiana. Pada kelompok masyarakat Wiana
tergambar sebagai wanita yang mempunyai peranan besar terhadap perkembangan di sekolah tempatnya mengajar. Selain itu, Tokoh Wiana
mampu menempatkan dirinya sebagai anggota masyarakat yang menghormati aturan lalu lintas yang berlaku di tempat tinggalnya
Ketiga, hasil analisis tokoh, penokohan, dan citra wanita dapat direlevansikan dalam pembelajaran satra di SMA kelas XI semester II.
Untuk mengetahui novel coock sebagai bahan pembelajaran sastra, maka digunakan tiga kriteria pemilihan bahan pembelajaran sastra, yaitu bahasa,
perkembangan psikologis, dan latar belakang budaya siswa. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa 1 dari aspek bahasa, penggunaan bahasa
yang mudah dipahami, penggunaan makna kiasan yang mampu membantu siswa dalam memahami gaya bahasa dalam bahasa indonesia.
Selain itu, pengarang juga menggunakan bahasa yang beragam seperti bahasa inggris, bahasa jawa yang kiranya dapat menambah pengetahuan
siswa. 2 dari aspek psikologi, siswa dapat mengambil yang mengandung nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu nilai-nilai kemanusiaan dan
pendidikan nilai yang baik untuk siswa SMA yang sedang mengalami penyesuaian perubahan psikologis dan siswa diharapkan dapat menemukan
nilai-nilai yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupannya kelak. 3 dari aspek budaya, menceritakan kehidupan latar sosial kehidupan keluarga dan
status sosial yang mudah dipahami siswa karena ceritanya yang diangkat dari kehidupan keluarga.
Hasil dari analisis tokoh, penokohan, latar dan citra wanita dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di sma kelas XI semester II.
Pembeajaran yang dimaksud mengacu pada silabus yang telah ditentukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan SK membaca:Memahami buku geografi, novel,dan hikayat. Kemudian disusun pada RPP yang akan dijadikan pedoman proses
pembelajaran dengan menganalisis unsur intrinsik tokoh, penokohan, dan latar serta nilai-nilai yang dapat diteladani dari tokoh utama dalam novel
5.2 Implikasi
Penelitian terhadap novel ini membuktikan bahwa citra wanita yang ditunjukkan Wiana dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra.
Melalui citra wanita yang ditunjukkan oleh tokoh Wiana pada novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaez, siswa tidak hanya membaca
karya sastra saja namun mampu memahami karya sastra yang dibacanya. Oleh karena itu, pengajar diharapkan memperhatikan dalam memberikan
materi pembelajaran terhadap siswa terutama dalam pengetahuan bahasa dan sastra agar keduanya seimbang. Dengan demikin, pembelajaran sastra
turut serta membekali siswa untuk memahami nilai-nilai moral, sosial, dan budaya yang tercermin melalui tokoh wiana yang dapat dijadikan teladan
dan pedoman hidup oleh siswaMembaca novel ini, siswa dapat dilatih untuk peka terhadap perubahan dalam masyarakat dan mampu menghayati
peranannya sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial.
5. 3 Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah dijelaskan, ada beberapa saran yang diajukan penulis, yaitu :