2.3 Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran sastra merupakan salah satu media yang baik untuk menumbuhkan karakter siswa. Menurut Rahmanto 1988: 16-19
menyatakan pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh dengan beberapa cara. Diantaranya, pertama membantu keterampilan
berbahasa yang dikuti dengan keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterampilan menyimak, bicara, dan menulis yang masing-
masing saling erat hubungannya. Kedua, meningkatkan pengetahuan budaya. Pengetahuan tersebut dapat merangsang siswa-siswa untuk
memahami fakta-fakta dalam karya sastra dan dipahami bukan hanya sekedar fakta-fakta tentang benda, tetapi fakta-fakta tentang kehidupan.
Pemahaman budaya dapat menumbuhkan rasa bangga,percaya diri dan rasa ikut memiliki. Yang ketiga, mengembangkan cipta dan rasa. Dalam
pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra, bersifat penalaran, afektif, bersifat sosial serta bersifat
yang religius. Tujuan pengajaran sastra adalah untuk beroleh pengalaman dan
pengetahuan tentang sastra. Tujuan untuk memperoleh pengalaman dalam pengajaran sastra ada dua, yaitu 1 tujuan untuk memperoleh pengalaman
sastra dan 2 tujuan untuk memperoleh pengetahuan sastra Rusyana, 1982: 6 - 8.
Menurut Rahmanto 1988: 27 - 33 ada tiga macam cara dalam
memilih bahan pengajaran yaitu:
1. Bahasa
Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. Sementara
perkembangan karya sastra melewati tahap-tahap yang meliputi banyak aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan
oleh masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu
penulisan, dan kelompok pembaca yang ingin di jangkau pengarang. Oleh karena itu, agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, Guru kiranya perlu
mengembangkan ketrampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahannya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya
Rahmanto, 1988: 27. Dalam praktek, ketepatan pemilihan bahan ini sering kurang
diperhatikan, dan dalam beberapa hal faktor-faktor kebahasaan memang sulit dipisahkan dari faktor-faktor lain. Meski demikian, seorang Guru
hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswa-siswanya sehingga berdasarkan pemahaman itu Guru dapat memilih materi yang
cocok untuk disajikan Rahmanto, 1988: 28. 2.
Psikologi Perkembangan psikologis dan taraf anak menuju kedewasaan ini
melewati tahap-tahap tertentu yang cukup jelas untuk dipelajari. Dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memilih pengajaran
sastra, tahap-tahap
perkembangan psikologis
hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat berpengaruh terhadap minat dan keanganan anak didik dalam banyak hal. Tahap
perkembangan psikologis ini sangat berpengaruh besar terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas,kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan
pemahaman situasi atau pemecahan problem yang dihadapi Rahmanto, 1988: 30.
Menurut Rahmanto 1988: 30 ada beberapa pentahapan dalam memahami tingkat perkembangan psikologi anak-anak yaitu:
1. Tahap Pengkhayal 8-9 Tahun.
Pada tahap ini, imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.
2. Tahap Romantik 10-12 Tahun.
Pada tahap ini, anak mulai menigkatkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana,
tetapi pada tahap ini anak telah menyenangi ceritera-ceritera kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.
3. Tahap realistik 13-16 tahun.
Sampai pada tahap ini,anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi,dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.
Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta- fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata.
4. Tahap generelisasi 16 tahun dan selanjutnya.