Analisis Elemen Pokok Wacana Argumentasi

90 dukungan dapat berupa pengalaman yang diyakini, pernyataan para pakar, hasil penelitian, atau hasil wawancara. Dengan demikian, jika dalam suatu kalimat terdapat kata, frasa danatau klausa yang merujuk pada subtansi yang terkandung dalam elemen pendukung, kalimat tersebut merupakan elemen pelengkap. Elemen pelengkap wacana argumentasi pada rangkaian kalimat “Identifikasi. Meningitis merupakan infeksi cairan otak sekaligus radang pada lapisan selaput otak dan korda spinalis bagian dari sistem saraf pusat. Secara umum, meningitis terdapat dua jenis yaitu meningitis viral dan meningitis bakterialis. Meningitis viral disebabkan virus, dapat menyebar melalui batuk, bersin dan lingkungan tidak higenis. Umumnya, meningitis virus tidak terlalu parah dan dapat hilang sendiri tanpa pengobatan spesifik ”L4.1, L4.2, L4.3, dan L4.4, 310315 merupakan elemen pendukung berupa hasil penelitian mengenai identifikasi penyakit meningitis. Rangkaian kalimat tersebut tergolong dalam elemen pendukung karena sesuai dengan indikator wacana argumentasi Abdul Rani 2004:40, yaitu berupa hasil peneitian. Selain itu, penulis juga merupakan seorang pakar dalam bidang kesehatan, hal ini juga memenuhi indikator yang menyebutkan bahwa elemen pendukung dapat berupa pernyataan oleh seorang pakar. 4.3.2.2 Elemen Modal Elemen pelengkap wacana argumentasi yang kedua adalah elemen modal. Modal pada wacana argumentasi dibedakan menjadi dua, yaitu modal sebagai penanda kepastian dan modal sebagai penanda kemungkinan. Adapun kata, frasa, atau keterangan digunakan sebagai penanda kepastian antara lain perlu, pasti, 91 tentu dan tentu saja, sedangkan penanda kemungkinan antara lain agaknya, kiranya, rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin, mungkin sekali, dan masuk akal. Dengan demikian, jika dalam suatu kalimat terdapat kata atau frasa seperti yang disebutkan di atas, kalimat tersebut merupakan elemen modal. Elemen pelengkap wacana argumentasi pada rangkaian kalimat “Untuk mengangkat kembali popularitas Mobil Esemka tentunya perlu dukungan banyak pihak ”E7.1, 100315 merupakan elemen modal, ditandai dengan adanya kata “tentunya”. Kalimat tersebut tergolong dalam elemen modal karena sesuai dengan indikator wacana argumentasi Abdul Rani 2004:40, yaitu dengan ditemukannya kata “tentunya”. Modal penanda kepastian ini mengindikasikan bahwa pernyataan yang dijelaskan penulis adalah sesuatu yang pasti ia yakini. 4.3.2.3 Elemen Sanggahan Elemen pelengkap wacana argumentasi yang ketiga adalah elemen sanggahan. Elemen sanggahan pada wacana argumentasi adalah lingkungan atau situasi di luar kebiasan yang dapat mengurangi atau menguatkan pernyataan. Jika suatu kondisi yang dapat melemahkan suatu pernyataan dapat dikontrol dengan menghadirkan elemen sanggahanpenolakan, kedudukan argumen semakin kuat. Penggunaan elemen sanggahan juga berarti membuat pernyataan lebih spesifik. Piranti kohesi yang digunakan untuk menandai elemen sanggahan antara lain kecuali, namun dan jika. Dengan demikian, jika dalam suatu kalimat terdapat kata atau frasa seperti yang disebutkan di atas, kalimat tersebut merupakan elemen sanggahan. 92 Elemen pelengkap wacana argumentasi pada rangkaian kalimat “Jika bukan termasuk penyelenggara negara, Budi Gunawan dalam menjalankan fungsinya kala itu mengatasnamakan apa? Jika kita merujuk Pasal 1 angka 1 Undang- undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ” F8.2, 170215 merupakan elemen sanggahan, teridentifikasi dengan adanya frasa “jika”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa pihak BG mengelak bahwa kala menjalankan tugasnya, BG bukanlah bertindak sebagai penyelenggara Negara, namun pembelaan tersebut bertentangan dengan pasal-pasal yang disebutkan pada kalimat di atas.

4.3.3 Analisis Pola Pengembangan Wacana Argumentasi

Pola pengembangan wacana ini terdiri dari enam pola. Enam pola ini diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu elemen pokok dengan dua elemen pelengkap dan elemen pokok dengan satu elemen pelengkap. Lebih jelasnya dapat dibaca pada uraian di bawah ini.

4.3.3.1 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Dua Elemen Pelengkap

Pola pengembangan wacana ini terdiri dari tiga elemen pokok dan dilengkapi dengan dua elemen pelengkap. Berdasarkan analisis data, ditemukan empat wacana yang memiliki pola pengembangan demikian. Dua wacana ini 93 diklasifikasi berdasarkan tiga macam pola, yaitu: 1 tiga elemen pokok dengan elemen pendukung dan modal, 2 tiga elemen pokok dengan elemen modal dan sanggahan, dan 3 tiga elemen pokok dengan elemen pendukung dan sanggahan. 4.3.3.1.1 Tiga Elemen Pokok dengan Dua Elemen Pelengkap PER-AL-PEM+PEN- MO Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, wacana yang memiliki pola tiga elemen pokok dengan dua elemen pelengkap pendukung dan modal ada satu. Wacana yang dimaksudkan berjudul “Menimbang Wacana Perppu Imunitas KPK”32.Wacana ini memuat ketiga elemen pokok lalu diperkuat dengan pendukung dan modal. 4.3.3.1.2 Tiga Elemen Pokok dengan Dua Elemen Pelengkap PER-AL-PEM+MO-SA Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, wacana yang memiliki pola tiga elemen pokok dengan dua elemen pelengkap modal dan sanggahan ada dua, yaitu wacana yang berjudul “Kaum Intelektual Harus Jadi Model Generasi Muda ”2001, dan “Nalar Sesat Peluang Remisi Untuk Koruptor”243. Wacana ini memuat ketiga elemen pokok lalu diperkuat dengan modal dan sanggahan. 4.3.3.1.3 Tiga Elemen Pokok dengan Dua Elemen Pelengkap PER-AL-PEM+PEN-SA Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, wacana yang memiliki pola tiga elemen pokok dengan dua elemen pelengkap pendukung dan sanggahan ada satu, yaitu wacana yang berjudul “Daulat Hukuman Mati di Indonesia”2402. 94 Wacana ini memuat ketiga elemen pokok lalu diperkuat dengan pendukung dan sanggahan. Tabel 4.4 Sample Hasil Analisis Wacana Argumentasi Pola PER-AL-PEM-PEN-SA No Kalimat Per Al Pem Pen Mo Sa 1 Daulat Hukuman Mati di Indonesia Pada era Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, kementerian yang paling sering mengeluarkan kebijakan kontroversial bisa jadi adalah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kemenkumham. V 2 Kebijakan kontroversial yang pernah dikeluarkan oleh kementerian itu di antaranya terkait pengesahan kepengurusan Partai Persatuan Pembangunan PPP versi Romahurmuziy dan pengesahan kepengurusan Partai Golongan Karya Golkar versi Agung Laksono. V 3 Teranyar, kementerian yang dinahkodai oleh kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP, Yasonna H Laoly itu berencana memperlonggar cara memperoleh pemotongan tahanan remisi bagi narapidana, tak terkecuali bagi narapidana korupsi. V 4 Manuver itu akan dilakukan melalui revisi Peraturan Pemerintah PP Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Masyarakat. V 5 Menurut Yasonna, setiap narapidana harus diberikan perlakuan sama sebagaimana norma Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. V 6 Itu artinya, besar kemungkinan keberadaan Pasal 34A PP Nomor 99 Tahun 2012 yang salah satunya mensyaratkan agar narapidana bersedia bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu membongkar perkara tindak pidana yang dilakukan bakal akan diamputasi. V

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM BERITA KASUS ANGELINA SONDAKH (KORUPSI WISMA ATLET) PADA SURAT KABAR HARIAN TRIBUN JOGJA DAN HARIAN JOGJA

0 3 137

PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 17

PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 11

PENDAHULUAN PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 2 19

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 8

PENUTUP PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 2 4

WACANA TENTANG BENCANA MERAPI DALAM ARTIKEL OPINI (Analisis Wacana Artikel Opini Bencana Alam Gunung Merapi Pada Surat Kabar Harian Kompas Periode Oktober – November 2010)

0 6 139

ANALISIS PEMAKAIAN KATA SERAPAN DAN ISTILAH ASING DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS Analisis Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012.

0 4 13

ANALISIS PEMAKAIAN KATA SERAPAN DAN ISTILAH ASING DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS Analisis Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012.

0 3 17

ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR JAWA POS PERIODE JANUARI 2012 SAMPAI BULAN APRIL 2012(Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Jawa Pos Periode Bulan Januari 2012 Sampai Bulan April 2012).

0 0 116