Analisis elemen pokok dan pelengkap wacana argumentasi dalam artikel Opini Harian Tribun Jogja periode Januari – April 2015.

(1)

viii ABSTRAK

Rahmawati, Fitriana. 2015. Analisis Elemen Pokok dan Pelengkap Wacana

Argumentasi dalam Artikel Opini Harian Tribun Jogja Periode Januari – April 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Fakultan Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini mengkaji tentang elemen pokok dan pelengkap wacana argumentasi dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini. Tujuan penelitian ini

adalah (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pokok wacana argumentasi, (2) mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pelengkap wacana argumentasi, dan

(3) mendeskripsikan pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel yang dimuat di harian Tribun Jogja.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa wacana dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini periode januari – april 2015. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi (baca dan catat).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) elemen pokok yang ditemukan dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini berupa elemen pernyataan, alasan dan pembenaran. Ketiganya terdapat dalam setiap wacana, (2) elemen pelengkap yang ditemukan adalah elemen pendukung, modal, dan sanggahan, namun tidak semua elemen tersebut terdapat di setiap wacana, (3) pola pengembangan wacana argumentasi ada enam macam. Tiga macam pola terdiri dari elemen pokok dengan dua elemen pelengkap, yaitu (PER-AL-PEM-PEN-MO), (PER-AL-PEM-MO-SA), dan (PER-AL-PEM-PEN-SA). Tiga macam pola lainnya terdiri dari elemen pokok dengan satu elemen pelengkap, yaitu PEM-PEN), (PER-AL-PEM-MO), dan (PER-AL-PEM-SA).


(2)

ix

ABSTRACT

Rahmawati, Fitriana. 2015. An Analysis on Main and Complementary Elements

in Argumentative Passages in Opinion Articles Tribun Jogja Daily Newspaper January – April 2015 Issues. Thesis. Yogyakarta:

Indonesian Literature Education Study program, Teachers’ Training and Education Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta This research examined the main and complementary elements in argumentative passages in the opinion column of Tribun Jogja Newspaper. This research was aimed to (1) describe kinds of main elements in argumentative passages, (2) describe kinds of complementary elements in argumentative passages, and (3) describe the development patterns of the argumentative passages in the articles written in Tribun Jogja Newspaper.

This research was a descriptive qualitative research. The data used in this research were in the forms of passages written in the articles of opinion column Tribun Jogja Newspaper January – April 2015 issues. The data used in this research were collected by conducting observations (reading and note-taking).

The results of this research showed that (1) the main elements found in articles of opinion columns Tribun Jogja Newspaper were in the forms of statements, reasons, and justifications. The all three were found in every passage, (2) the complementary elements found were supporting, auxiliary, and objection elements. But, not all of those elements were found in each passage, (3) there were six kinds of development patterns. Three patterns consisted of a main element and two complimentary elements, i.e. AL-PEM-PEN-MO), (PER-AL-PEM-MO-SA), an (PER-AL-PEM-PEN-SA). Three other patterns consisted of a main element and one complimentary element, i.e. (PER-AL-PEM-PEN), (PER-AL-PEM-MO), and (PER-AL-PEM-SA).


(3)

ANALISIS ELEMEN POKOK DAN PELENGKAP

WACANA ARGUMENTASI DALAM ARTIKEL OPINI

HARIAN TRIBUN JOGJA

PERIODE JANUARI

APRIL 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh

Fitriana Rahmawati 111224004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada Allah S.W.T.,

kedua orang tua saya, dan adik saya terkasih.


(7)

v MOTO

Menunda pekerjaan hanya akan menambah pekerjaan pada nantinya.

-Pepatah

Jepang-Don’t raise your voice, improve your argument.


(8)

(9)

(10)

-Unknown-viii ABSTRAK

Rahmawati, Fitriana. 2015. Analisis Elemen Pokok dan Pelengkap W acana

Argumentasi dalam Artikel Opini Harian Tribun Jogja Periode Januari April 2015. Skripsi. Yogyakarta: Program Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Fakultan Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini mengkaji tentang elemen pokok dan pelengkap wacana argumentasi dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pokok wacana argumentasi, (2) mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pelengkap wacana argumentasi, dan (3) mendeskripsikan pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel yang dimuat di harian Tribun Jogja.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa wacana dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini periode januari – april 2015. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi (baca dan catat).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) elemen pokok yang ditemukan dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini berupa elemen pernyataan, alasan dan pembenaran. Ketiganya terdapat dalam setiap wacana, (2) elemen pelengkap yang ditemukan adalah elemen pendukung, modal, dan sanggahan, namun tidak semua elemen tersebut terdapat di setiap wacana, (3) pola pengembangan wacana argumentasi ada enam macam. Tiga macam pola terdiri dari elemen pokok dengan dua elemen pelengkap, yaitu (PER-AL-PEM-PEN-MO), (PER-AL-PEM-MO-SA), dan (PER-AL-PEM-PEN-SA). Tiga macam pola lainnya terdiri dari elemen pokok dengan satu elemen pelengkap, yaitu PEM-PEN), (PER-AL-PEM-MO), dan (PER-AL-PEM-SA).


(11)

ix

ABSTRACT

Rahmawati, Fitriana. 2015. An Analysis on Main and Complementary

Elements in Argumentative Passages in Opinion Articles Tribun Jogja Daily Newspaper January April 2015 Issues. Thesis.

Yogyakarta: Indonesian Literature Education Study program, Teachers’ Training and Education Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research examined the main and complementary elements in argumentative passages in the opinion column of Tribun Jogja Newspaper. This research was aimed to (1) describe kinds of main elements in argumentative passages, (2) describe kinds of complementary elements in argumentative passages, and (3) describe the development patterns of the argumentative passages in the articles written in Tribun Jogja Newspaper.

This research was a descriptive qualitative research. The data used in this research were in the forms of passages written in the articles of opinion column Tribun Jogja Newspaper January – April 2015 issues. The data used in this research were collected by conducting observations (reading and note-taking).

The results of this research showed that (1) the main elements found in articles of opinion columns Tribun Jogja Newspaper were in the forms of statements, reasons, and justifications. The all three were found in every passage, (2) the complementary elements found were supporting, auxiliary, and objection elements. But, not all of those elements were found in each passage, (3) there were six kinds of development patterns. Three patterns consisted of a main element and two complimentary elements, i.e. AL-PEM-PEN-MO), (PER-AL-PEM-MO-SA), an (PER-AL-PEM-PEN-SA). Three other patterns consisted of a main element and one complimentary element, i.e. (PER-AL-PEM-PEN), (PER-AL-PEM-MO), and (PER-AL-PEM-SA).


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Elemen Pokok dan Pelengkap Wacana Argumentasi dalam Artikel Opini Harian Tribun Jogja Periode Januari–April 2015”.Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan, dan doa dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dari hal itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Kaprodi PBSI.

3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama membimbing skripsi.

4. Sulistiono, selaku manajer liputan di Tribun Jogja dan segenap karyawan Tribun Jogja yang telah memberikan data sebagai objek penelitian dan membimbing proses PPL Jurnalistik di lapangan.

5. Segenap dosen PBSI yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis. 6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menyediakan

buku referensi dalam penyusunan skripsi.

7. Orang tua saya tercinta, Suwandi dan Kamirah, serta adik saya, Yudhaningrum Fajar Saraswati yang senantiasa memberikan semangat dan doa.


(13)

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SKEMA ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Ruang Lingkup... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Bahasan Istilah ... 6

1.7 Sistematika Penyajian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...9

2.1 Penelitian yang Relevan...9

2.2 Kajian Teoretis...10

2.2.1 Pengertian Wacana ...11


(15)

xiii

2.2.1.2 Kohesi ...13

2.2.1.3 Koherensi ...13

2.2.1.4 Sasara ...13

2.2.1.5 Pesan ...13

2.2.1.6 Keadaan...14

2.2.1.7 Interteks...14

2.2.2 Jenis-jenis Wacana ...15

2.2.2.1 Wacana Deskripsi ...16

2.2.2.2 Wacana Eksposisi ...16

2.2.2.3 Wacana Argumentasi ...16

2.2.2.4 Wacana Persuasi...16

2.2.2.5 Wacana Narasi ...17

2.2.3 Kajian Analisis Wacana ...17

2.2.4 Wacana Argumentasi...18

2.2.4.1Wacana Argumentasi Menurut Abdul Rani...20

2.2.4.1.1 Pernyataan ...21

2.2.4.1.2 Alasan...21

2.2.4.1.3 Pembenaran ...21

2.2.4.1.4 Pendukung...21

2.2.4.1.5 Modal ...22

2.2.4.1.6 Sanggahan ...22

2.2.4.2Wacana Argumentasi Menurut Stephen Toulmin...23

2.2.4.2.1 Claims...23

2.2.4.2.2 Grounds...24

2.2.4.2.3 Warrants...24

2.2.4.2.4 Backing...24

2.2.4.2.5 Modal Qualifiers ...25

2.2.4.2.6 Possible Rebutals ...25

2.2.5 Artikel dan Opini ...26


(16)

xiv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...30

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ...30

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ...31

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...31

3.4 Instrumen Penelitian ...34

3.5 Teknik Analisis Data...34

3.6 Triangulasi ...36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...37

4.1 Deskripsi Data...37

4.2 Hasil Analisis Data ...39

4.2.1Analisis Elemen Pokok Wacana Argumentasi...39

4.2.1.1 Elemen Pernyataan...40

4.2.1.2 Elemen Alasan ...46

4.2.1.3 Elemen Pembenaran...56

4.2.2 Analisis Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi ...61

4.2.2.1 Elemen Pendukung...62

4.2.2.2 Elemen Modal ...66

4.2.2.3 Elemen Sanggahan ...69

4.2.3Analisis Pola Pengembangan Wacana Argumentasi...76

4.2.3.1 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Dua Pelengkap ...77

4.2.3.1.1 PER-AL-PEM + PEN-MO...77

4.2.3.1.2 PER-AL-PEM+MO-SA ...79

4.2.3.1.3 PER-AL-PEM+PEN-SA ...80

4.2.3.2 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Satu Pelengkap...81

4.2.3.2.1 PER-AL-PEM+PEN ...82

4.2.3.2.2 PER-AL-PEM+MO...83

4.2.3.2.3 PER-AL-PEM+SA ...84

4.3 Pembahasan...84

4.3.1 Analisis Elemen Pokok Wacana Argumentasi...85


(17)

xv

4.3.1.2 Elemen Alasan ...87

4.3.1.3 Elemen Pembenaran...87

4.3.2 Analisis Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi ...89

4.3.2.1 Elemen Pendukung...89

4.3.2.2 Elemen Modal ...90

4.3.2.3 Elemen Sanggahan ...91

4.3.3Analisis Pola Pengembangan Wacana Argumentasi ...92

4.3.3.1 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Dua Pelengkap ...92

4.3.3.1.1 PER-AL-PEM + PEN-MO...93

4.3.3.1.2 PER-AL-PEM+MO-SA ...93

4.3.3.1.3 PER-AL-PEM+PEN-SA ...93

4.3.3.2 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Satu Pelengkap...97

4.3.3.2.1 PER-AL-PEM+PEN ...97

4.3.3.2.2 PER-AL-PEM+MO...98

4.3.3.2.3 PER-AL-PEM+SA ...98

BAB V PENUTUP...101

5.1 Kesimpulan ...101

5.2 Saran ...102

DAFTAR PUSTAKA ...103

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...105


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Koding Data yang Digunakan dalam Penelitian ...33 Tabel 3.2 Format Analisis Elemen Pokok dan Elemen Pelengkap Wacana

Argumentasi pada Artikel Opini ...34 Tabel 3.3 Keterangan Kode Nama-nama Elemen Wacana Argumentasi ...34 Tabel 4.1 Deskripsi Data Analisis Elemen Pokok dan Elemen

Pelengkap Wacana Argumentasi...38 Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Pola Pengembangan

Tiga Elemen Pokok dengan Dua Elemen Pelengkap...77 Tabel 4.3 Hasil Analisis Data Pola Pengembangan

Tiga Elemen Pokok dengan Satu Elemen Pelengkap ...81 Tabel 4.4 Sample Hasil Analisis Wacana Argumentasi

Pola PER-AL-PEM-PEN-SA...94 Tabel 4.5 Sample Hasil Analisis Wacana Argumentasi


(19)

i

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Berpikir Analisis Wacana Argumentasi Berdasarkan

Penalaran Abdul Rani ... 29


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Surat kabar merupakan media cetak yang di dalamnya memuat berbagai macam informasi. Informasi mengenai politik, ekonomi, sosial, teknologi, kesehatan, dan budaya tersaji di dalamnya. Bentuk penyajian informasi di dalam surat kabar digolongkan atas beberapa jenis, yaitu berita, artikel, tajuk, dan opini.

Beberapa jenis penyajian informasi yang terdapat di dalam surat kabar tersebut digolongkan berdasarkan siapa penulisnya, misalnya opini. Opini merupakan wacana yang ditulis oleh seseorang yang tidak bekerja dalam sebuah lembaga penerbitan yang bersangkutan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Opini adalah pikiran atau tanggapan seseorang tentang suatu hal.

Landasan seseorang menulis opini di surat kabar adalah untuk menyampaikan pikiran atau tanggapan penulis mengenai suatu hal kepada pembaca dengan cara meyakinkannya. Upaya yang ditempuh dalam meyakinkan pembaca adalah dengan membubuhkan bukti konkrit, alasan-alasan dan contoh yang dapat memperkuat pendapat penulis.

Atas landasan tersebut maka opini sejalan dengan tujuan wacana argumentasi yaitu wacana yang bertujuan meyakinkan pembaca agar menerima pernyataan yang disampaikan penulis. Kekuatan argumen penulis pada dasarnya terletak pada kemampuan dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu pernyataan, alasan dan pembenaran (Abdul Rani, 2004:37).


(21)

Wacana argumentasi ialah wacana yang isinya terdiri atas paparan alasan dan penyitensisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Wacana argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberi alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan (Yoce Aliah Darma, 2014:36).

Menurut Abdul Rani, wacana argumentasi tersusun atas beberapa elemen. Elemen sendiri diklasifilasikan menjadi dua jenis yaitu elemen pokok dan elemen pelengkap. Elemen pokok terdiri atas pernyataan, alasan, dan pembenaran, sedangkan elemen pelengkap terdiri atas pendukung, modal, dan sanggahan.

Berkaitan dengan elemen pembentuk wacana argumentasi, maka diperlukan adanya sebuah penelitian yang mengkaji penggunaan dan pola pengembangan elemen yang digunakan oleh penulis yang dipublikasikan lewat surat kabar. Penelitian tersebut diperlukan untuk memperoleh gambaran penggunaan elemen pokok dan pelengkap oleh penulis wacana argumentasi.

Usaha untuk meneliti elemen yang terdapat dalam wacana argumentasi, penulis menggunakan kajian analisis wacana dan kajian wacana argumentasi sebagai dasar teori. Sedangkan objek penelitian diambil dari artikel yang terdapat pada surat kabar Tribun Jogja kolom opini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun perumusan masalahnya adalah “apa saja bentuk-bentuk elemen wacana argumentasi pada artikel opini harian


(22)

pagi Tribun Jogja periode Januari hingga April 2015?”. Berdasarkan rumusan masalah utama tersebut, kemudian disusun submasalah sebagai berikut.

1. Apa saja bentuk-bentuk elemen pokok wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015?

2. Apa saja bentuk-bentuk elemen pelengkap wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015?

3. Bagaimana pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan elemen wacana argumentasi pada artikel yang dimuat di harian Tribun Jogja kolom opini pada bulan Januari hingga April 2015. Atas dasar tujuan utama tersebut, kemudian disusun tujuan bawahan yang ingin dicapai sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pokok wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015.


(23)

2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk elemen pelengkap wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015.

3. Mendeskripsikan pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015.

1.4 Ruang Lingkup

Penelitian mengenai Analisis Elemen Pokok dan Pelengkap Wacana Argumentasi dalam Artikel Opini Harian Tribun Jogja Periode Januari - April 2015 memiliki empat ruang lingkup, diantaranya:

1. Penelitian ini mendeskripsikan keberadaan elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015.

2. Penelitian ini mendeskripsikan pola elemen pengembangan wacana argumentasi pada artikel opini yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015.

3. Penelitian ini juga mendeskripsikan pola pengembangan wacana argumentasi.

4. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif

5. Penelitian ini mengkaji data artikel yang terbit bulan Januari hingga April 2015.


(24)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangsih dalam hal informasi mengenai elemen pengembang wacana argumentasi yang digunakan masyarakat. Adapun penjabarannya sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi mahasasiswa dalam mencari gambaran konkret mengenai pola pengembangan wacana argumentasi yang terdapat pada surat kabar. Hasil dari penelitian ini, mahasiswa diharapkan mampu memproduksi wacana argumentasi dengan tepat, yang mana dalam penyususunannya memperhatikan kaidah penulisan wacana yang baik. Hal itu dimaksudkan agar mahasiswa, khususnya yang mengambil program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, menjadi pelopor penggerak kebebasan berpendapat melalui wacana argumentasi di media massa. 2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi mahasiswa yang memilih topik sama dan dapat mengembangkannya demi kemajuan dalam bidang bahasa, khususnya dalam kajian teori analisis wacana terutama wacana argumentasi. Dengan demikian, pemahaman mengenai wacana argumentasi dapat digali lebih dalam lagi.


(25)

1.6 Batasan Istilah 1. Wacana

Wacana sebagai (1) komunikasi verbal; percakapan, (2) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesantunan, (3) satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti: novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah, (4) kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat, (5) pertukaran ide secara verbal (KBBI, 1997:1265)

2. Argumentasi

Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap penulis. Corak seperti ini adalah hasil penilaian, pembelaan dan timbangan baku. (Yoce Aliah Darma dalam Analisis Wacana Kritis, 2014:36).

3. Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi ialah wacana yang isinya terdiri atas paparan alasan dan penyitesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Wacana argumentasi ditulis dengan maksud untuk memberi alasan,


(26)

untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Jadi, pada setiap wacana argumentasi selalu terdapat alasan (argumen) ataupun bantahan yang memperkuat aaupun menolak sesuatu secara demikian rupa guna mempengaruhi keyakinan pembaca. (Yoce Aliah Darma, 2014:37).

4. Artikel

Artikel merupakan satu karangan faktual tentang sesuatu soal secara lengkap, yang panjangnya tak tentu, untuk dimuat di surat kabar, majalah, bulletin, dan sebagainya dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan guna meyakinkan, mendidik, atau menghibur. Artikel identik dengan opini atau pendapat, yaitu karangan prosa dalam media massa yang membahas persoalan secara lugas (Widharyanto, 2005:82).

1.7 Sistematika Penyajian

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I membahas tentang pendahuluan. Di dalam pendahuluan ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penyajian.

Bab II adalah landasan teori yang berisi tiga subab, yaitu penelitian yang relevan, kajian pustaka, dan kerangka berpikir. Peneitian yang relevan memiliki hubungan dengan penelitian yang kali ini diambil, sedangkan kajian pustaka berisi teori-teori yang akan digunakan peneliti untuk menganalisis data. Kerangka berpikir berfungsi sebagai gambaran peneliti dalam melakukan analisis.


(27)

Bab III merupakan metodologi penelitian. Pada bab ini berisi lima subbab. Kelima subab ini adalah pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV berisi analsis data dan pembahasan mengenai elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi dalam artikel harian Tribun Jogja kolom opini periode Januari – April 2015. Bab V berisi kesimpuan dari hasil penelitian serta saran yang diberikan peneliti untuk para pembaca – mahasiswa, dosen dan/atau guru Bahasa Indonesia, serta peneliti yang lain.


(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang peneliti ambil adalah penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Dawud (2008) yang berjudul Penalaran dalam Karya Tulis Populer Argumentasi. Penelitian tersebut termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dawud adalah ditemukannya (1) unsur pembangun penalaran, (2) bentuk penalaran, dan (3) pola penalaran karya tulis argumentatif. Unsur pembangun penalaran argumentasi terdiri dari pendirian, bukdi dan penyimpulan. Bentuk penalaran yang ditemukan yaitu skema asosiatif dan dissosiatif. Adapun pola penalaran dalam tulis populer argumentatif dapat digolongkan atas penalaran yang berpola rumit, yakni penalaran yang terdiri atas dua bukti secara bebas mendukung sebuah pendirian, dua atau tiga bukti secara kombinasi mendukung sebuah pendirian, dan penalaran rumit mata rantai yang berupa rangkaian sebuah bukti mendukung sebuah pendirian bawahan serta pendirian bawahan itu mendukung sebuah pendirian utama.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Dawud, penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang peneliti ambil adalah penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Faridatul Umami dkk (2012) yang berjudul Analisis Karangan Argumentasi Siswa Kelas XI SMKN 12 Malang Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian tersebut Umami termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Hasil


(29)

penelitian ini adalah karakteristik yang sering muncul di tiap karangan yaitu claim, ground, warrant, support, dan qualifier, sedangkan qualifier tidak banyak ditemukan dalam karangan argumentasi siswa. Kesamaan penelitian dari Dawud dengan penelitian kali ini yaitu sama-sama menghasilkan pola pengembangan wacana argumentasi. Adapun kesamaan penelitian Umami dkk dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis elemen wacana argumentasi. Perbedaannya, penelitian kali ini dilakukan untuk menganalisis elemen wacana argumentasi dan pola pengembangannya pada surat kabar Tribun Jogja menurut teori yang dipaparkan Abdul Rani.

2.2 Kajian Teoretis

Penelitian analisis elemen pokok wacana argumentasi dalam artikel harian Tribun Jogja merupakan penelitian bidang linguistik yang mengkaji bahasa dari sudut pandang analisis wacana. Teori yang akan digunakan pada pembahasan di bawah ini digunakan sebagai landasan untuk memecahkan persoalan elemen pengembangan dan pola elemen pengembangan wacana argumentasi. Kajian teori analisis wacana digunakan sebagai landasan meneliti elemen pengembangan wacana argumentasi. Jelasnya, kajian teoretisnya sebagai berikut.

2.2.1 Pengertian Wacana

Wacana adalah bahasa di atas kalimat atau di atas klausa (Stubs dalam Schiffin, 2007:28). Definisi wacana yang berasal dari paradigma formalis memandang wacana sebagai kalimat-kalimat, sementara paradigma fungsionalis


(30)

memandang wacana sebagai penggunaan bahasa. Wacana merupakan tuturan dalam bentuk lisan atau tulisan yang membentuk suatu kesatuan makna yang utuh (Halliday & Hasan, 1976).

Menurut pemikiran Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Dengan kata lain, Hawthorn mendeskripsikan wacana sebagai sebuah bentuk informasi yang didistribusikan dari pembicara kepada pendengar yang tujuannya disesuaikan dengan kebutuhan sosial pembicara dan pendengar yang bersangkutan.

Brown dan Yule (1996:53) mengemukakan bahwa para ahli sosiolinguistik dalam mendefinisikan wacana terutama memperhatikan struktur interaksi sosial yang dinyatakan dalam percakapan dan deskripsi-deskripsi mereka yang menitikberatkan pada ciri-ciri koteks sosial, terutama dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi sosiologis. Berdasarkan sudut pandang tersebut ciri-ciri dan sifat wacana adalah (1) wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur, (2) wacana mengungkapkan suatu hal (subjek), (3) penyajiannya teratur, sistematis, koheren, dan lengkap degan semua situasi pendukugnya, (4) memiliki satu keatuan misi dalam rangkaian itu, (5) dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental.

Wacana dapat berupa rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian tindak tutur. Wacana mengungkapkan suatu hal (subjek), penyajiannya teratur, sistematis, koheren, dan lengkap dengan semua situasi pendukungnya. Memiliki


(31)

satu kesatuan misi dalam rangkaian itu. Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmetal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana sebagai (1) komuniasi verbal; percakapan, (2) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan, (3) suatu bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti: novel, buku, artikel, pidato atau khotbah, (4) kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberi pertimbangan berdasarkan akal sehat, (5) pertukaran ide secara verbal (KBBI, 1997:1265).

Selain beberapa uraian yang telah disebutkan sebelumnya, ada sisi lain yang erat hubungannya dengan wacana, yaitu unsur-unsur wacana. Unsur-unsur wacana meliputi unsur internal dan unsur eksternal. Unsur internal di antaranya adalah kata, kalimat, teks, dan koteks, sedangkan unsur eksternal meliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, konteks. Selain unsur wacana, hal lain yang terkandung dalam sebuah wacana adalah prinsip wacana. Yoce Aliah Darma (2014:7) menjelaskan ada tujuh prinsip wacana. Prinsip-prinsip wacana yang dimaksud adalah sebagai berikut.

2.2.1.1 Tujuan

Selain wacana yang dihasilkan harus mempuyai tujuan karena tujuanlah yang menentukan jenis wacana yang digunakan. Tujuan sangat penting untuk memilih teknik penyampaian wacana apakah naratif, deskriptif, eksposisi, argumentasi, ataupun persuasi. Tujuan juga menentukan bentuk wacana pidato,


(32)

ceramah, surat resmi atau tidak resmi dan sebagainya (Yoce Aliah Darma, 2014:7).

2.2.1.2 Kohesi

Kohesi merupakan keserasian hubungan antara unsur linguistik dengan unsur linguistik yang lain dalam sebuah wacana. Kohesi dapat ditinjau dari hubungan antar kata, frasa atau kalinat dengan sesuatu perkataan dalam wacana tersebut. Kohesi dapat mewujudkan kesinambungan antara sebagian teks dengan bagian teks yang lain sehingga membentuk suatu kesatuan (Yoce Aliah Darma, 2014:7).

2.2.1.3 Koherensi

Koherens merupakan kesinambungan ide yang terdapat dalam sebuah wacana sehingga menjadi satu teks yang bermakna. Koherensi merupakan asas dalam pengembangan wacana karena tanpa makna, teks tidak dianggap sebagai wacana (Yoce Aliah Darma, 2014:7).

2.2.1.4 Sasaran

Sebuah wacana perlu mempunyai pendegar atau pembaca yang merupakan sasaran wacana tersebut. Penentuan saran ini sangat penting sebab akan berpengaruh terhadap keterpahaman wacana yang akan dibuat (Yoce Aliah Darma, 2014:7).

2.2.1.5 Pesan

Setiap wacana perlu mempunyai pesan/isi. Pesan atau isi wacana adalah pokok permasalahan yang ingin disampaiakan seorang pembuat wacana kepada sasaran wacana (Yoce Aliah Darma, 2014:7).


(33)

2.2.1.6 Keadaan

Sebuah wacana perlulah sesuai dengan keadaan. Kesesuaian itu menjadikan wacana relevan dengan situasi ujaran. Pemilihan kata, frasa dan susunan kalimat yang tepat sangat penting untuk menjadikan sesuatu wacana itu sesuai dengan keadaan (Yoce Aliah Darma, 2014:7).

2.2.1.7 Interteks

Interteks artinya sebuah teks bergantung kepada wacana yang lain. Melalui interteks, sebuah wacna lebih mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Keterpahaman seseorang terhadap wacana yang dibaca atau didengar akan membantu pencapaian tujuan wacana (Yoce Aliah Darma, 2014:7).

Selain jenis-jenis wacana yang telah disebutkan sebelumnya, hal yang juga penting kita perhatikan dalam wacana adalah unsur-unsur menandai terjadinya wacana. Dell Hymes dalam Analisis Wacana Kritis (2014:67) mengemukakan unsur-unsur yang menandai terjadinya wacana dengan istilah SPEAKING. SPEAKING merupakan kepanjangan dari S: setting dan scena (tempat berbicara dan suasana yang melatari teks muncul), P: participant (pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa), E: ends (tujuan teks), A: act (peristiwa kemunculan teks), K: key (ragam bahasa), I: instrument (alat atau media yang digunakan), N: norm (aturan atau nilai-nilai), dan G: genre (jenis wacana apa yang melatari teks muncul).


(34)

2.2.2 Jenis-jenis Wacana

Jenis-jenis wacana ada banyak macamnya. Beberapa macam wacana digolongkan dalam kategori tertentu. Kategori tersebut dianatara jenis-jenis wacana berdasarkan jumlah penutur, media, tujuan, sifat, maupun isinya.

Wacana berdasarkan jumlah penutur dibedakan menjadi dua jenis yaitu wacana monolog dan dialog. Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturakan oleh satu orang. Umumnya, wacana monolog tidak menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap pendengar atau pembaca. Penuturannya bersifat satu arah, yaitu pihak penutur (Mulyana, 2005:53). Wacana dialog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih. Jenis wacana ini dapat berbentuk tulis dan lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk yang sama dengan wacana drama (Mulyana, 2005:53).

Selain itu, Mulyana juga menerangkan ragam wacana berdasarkan media. Wacana berdasarkan media, seperti yang telah disinggung sebelumnya, dibedakan menjadi dua yaitu tulis dan lisan. Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Lain dari itu, wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dengan bahasa verbal.

Wacana berdasarkan tujuan komunikasi dibedakan menjadi lima, yaitu wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Masing-masing dari bentuk wacana tersebut memiliki karakteristik sendiri, namun realitanya, kelima jenis wacana tersebut tidak dapat dipisahkan secara murni. Sebab, bisa jadi sebuah wacana eksposisi terdapat bentuk wacana deskripsi di dalamnya. Berikut


(35)

merupakan penjelasan singkat mengenai spesifikasi kelima jenis wacana tersebut menurut Abdul Rani.

2.2.2.1 Wacana Deskripsi

Wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang suatu hal. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana tersebut adalah emosi (Abdul Rani, 2004:37-45).

2.2.2.2 Wacana Eksposisi

Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yag bersangkutan memahaminnya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikutioleh penerima (Abdul Rani, 2004:37-45).

2.2.2.3 Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional (Rottenberg, 1988:9). Sebuah wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversi anatara mitra tutur dan penutur (Abdul Rani, 2004:37-45).

2.2.2.4 Wacana Persuasi

Wacana persuasi merupakan wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya. Penutur


(36)

biasanya menggunakan segala upaya yang memungkinkan mitra tutur terpengaruh.

2.2.2.3 Wacana Narasi

Wacana narasi merupakan jenis wacana yang berisi cerita. Di dalam narasi terdapat unsur-unsur cerita yang amat penting, seperti waktu, pelaku, dan peristiwa. Wacana ini biasanya digunakan untuk menggerakkan aspek emosi (Abdul Rani, 2004:37-45).

2.2.3 Kajian Analisis Wacana

Analisis wacana merupakan kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat. Wacana sendiri tidak hanya sebatas teks tulis saja, wacana memiliki arti yang lebih luas yaitu mencakup tulis dan lisan. Analisis wacana (AW) adalah cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, Yoce Aliah (2014:10-11).

Kajian ini tidak hanya mengulas dalam hal bahasa, tetapi juga dalam berbagai lapangan kajian yang lain. Jika dalam linguistik, analisis wacana merujuk pada kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat yang memusatkan perhatian pada aras lebih tinggi dari hubungan ketatabahasaan (grammatical), dalam sosiologi, analisis wacana merujuk pada kajian hubungan konteks sosial dengan pemakaian bahasa. Istilah analisis wacana pertama kali diperkenalkan oleh Zelling S. Harris (1952) yang mengawali pencarian terhadap kaidah-kaidah bahasa yang akan menjelaskan bagaimana kalimat-kalimat dalam suatu teks dihubungkan oleh semacam tata bahasa yang diperluas (Oetomo, 1993:6).


(37)

Analisis wacana dapat dilakukan pada wacana dialog maupun monolog. Analisis wacana dialog dispesifikiasi lagi menjadi dua macam yaitu analisis pada dialog sesungguhnya dan dialog teks. Analisis wcana dialog merupakan analisis wacana spontan yang mana penuturnya tidak terikat pada teks yang ditunjang dengan segala situasinya dan dilakukan secara tatap muka.

Hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam analisis wacana dialog, yaitu aspek (1) kerjasama partisipan percakapan, (2) tindak tutur, (3) penggalan percakapan, (4) pembukaan dan penutup percakapan, (5) percakapan lanjutan, (6) sifat rangkaian percakapan, (7) unsur tatabahasa, (8) alih kode, (9) giliran, dan topic percakapan. Lain dari itu, hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam analisis wacana monolog adalah hal-hal yang berhubungan dengan (1) rangkaian dan kaitan tuturan, (2) perujukan, juga (3) pola dan pengembangan wacana, Yoce Aliah (2014:41-42).

2.2.4 Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional (Rottenberg, 1988:9). Salmon (1984:8) mendefinisikan argumentasi sebagai perangkat kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga beberapa kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat yang terdapat dalam perangkat itu.


(38)

Sebuah teks atau wacana, dikategorikan sebagai sebuah argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversi antara penutur dan mitra tutur. Berangkat dari isu dasar tersebut, penutur berusaha untuk menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar). Biasanya, suatu topik diangkat karena memiliki nilai, seperti indah, benar, baik, berguna, efektif, atau sebaliknya.

Tujuan wacana argumentasi adalah meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, untuk itu selain mengungkapkan pernyataan yang logis, wacana ini baik bila berisi ulasan yang kritis dan sistematis. Bukti-bukti yang ditunjukkan dalam wacana argumentasi dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikannya sehigga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis.

Berikut ini penjelasan mengenai wacana argumentasi menurut Yoce Aliah Darma (Analisis Wacana Kritis, 2014:37). Wacana argumentasi dikembangkan dengan dua teknik, yaitu: (1) teknik induktif dan (2) teknik deduktif. Pengembangan argumentasi dengan teknik induktif adalah penyususnan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. Adapun pengembangan argumentasi dengan cara deduktif dimulai dnegan suatu kesimpulan umum yang kemudian disusul uraian mengenai hal-hal yang khusus. Alasan-alasan atau bukti-bukti yang terdapat dalam argumentasi deduktif disebut premis.

Sistem penalaran deduktif disebut juga silogisme (syllogism). Bentuk silogisme ini terdiri atas tiga bagian: dua premis diikuti sebuah kesimpulan.


(39)

Premis pertama sebagai premis mayor membuat pernyataan umum tentang sesuatu (sebuah objek, ide, suatu keadaan). Premis kedua disebut premis minor yang berisi lebih lanjut tentang sebuah terem (term) dalam premis mayor. Premis minor ini merupakan proposisi yang mengidentifikasi sebuah peristiwa (fenomena) yang khusus sebagai anggota kelas tadi.

Kekuatan argumen penulis pada dasarnya terletak pada kemampuan dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu pernyataan, alasan, dan pembenaran. Pernyataan mengacu pada kemampuan penutur menentukan posisi. Alasan mengacu pada mengacu pada kemampuan penutur untuk mempertahankan pernyataanya dengan memberikan alasan-alasan yang relevan. Pembenaran mengacu pada kemampuan penutur dalam menunjukkan hubungan antara pernyataan dan alasan.

2.2.4.1 Wacana Argumentasi Menurut Abdul Rani

Wacana argumentasi, menurut Abdul Rani dalam buku Analisis Wacana (2004:40), tersusun atas beberapa elemen. Rani membaginya menjadi dua golongan, yaitu elemen pokok dan elemen pelengkap. Elemen pokok wacana argumentasi ada tiga, yaitu pernyataan, alasan dan pembenaran, sedangkan pelengkapnya adalah pendukung, modal dan sanggahan. Berikut ini merupakan deskripsi dari elemen pokok dan pelengkap wacana argumentasi dalam Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian:


(40)

2.2.4.1.1 Peryataan (PER)

Pernyataan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh penutur dan dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan alasan-alasan mendasar yang dapat dibuktikan. Pernyataan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh penutur. Ada tiga macam pernyataan, yaitu pernyataan tentang fakta, pernyataan tentang nilai, dan pernyataan tentang kebijakan (Rani, 2004:39).

2.2.4.1.2 Alasan (AL)

Alasan adalah bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk mendukung pernyataan. Alasan atau bukti pendukung dapat berupa data statistik, contoh, ilustrasi, penalaran, observasi eksperimental, dan materi ilmu pengetahuan umum, maupun pengujian. Kesemua alasan itu digunakan untuk mendukung pernyataan (Rani, 2004:39).

2.2.4.1.3 Pembenaran (PEM)

Pembenaran adalah pernyataan yang menunjukkan kaidah-kaidah umum untuk mempertahankan pernyataan. Pembenaran sebagai jembatan penghubung antara pernyataan dan alasan. Dengan alasan dan pernyataan, pembenaran dapat dipertahankan dan diterima secara rasional (Rani, 2004:39).

2.2.4.1.4 Pendukung (PEN)

Dukungan adalah kriteria yang digunakan untuk membenarkan pernyataan yang dikemukakan dalam pembenaran. Dalam hal ini, dukungan dapat berupa pengalaman yang diyakini, pernyataan para pakar, hasil penelitian, atau hasil wawancara (Rani, 2004:40).


(41)

2.2.4.1.5 Modal (MO)

Modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal sebagai penanda kepastian dan modal sebagai penanda kemungkinan. Adapun kata, frasa, atau keterangan digunakan sebagai penanda kepastian antara lain perlu, pasti, tentu dan tentu saja. Adapaun, penanda kemungkinan antara lain agaknya, kiranya, rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin, mungkin sekali, dan masuk akal. (Rani, 2004:40).

2.2.4.1.6 Sanggahan (SA)

Sanggahan adalah lingkungan atau situasi di luar kebiasan yang dapat mengurangi atau menguatkan pernyataan. Jika suatu kondisi yang dapat melemahkan suatu pernyataan dapat dikontrol dengan menghadirkan elemen sanggahan/penolakan, kedudukan argumen semakin kuat. Tentunya, sanggahan tersebut harus benar-benar kuat pula. Penggunaan elemen sanggahan juga berarti membuat pernyataan lebih spesifik. Piranti kohesi yang digunakan untuk menandai elemen sanggahan antara lain kecuali, namun dan jika (Rani, 2004:39). Contoh wacana argumentasi mengandung elemen pokok.

(Per) Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, anatra lain dengan memberikalatihan secara intensif dalam menyusun argument. Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. (Al) Makalah mahasiswa S1 mengandung argumen-argumen yang rancu berpikir kritis ditandai kemampuan menggunakanbahasa secara jelas dan tepat. (Pem) Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran baik.

Sumber: Analisis Wacana sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian, Rani (2004:42).


(42)

Contoh wacana argumentasi mengandung elemen pokok dan pelengkap.

(Per) Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, anatra lain dengan memberikalatihan secara intensif dalam menyusun argument. Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. (Al) Makalah mahasiswa S1 mengandung argumen-argumen yang rancu berpikir kritis ditandai kemampuan menggunakanbahasa secara jelas dan tepat. (Pem) Berpikir kritis ini tampak pada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran baik. (Pen) Penelitian teopilus membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara kemampuan akademik mahasiswa dalam matakulian logika dengan kemampuan akademik mahasiswa dalam matakuliah mengarang. (Mo) Dengan demikian, dapat dipastikan pelatihan dapat meningkatkan kualitas argument. Namun, jika terdapat faktor-faktor di luar, seperti keterbatasan fisik, kelemahan atau kelambatan berpikir ada pada diri mahasiswa maka usaha meningkatkan kualitas berpikir kritis akan terganggu.

Sumber: Analisis Wacana sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian, Rani (2004:42).

2.2.4.2 Wacana Argumentasi Menurut Stephen Toulmin

Sejalan dengan pemikiran Abdul Rani, Stephen Toulmin et al juga memaparkan bagian-bagian dari wacana argumentasi yang diklasifikasikan menjadi enam elemen. Toulmin dalam An Introduction to Reasoning menyebutkan bahwa elemen argumentasi terdiri atas claim, grounds, warrants, backing, modal qualification, dan possible rebuttals (1979:25).

2.2.4.2.1 Claim (C)

Claims atau juga disebut dengan pernyataan merupakan titik awal kita

dalam mengungkapkan sebuah argument. Toulmin memaparkan “there is always

some „destination‟ we are invited to arrive at, and the first step in analyzing and


(43)

destination is” (1979:25). Dalam kutipan tersebut disebutkan bahwa claims ini juga memuat tujuan yang hendak dicapai penulis, hal itu sama halnya dengan yang disebutkan oleh Abdul Rani.

2.2.4.2.2 Grounds (G)

Grounds atau juga disebut dengan alasan merupakan kalimat yang menguraikan bukti-bukti atau contoh yang memperkuat pernyataan yang disampaikan sebelumnya. Toulmin menjelaskan, “these grounds may comprise experimental observations, matters of common knowledge, statistical data, personal testimony, previously established claims, or other comparable factual

data” (1979:25). Alasan yang dimaksudkan Toulmin tersebut dapat berupa hasil observasi, ilmu pengetahuan, data statistik, penelitian pribadi, dan sebagainya. 2.2.4.2.3 Warrants (W)

Warrants atau disebut juga dengan pembenaran merupakan uraian kalimat yang berisi kaidah-kaidah umum yang dapat memperkuat pernyataan sebelumnya.

“Steps from grounds to claims are „warranted‟ in different ways in law, in science, in politics, and elsewhere” (1979:26), kutipan tersebut menjelaskan bahwa pembenaran dapat berupa ketentuan dari sebuah hukum, politik, dan lain sebagainya.

2.2.4.2.4 Backing (B)

Backing atau pendukung merupakan uraian kalimat yang di dalamnya memuat dukungan sehingga menguatkan elemen pembenaran. Seperti yang disebutkan Abdul Rani, Toulmin menjelaskan bahwa pendukung dapat berupa sesuatu yang memiliki kebenaran yang valid.


(44)

2.2.4.2.5 Qualifiers (Q)

Modal qualifiers atau disebut juga “pemberi sifat modal” merupakan elemen yang dapat diidentifikasi dengan adanya kata atau frasa tertentu. Toulmin (1979:26) menerangkan, kata-kata pemberi sifat modal di antaranya usually, possibly, barring accidents, dan sebagainya.

2.2.4.2.6 Rebuttals (R)

Possible rebuttals atau disebut juga “kemungkinan sanggahan” merupakan elemen terakhir dari argumentasi. “Any except a certain or necessary argument is open to rebuttal. Such rebuttals may in some cases be very unlikely and hard to foresee, but we can understand the rational merits of the arguments in question fully only if we recognize under what circumstances (rare but possible) they might prove unreliable,” Toulmin (1979:26). Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa sanggahan pada argumentasi merupakan elemen yang membuka tangkisan atau penolakan. Elemen ini membuat pembaca untuk kembali berpikir ulang mengenai keadaan yang mungkin tidak dapat dipercaya.

Beranjak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional. Wacana argumentasi akan semakin kuat jika didukung dengan alasan-alasan yang kuat dengan menunjukkan data-data statistik, contoh, dan fakta lainnya.

Atas dasar pemikiran tersebut maka wacana argumentasi merupakan sebuah jalan bagi penutur untuk menuangkan pemikiran mereka melalui


(45)

pernyataan-pernyataan yang terangkum dalam sebuah tulisan. Tujuannya tidak lain adalah untuk menyuarakan pendapat, menyeru, menyumbangkan gagasan, dan segala bentuk kritik atau saran lainnya mengenai isu kotroversial yang sedang berkembang di masyarakat. Maka tidak heran jika dalam sebuah surat kabar menyediakan kolom khusus yang menyodorkan argument pembaca untuk dibaca oleh pembaca yang lain. Dengan maksud, para pembaca dapat aktif menyampaikan pendapat, juga terwujudnya proses saling bertukar pikiran sebagai hak dalam menyuarakan aspirasi mereka.

Dalam surat kabar, wacana yang memuat wacana argumentasi pembaca ada dalam rubrik opini. Rubrik opini ini mencakup tulisan citizen dari berbagai profesi dan tidak terfokus pada pemberitaan-pemberitaan khusus. Dengan demikian analisis dapat merata karena rubrik opini merupakan media terbuka bagi setiap warga dengan beraneka ragam argumentasi.

Sub sub-bab ini menjelaskan mengenai wacana argumentasi menurut pemikiran Abdul Rani dan Stephen Toulmin. Atas pemikiran dua ahli tersebut maka penelitian ini akan mengkaji wacana argumentasi pada artikel opini harian Tribun Jogja berdasarkan teori yang dijabarkan Abdul Rani.

2.2.5 Artikel dan Opini

Artikel dan Opini acap kali diartikan sebagai hal yang sama. Keduanya kerap dianggap demikian sebab antara artikel dengan opini tidak ada perbedaan yang begitu berarti. Bahkan, makna dari kedua istilah tersebut begitu samar bagi


(46)

orang yang bekerja di luar lingkup lembaga penerbitan atau redaksi. Meski demikian, artikel dan opini merupakan sebuah tulisan yang berbeda.

Perbedaan antara artikel dengan opini, yaitu opini lebih bersifat subjektif, padangan penulis lebih ditonjolkan. Lain halnya dengan artikel, meski jenis tulisan ini bersifat subjektif, tapi ada karakter lain yang harus dimiliki artikel sekaligus membedakan dengan opini, yaitu artikel harus menyajikan data dan fakta secara detail. Tanpa data yang kuat, artikel akan menjadi opini. Lalu dari data ini, penulis menganalisis serta memberikan kesimpulan (Andrianto, 2011:51).

Anas Syahirul, dalam buku yang berjudul Menaklukan Media, menerangkan bahwa kesamaan antara artikel dan opini adalah pertama, ditulis oleh penulis lepas. Kedua, mengangkat suatu masalah yang aktual. Ketiga, teknik penulisannya menggunakan pola deduktif-induktif (Andrianto, 2011:50).

Sumber lain, Teknik Menulis Berita, menyebutkan bahwa artikel merupakan satu karangan faktual tentang sesuatu soal secara lengkap, yang panjangnya tak tentu, untuk dimuat di surat kabar, majalah, buletin, dan sebagainya dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan guna meyakinkan, mendidik, atau menghibur. Sumber tersebut juga menerangkan bahwa artikel identik dengan opini atau pendapat, yaitu karangan prosa dalam media massa yang membahas persoalan secara lugas. Panjangnya bervariasi, dimaksudkan untuk menyampaikan gagasan dan fakta, dengan tujuan meyakinkan/membujuk atau menghibur pembaca. Pemilihan tema artikel yang ditulis harus disesuaikan


(47)

dengan kecenderungan public opinion yang mendasari isi dan berita yang akan dilepas (Widharyanto, 2005:82).

Kedua sumber di atas menjelaskan bahwa artikel dengan opini secara umum dianggap sebagai sebuah tulisan yang sama sebab sama-sama bertujuan untuk untuk menyampaikan gagasan guna meyakinkan pembaca. Atas tujuan tersebut maka artikel/opini tergolong sebagai wacana argumentasi.

2.3 Kerangka Berpikir

Elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi yang terdapat pada kolom opini pada Harian Tribun Jogja diteliti menggunakan teori wacana argumentasi dan analisis wacana. Kalimat-kalimat yang terdapat pada wacana dianalisis kemudian dideskripsikan elemen pokok wacana argumentasi yang terkandung di dalamnya. Peneliti menganalisis dengan cara memperhatikan kata, frasa, dan/atau klausa, lalu menggolongkannya berdasarkan ciri yang dimiliki salah satu dari keenam elemen wacana argumentasi.

Penulis mempertimbangkan penentuan elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi berdasarkan kesamaan sifat dan perannya dalam pembentukan wacana argumentasi serta kriteria tertentu yang dimiliki masing-masing elemen. Sebuah kalimat akan diidentifikasi lalu digolongkan kedalam salah satu elemen, yaitu apakah pernyataan, alasan, pembenaran, pendukung, modal atau sanggahan. Selain itu, penulis juga mendeskripsikan pola pengembangan wacananya.


(48)

Analisis ini akan memperoleh gambaran penggunaan elemen pokok wacana argumentasi, penggunaan elemen pelengkap wacana argumentasi dan pola pengembangan wacana argumentasi. Berikut ini merupakan kerangka berpikir yang digambarkan dalam betuk skema kerangka berpikir.

Skema 2.1

Kerangka Berpikir Analisis Wacana Argumentasi Berdasarkan Penalaran Abdul Rani

Wacana Argumentasi pada Artikel Opini Harian Tribun Jogja

Teori Wacana Argumentasi Menurut

Abdul Rani

Elemen Pokok

Kesimpulan

Elemen

 Pernyataan

 Alasan

 Pembenaran

 Pendukung

 Modal

 Sanggahan Pola Pengembangan


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini membahas mengenai enam hal, yaitu pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrmen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi hasil analisis data. Keenam pembahasan tersebut selengkapnya diuraikan di bawah ini.

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitiann kualitatif menurut Moeleong (2006:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, tindakan, dll secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Tagor Pangaribuan (2008:13) menjelaskan, penelitian kualitatif berupaya menemukan hipotesis, yaitu kaidah-kaidah yang ada dalam realitas yang diamati dengan partisipasif. Penelitian ini menggali hipotesis yang terkandung dalam rumpun suatu data. Tagor memberikan garis besar dari penelitian kualitatif, yaitu latar, konseptualisasi, pengamatan situs (participant-observation di lapangan), dan triangulasi (teoretik, metodologik, dan data).

Pendekatan kualitatif yang dimaksud adalah penelitian akan memerikan elemen pokok dan pelengkap yang terdapat pada wacana argumentatif pada harian Tribun Jogja kolom opini. Data yang digunakan sebagai objek dalam penelitian yaitu tulisan berupa rangkaian kalimat dalam sebuah wacana argumentasi di surat kabar.


(50)

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Menurut Lofland dalam Moeleong (2006:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data pada penelitian ini merupakan kata-kata. Sumber data penelitian yang digunakan adalah berbagai register pemakaian bahasa tertulis (register jurnalistik) yang terdapat dalam berbagai pemakaian bahasa. Data penelitian ini berupa kalimat atau tulisan yang terdapat pada surat kabar bagian opini yang di dalamnya mengandung elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang dapat digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data ada dua, yaitu metode padan dan metode agih. Penelitian kali ini, jalur yang ditempuh peneliti dalam tahap analisis data yaitu menggunakan metode agih.

Metode agih alat penentunya adalah bagian dari bahasa itu sendiri. Alat penentu dalam rangka kerja metode agih berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbial, dsb.), fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, dsb.), klausa, silabe kata, titinada, dan yang lain (Sudaryanto. 2015:19).

Berdasarkan penjelasan yang disampaikan pada metode agih di atas, lebih spesifiknya, penelitian ini termasuk ke dalam metode agih teknik BUL (Bagi Unsur Langsung). Metode agih ini membagi satuan datanya menjadi beberapa


(51)

bagian atau unsur, dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud.

Teknik merupakan penjabaran metode dalam sebuah penelitian, yang disesuaikan dengan alat dan sifat (Sudaryanto, 1993:9). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat. Teknik catat digunakan untuk menandai dan mencatat kalimat yang sesuai dengan kriteria sebuah elemen dari wacana argumentatif. Sedangkan teknik baca digunakan untuk mencari dan menemukan data-data yang sesuai dengan kriteria sebuah elemen wacana argumentatif.

Sehubungan dari itu maka peneliti menggunakan wacana yang terdapat pada surat kabar sebagai bahan penelitian. Peneliti mengambil data dari surat kabar Tribun Jogja dengan cara meminta soft file koran cetak kepada redaksi Tribun Jogja. Data penelitian ini berupa wacana argumentatif yang terdapat pada artikel opini. Oleh karena itu teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik catat. Teknik baca digunakan untuk mengidentifikasi elemen pokok dan pendukung wacana argumentasi. Teknik catat digunakan untuk menulis sekaligus menandai data yang telah teridentifikasi elemen pokok dan pendukung wacana argumentasinya. Setelah melalui proses identifikasi selanjutnya data dimasukkan ke dalam tabel. Pada tahap selanjutnya, peneliti munjukkan bukti yang dapat memperjelas kriteria sebuah elemen di kolom keterangan pada tabel. Terakhir, peneliti membuat kesimpulan mengenai elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi dalam artikel opini harian Tribun Jogja.


(52)

Tabel 3.1

Koding Data yang Digunakan dalam Penelitian.

No Surat

Kabar Tanggal Judul Wacana Kode

1 Tribun Jogja

13 Januari 2015 Menimbang-Nimbang Calon Kapolri Pilihan Jokowi

A 2 Tribun

Jogja

20 Januari 2015 Kaum Intelektual Harus Jadi Model Generasi Muda

B 3 Tribun

Jogja

27 Januari 2015 KPK dan Telikungan Habitus Korup C 4 Tribun

Jogja

3 Februari 2015 Menimbang Wacana Perppu Imunitas KPK

D 5 Tribun

Jogja

10 Februari 2015 Mengangkat (Kembali) Popularitas Mobil Esemka Untuk Saingi Proton

E 6 Tribun

Jogja

17 Februari 2015 Berbagai Implikasi Pasca-vonis Praperadilan BG

F 7 Tribun

Jogja

24 Februari 2015 Daulat Hukuman Mati di Indonesia G 8 Tribun

Jogja

3 Maret 2015 Mewaspadai Pelemahan UU KPK H 9 Tribun

Jogja

10 Maret 2015 Membaca Pesan Sabdatama Sultan HB X

I 10 Tribun

Jogja

17 Maret 2015 Mengkritisi Ingatan Kolektif Bangsa J 11 Tribun

Jogja

24 Maret 2015 Nalar Sesat Peluang Remisi untuk Koruptor

K 12 Tribun

Jogja

31Maret 2015 Gejala Meningitis Layaknya Flu Biasa L 13 Tribun

Jogja

7 April 2015 Subsidi Rakyat Dialihkan untuk Bantu Pejabat Beli Mobil Baru

M 14 Tribun

Jogja

21 April 2015 Melepas Kebaya dan Sanggul Kartini N

Format penulisan kode pada tabel analisis data yaitu kode wacana ditulis dengan huruf kapital. Lalu kode paragraf ditulis dengan angka. Setelah kode paragraf diberi tanda titik untuk menunjukkan pergantian menuju kode kalimat yang juga ditulis dengan kode angka. Sebagai contoh, untuk menuliskan kode dari wacana A, paragraf 1, dan kalimat 1, kodenya adalah A1.1.


(53)

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini merupakan sebuah acuan atau pedoman dalam proses menganalisis data observasi. Di dalamnya terdapat format pengklasifikasian data untuk mengelompokkan hasil analisis. Maksud dari adanya format ini adalah sebagai acuan ke arah mana data akan dianalisis.

Tabel 3.2

Format Analisis Elemen Pokok dan Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi pada Artikel Opini.

No Kode Data

Elemen Pokok Elemen Pelengkap

Keterangan Per Al Pem Pen Mo Sa

1. 2. 3.

Tabel 3.3

Keterangan Kode Nama-nama Elemen Wacana Argumentasi.

Elemen Pokok Elemen Pelengkap

PER Pernyataan PEN Pendukung

AL Alasan MO Modal

PEM Pembenaran SA Sanggahan

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data kualitatif merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dari apa yang yang dipelajari, dan emutuskan apa


(54)

yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen dalam Moeloeng, 2006:248). Berdasarkan latar pemikiran tersebut maka teknik analisis data yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menganalisis wacana terkait elemen pokok dan pelengkap dalam wacana argumentasi.

2. Peneliti menganalisis dengan cara memperhatikan kata, frasa, dan/atau klausa, lalu menggolongkannya berdasarkan ciri yang dimiliki salah satu dari keenam elemen wacana argumentasi.

3. Peneliti juga mempertimbangkan penentuan elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentasi berdasarkan kesamaan sifat dan perannya dalam pembentukan wacana argumentasi serta kriteria tertentu yang dimiliki masing-masing elemen.

4. Peneliti memasukkan data ke dalam tabel dan menentukan elemen yang terkandung pada setiap kalimat dengan cara mencontreng elemen yang tepat.

5. Peneliti munjukkan bukti yang dapat memperjelas kriteria sebuah elemen di kolom keterangan pada tabel.

6. Penulis juga mendeskripsikan pola pengembangan wacana argumentasi. 7. Peneliti membuat kesimpulan mengenai elemen pokok dan elemen

pelengkap wacana argumentasi dalam artikel harian Tribun Jogja pada kolom opini.

Data dalam penelitian ini berupa bahasa tulis, elemen pokok dan elemen pelengkap pada sebuah kalimat ditentukan berdasarkan ciri, kesamaan sifat dan


(55)

perannya dalam pembentukan wacana argumentasi serta kriteria tertentu yang dimiliki masing-masing elemen.

3.6 Triangulasi Data

Penulis berupaya untuk meningkatkan tingkat kepercayaan (validitas) hasil analisis data dengan melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan temuan melalui triangulasi teori. Tiangulasi teori adalah kepercayaan terhadap teori yang digunakan dengan mengonfirmasi hasil analisis data dengan beberapa teori yang terkait dengan landasan teori.

Sehubungan dari itu, peneliti mengajukan permohonan trianguasi kepada salah seorang dosen untuk menjadi triangulator. Triangulasi ini dilaksanakan dengan cara memeriksa data dan mendiskusikannya bersama triangulator, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Artikel opini dalam surat kabar merupakan wadah yang menampung aspirasi rakyat yang dikemas dalam sebuah wacana tulis. Di dalam sebuah opini, penulis mengungkapkan gagasan mereka dalam bentuk argumen. Argumen dipaparkan sedemikian rupa agar pembaca dapat sepaham dengan pemikiran penulis. Upaya yang dilakukan penulis untuk meyakinkan pembaca yaitu dengan menyajikan beberapa alasan berupa penalaran, bukti, fakta, dan data statistik untuk memperkuat argumentasinya.

Wacana argumentasi yang dimuat dalam kolom opini di sebuah surat kabar diterbitkan pada kurun waktu tertentu. Di harian Tribun Jogja, kolom opini diterbitkan pada setian hari Selasa. Dalam wacana tersebut, penulis mengangkat topik yang tengah hangat pada kala itu. Topik yang disinggung penulis diantaranya politik, sosial, budaya, hukum, kebijakan, kesehatan, dan isu-isu lainnya. Penulis mengungkapkan argumentasinya didasari atas beberapa alasan, misalnya untuk menjelaskan, menegaskan, menolak sebuah gagasan, mengkritisi, bahkan mencoba memberikan solusi mengenai isu yang tengah berkembang di masyarakat. Berbagai alasan tersebut pada dasarnya penulis akan memperkuat argumentasi mereka dengan fakta-fakta, penalaran, data dan informasi yang mereka percayai kebenarannya.


(57)

Kalimat-kalimat yang memperkuat sebuah argumentasi penulis diklasifikasikan atas beberapa elemen. Elemen yang termasuk ke dalam elemen pokok wacana argumentasi adalah elemen pernyataan, elemen alasan, dan elemen pembenaran. Elemen yang tergolong dalam elemen pelengkap adalah elemen pendukung, elemen modal dan elemen sanggahan. Ketiga elemen pokok terdapat di setiap wacana, sedangkan elemen pelengkap tidak. Walaupun tidak semua elemen pelengkap terdapat pada sebuah wacana, namun setidaknya ada salah satu elemen pelengkap di dalamnya.

Tabel 4.1

Deskripsi Data Analisis Elemen Pokok dan Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi

No Judul Kode

Elemen

Per Al Pem Pen Mo Sa 1 Menimbang-nimbang

Calon Kapolri Pilihan Jokowi

A 8 15 4 - - 3

2 Kaum Intelektual Harus Jadi Model Generasi Muda

B 9 17 1 - 1 1

3 KPK dan Telikungan Habitus Korup

C 9 11 7 - - 2

4 Menimbang Wacana PERPPU Imunitas KPK

D 2 17 3 1 1 -

5 Mengangkat (Kembali) Popularitas Mobil Esemka untuk Saingi Proton

E 8 23 3 - 2 -

6 Berbagai Implikasi Pasca-Vonis Praperadilan BG

F 9 11 6 - - 3

7 Daulat Hukuman Mati di Indonesia

G 3 9 6 2 - 3

8 Mewaspadai Pelemahan UU KPK


(58)

9 Membaca Pesan Sabdatama Sultan HB X

I 8 12 6 3 - -

10 Mengkritisi Ingatan Kolektif Bangsa

J 15 13 3 1 - -

11 Nalar Sesat Peluang Remisi untuk Koruptor

K 3 13 3 - 1 2

12 Gejala Meningitis Layaknya Flu Biasa

L 10 7 5 6 - -

13 Subsidi Rakyat Dialihkan untuk Bantu Pejabat Beli Mobil Baru

M 10 19 2 - 1 -

14 Melepas Kebaya dan Sanggul Kartini

N 6 16 4 9 - -

4.2 Hasil Analisis Data

Data yang dianalisis merupakan tulisan yang diambil dari wacana yang dimuat di harian Tribun Jogja pada bulan Januari hingga April 2015. Analisis data terdiri dari elemen pokok wacana argumentasi dan elemen pelengkap wacana argumentasi. Analisis data merupakan pengklasifikasian kalimat dalam sebuah wacana argumentasi berdasarkan kriteria yang dimiliki oleh masing-masing elemen. Analisis ini, antara kalimat satu dengan kalimat yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Analisis ini juga menggambarkan pola pengembangan wacara argumentasi. Hasil analisis data tentang keberadaan elemen pokok dan elemen pengembang wacana argumentasi serta pola pengembangannya dalam artikel Tribun Jogja akan dipaparkan sebagai berikut.

4.2.1 Analisis Elemen Pokok Wacana Argumentasi

Analisis elemen pokok wacana argumentasi merupakan pengelompokan rangkaian kalimat dalam sebuah wacana argumentasi berdasarkan kriteria yang


(59)

dimiliki oleh masing-masing elemen pokok. Elemen pokok wacana argumentasi yang terdiri dari elemen pernyataan, alasan dan pembenaran ini digunakan penulis sebagai sarana untuk memaparkan argumentasinya. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada bulan Januari hingga April 2015 yang telah ditetapkan sebagai objek penelitian, ketiga elemen pokok wacana argumentasi tersebut terdapat pada setiap wacana yang dipaparkan penulis.

Secara garis besar, sekalipun penulis wacana argumentasi bukan orang yang secara khusus bekerja dalam bidang tulis menulis, tulisan mereka telah memenuhi kriteria dasar apa yang disebutdengan wacana argumentasi dengan kriterian dasar itu adalah adanya tiga elemen pokok. Secara terperinci, analisis elemen pokok wacana argumentasi yang terdapat pada artikel opini harian Tribun Jogja adalah sebagai berikut.

4.2.1.1 Elemen Pernyataan

Elemen pernyataan adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh penutur dan dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan alasan-alasan mendasar yang dapat dibuktikan. Pernyataan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh penutur. Tiga macam pernyataan: pernyataan tenntang fakta, pernyataan tentang nilai dan pernyataan tentang kebijakan.

Dalam wacana argumentasi, elemen pernyataan merupakan elemen yang paling dominan, baik dalam kategori pokok maupun kategori pelengkap. Berdasarkan analisis data, ditemukan sebanyak 106 kalimat dalaam 14 wacana


(60)

yang termasuk ke dalam elemen pernyataan. Data tersebut disajikan di antaranya adalah sebagai berikut.

1. “Sekarang ramai dibicarakan soal calon tunggal Kapolri yang dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dialah Komisaris Jenderal (Komjen) Pol Budi Gunawan, yang juga mantan ajudan dari Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri, saat menjadi presiden.” (Kalimat A1.1 dan A1.2, 13/01/15) (Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Wacth yang menanggapi kasus calon tunggal Kapolri pilihan Presiden Jokowi. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta yaitu peristiwa kontoversialnya pemilihan calon Kapolri. Fakta yang kedua merujuk pada subjek yang kontoversial yaitu Budi Gunawan.)

2. “Surat Presiden Jokowi tertanggal 9 Januari 2015, perihal pemberhentian dan pengangkatan Kapolri, sudah diterima oleh DPR, dan untuk selanjutnya akan dibahas serta disetujui, melalui uji kepatutan dan kelayakan.” (A13.1, 13/01/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Wacth yang menanggapi kasus calon tunggal Kapolri pilihan Presiden Jokowi. Penulis memberikan memberikan pernyataan berupa fakta yaitu surat perihal pemberhentian dan pengangkatan Kapolri yang sudah diterima oleh DPR pada tanggal 9 Januari 2015.)

3. “Kebiasaan untuk memanggil seseorang di khalayak ramai hanya

dengan menyebutkan namanya saja bukanlah merupakan


(61)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Yulius Dwi Cahyono, M.Pd. selaku Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang menanggapi kesantunan berbahasa kaum intelektual di media massa. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta mengenai sebuah nilai dalam hal kebudayaan, yaitu adab memanggil seseorang di khalayak umum.)

4. “Data Soegeng Sarjadi Syndicate (2012) mencatat bahwa lima

besar sarang “habitus” koruptor di Indonesia berada di DPR,

Kepolisian, Parpol, Dirjen Pajak, dan Kejaksaan. Fakta juga membuktikan bahwa banyak anggota DPR dan petinggi Polri terjerat kasus korupsi.” (C5.3, 27/01/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbah Cultural Studies Center yang menanggapi kasus KPK dan Telikungan Habitus Korupsi. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta lima besar sarang “habitus” koruptor di Indonesia.)

5. “Penandatanganan nota kesepahaman/Memorandum of

Understanding (MoU) antara PT Adiperkasa Citra Lestari (Adiperkasa) Indonesia dengan pabrikan asal Malaysia, Proton,

pada Jumat (6/2), menuai reaksi.” (E1.1, 10/03/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Nadhiroh selaku Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga yang menanggapi eksistensi mobil Esemka. Penulis memberikan pernyataan mengenai fakta adanya rekasi masyarakat terkait kotrak


(62)

antara salah satu PT asal Indonesia dengan pabrikan Malaysia pada 6 Februari.)

6. “Lebih dari satu bulan, perhatian sebagian masyarakat Indonesia tertuju pada perseteruan antara dua lembaga penegak hukum, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.“ (F1.1, 17/03/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Baharuddin selaku Aktivis Jogja Police Watch yang menanggapi adanya implikasi pasca vonis BG. Penulis memberikan pernyataan mengenai fakta peristiwa perseteruan antara KPK dan Polri yang menyita perhatian masyarakat.)

7. “Ketegangan hubungan Indonesia-Australia sedikit mereda setelah

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyatakan penundaan eksekusi hukuman mati dua warga negara Australia, Andrew Chan

(31) dan Myuran Sukumaran (33).” (G1.1, 24/03/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbhah Cultural Studies Center yang menanggapi tentang daulat hukuman mati di Indonesia. Penulis memberikan pernyataan mengenai fakta ketegangan antara Indonesia dengan Aurtralia yang mulai mereda.)

8. “Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X sebagai raja Kasultanan

Ngayogyakarta, pada tanggal 6 Maret lalu mengeluarkan


(63)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Winarta Hadiwiyono selaku Deputi Direktur Independent Legal Aid Institude Yogyakarta yang menanggapi isi pesan Sabdatama Sultan HB X. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta bahwa pada tanggal 16 Maret, Sultan telah mengeluarkan Sabdatama.)

9. Sultan HB X sudah mengatakan bahwa gubernur bisa laki-laki atau perempuan. Sabdatama sudah memberi sinyal bahwa laki-laki maupun perempuan berpeluang menjadi penerus takhta. (I7.2, dan I7.3, 07/03/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Winarta Hadiwiyono selaku Deputi Direktur Independent Legal Aid Institude Yogyakarta yang menanggapi isi pesan Sabdatama Sultan HB X. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta bahwa Sultan telah mengeluarkan kebijakan. Kebijakan itu berisi baik laki-laki maupun perempuan memiliki peluang meneruskan tahta.).

10. “Belum lama ini, tepatnya 9 Maret 2015, diadakan seminar “Orasi

Kebangsaan II” di Fakultas Hukum UGM. Prodi Pendidikan

Sejarah dan Prodi Sastra Sejarah Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta pun turut berpatisipasi di dalamnya.” (J1.1 dan J1.2, 14/04/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh J Yulius Dwi Cahyono, M.Pd selaku Deputi Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang mengkritisi ingatan kolektif bangsa. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta bahwa dalam sebuah seminar yang membahas mengenai Orasi Kebangsaan II, Prodi Pendidikan


(64)

Sejarah dan Prodi Sastra Sejarah Universitas Sanata Dharma ikut berpartisipasi atas diselenggarakannya acara tersebut.)

11. “Faktanya, sampai saat ini narapidana korupsi yang bersedia

menjadi justice collaborator bisa dihitung dengan jari.” (K8.1,

21/04/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Pangky T. Hidayat selaku Direktur Eksekutif Research Center for Democratic Education yang mengkritisi rencana pemberian remisi terhadap terpindana kasus korupsi. Penulis memberikan pernyataan bahwa terpidana yang bersedia membantu menuntaskan kasus korupsi jumlahnya begitu terbatas.

12.“Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 39 tahun 2015 tentang Pemberian Fasilitas Uang Muka Bagi Pejabat Negara untuk pembelian kendaraan perorangan, Presiden Jokowi menaikkan uang muka pembelian kendaraan menjadi Rp 210. 890 juta.” (M1.2, 07/04/15)

(Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Paulus Mujiran selaku Ketua Pelaksana Yayasan Soegijapranata Semarang yang mengkritisi tunjangan pembelian mobil pribadi bagi anggota DPR. Penulis memberikan pernyataan berupa fakta mnegenai kebijakan baru mengenai tunjangan pembelian mobil pribadi bagi pejabat.)

13. “Masih jamak, peringatan Hari Kartini ditandai dengan lenggak-lenggok peragaan budaya daerah. Entah di sekolah, lembaga pemerintah, maupun kelompok masyarakat, sebatas memaknai Kartini dalam simbol-simbol yang mewakili citra ketradisionalan.


(1)

20 Pejabat negara bukanlah orang miskin. V 21 Saat ini mereka sudah hidup mewah dengan fasilitas yang diberikan negara. V 22 Pada umumnya mereka sudah mempunyai banyak mobil sehingga tidak memerlukan

kendaraan pribadi yang diberikan negara.

V

23 Rakyat berharap agar Presiden Jokowi lebih bisa berempati kepada rakyat dan memenuhi janjinya menghemat anggaran

V

24 Jokowi mestinya lebih berpihak kepada rakyat bukan pejabat. V 25 Para pejabat negara seakan tidak pernah puas dengan kedudukan, kekuasaan dan

fasilitas yang demikian banyak dari negara.

V

26 Kekayaan negara ini seharusnya untuk kemakmuran rakyat banyak bukan justru memanjakan para pejabat.

V

27 Revolusi mental yang digaungkan Jokowi-JK mestinya membumi dalam kebijakan dan tindakan yang benar-benar pro rakyat.

V

28 Rakyat merindukan pemimpin yang peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi rakyat bukan justru memanjakan diri dengan fasilitas.

V

29 Menjadi pejabat adalah mengabdi kepada rakyat bukan mencari kenikmatan kekuasaan. V 30 Memang akhirnya kembali kepada moralitas pejabat bersangkutan. V


(2)

-Berdasarkan analisis data, ketiga elemen pokok ditemukan pada wacana ini, sedangkan pada elemen pelengkap hanya ditemukan satu macam elemen saja, yaitu elemen modal. Wacana ini menganut pola pengembangan wacana argumentasi PER-AL-PEM-MO.

N. Melepas Kebaya dan Sanggul Kartini

No Kalimat Per Al Pem Pen Mo Sa

1 Masih jamak, peringatan Hari Kartini ditandai dengan lenggak-lenggok peragaan budaya daerah.

V

2 Entah di sekolah, lembaga pemerintah, maupun kelompok masyarakat, sebatas memaknai Kartini dalam simbol-simbol yang mewakili citra ketradisionalan.

V

3 Kartini diidentikkan dengan masa lalu yang kuno. V

4 Masih relevankah sikap seperti itu? V

5 Baik bahwa Kartini juga dilambangkan sebagai sosok pejuang emansipasi perempuan. V 6 Surat-suratnya kepada sahabat-sahabat pena, yakni sahabat sahabat penanya, yakni

Estella H Zeehandelaar, Nyonya Ovink-Soer, Nyonya Abendanon-Mandri, Prof Anton dan Nyonya, Hilda G de Booij, dan Nyonya van Kol, yang kemudian dibukukan oleh JH Abendanon menjadi buku Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), dirujuk sebagai sumber referensi tentang emansipasi tersebut.

V


(3)

8 Apakah perjuangan emansipasi perempuan masih merujuk dari teks tersebut? V 9 Pada perikop mana saja surat Kartini selalu relevan untuk dihadirkan ulang pada

perayaan hari kelahirannya?

V

10 Menilik gagasan emansipasi Kartini, kita tidak bisa lepas dari aktivitas surat-menyurat yang kemudian dibukukan oleh JH Abendanon dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang.

V

11 Surat-menyurat Kartini dengan Stella yang dimulai 25 Mei 1899 ini yang dinilai sebagai surat-menyurat berharga untuk memperjuangkan emansipasi perempuan.

V

12 Surat-surat Kartini bertema sederhana. V

13 Gagasan besar tentang kesetaraan ditulis dalam cerita-cerita tentang hal-hal kecil yang ia lihat, dengar, dan rasakan di sekitarnya.

V

14 Tak jauh-jauh, ia menulis tentang perkawinan. V

15 Istri Adipati Ario Jayahadiningrat ini menolak dimadu karena ayahnya Adipati Ario Sosroningrat berpoligami.

V

16 Namun ia tak berdaya dimadu setelah syarat diperbolehkan mendirikan sekolah dikabulkan calon suami.

V

17 Dilema batin antara menjaga martabat sebagai perempuan atau berkompromi supaya bisa mengangkat derajat kaum perempuan itu berkecamuk dalam dirinya.


(4)

18 Tidak mudah pada saat itu. V

19 Bercerita kepada sahabat-sahabat penalah solusinya. V

20 Hal-hal kecil yang terjadi di sekelilingnya jadi bahan cerita di surat. V 21 Tentang ayahnya yang sakit ia berdialog tentang bakti kepada orangtua dan panggilan

perjuangan ke luar rumah.

V

22 Tentang pelajaran agama yang tak kunjung ia pahami berkisah tentang nilai-nilai keutamaan yang menjaga pikiran dan sikapnya.

V

23 Bahasanya menyentuh emosi sekaligus merangsang pemikiran. V 24 Bebas dari Perbudakan

Saat menghadirkan kembali surat-surat Kartini di zaman ini, pertanyaannya, apa relevansinya?

V

25 Saya berpendapat, cita-cita Kartini tentang perubahan sosial lewat pendidikan selalu relevan diperjuangkan. Ada banyak pekerjaan rumah bagi bangsa ini bertautan dengan emansipasi perempuan.

V

26 Bahwa emansipasi tak sebatas menempatkan perempuan sebagai presiden, menteri, dan jabatanjabatan publik lainnya.

V

27 Bahwa emansipasi juga tak sebatas meraih kesetaraan perlakuan perempuan terhadap laki-laki.


(5)

28 Perlu ada upaya meletakkan kembali emansipasi pada pengertian selain “persamaan hak”, yakni “pembebasan dari perbudakan”.

V

29 Tentu perbudakan yang dimaksud di sini tak sama persis dengan model kerja paksa secara fisik, melainkan perbudakan terhadap ideologi dan cara berpikir modern.

V

30 Perbudakan yang perlu dilawan sekarang adalah perbudakan terhadap mitos kecantikan, tahayul tentang konsumtivisme, pemujaan terhadap hedonisme, dan segala model cara hidup yang justru merendahkan pribadi perempuan.

V

31 Ketika surat-surat berbahasa Belanda yang ditulis Kartini dibukukan dan diberi judul, kita belajar bahwa semangat perubahanlah yang menjadikan kita mengenangnya sampai sekarang.

V

32 Maka, pesan Kartini, kembalilah kepada agenda emansipasi. V

33 Boleh berkonde dan berkebaya namun jangan abai membaca. V

34 Semangat rayakan Kartini, perempuan Indonesia. (*) V

Total 6 16 4 9 -

-Berdasarkan analisis data, ketiga elemen pokok ditemukan pada wacana ini, sedangkan pada elemen pelengkap hanya ditemukan satu macam elemen saja, yaitu elemen pendukung. Wacana ini menganut pola pengembangan wacana argumentasi PER-AL-PEM-PEN.


(6)

BIODATA PENULIS

Fitriana Rahmawati lahir di Klaten, pada tanggal 21 Maret 1993. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri II Tegalyoso Klaten pada tahun1999 hingga 2005. Sekolah Menengah di SMP Negeri I Jogonalan Klaten selama tiga tahun dan SMA Padmawijaya Klaten pada tahun 2008-2011. Setelah itu, penulis menempuh pendidikan S1 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada 2011-2015.


Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM BERITA KASUS ANGELINA SONDAKH (KORUPSI WISMA ATLET) PADA SURAT KABAR HARIAN TRIBUN JOGJA DAN HARIAN JOGJA

0 3 137

PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 17

PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 11

PENDAHULUAN PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 2 19

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 8

PENUTUP PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 2 4

WACANA TENTANG BENCANA MERAPI DALAM ARTIKEL OPINI (Analisis Wacana Artikel Opini Bencana Alam Gunung Merapi Pada Surat Kabar Harian Kompas Periode Oktober – November 2010)

0 6 139

ANALISIS PEMAKAIAN KATA SERAPAN DAN ISTILAH ASING DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS Analisis Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012.

0 4 13

ANALISIS PEMAKAIAN KATA SERAPAN DAN ISTILAH ASING DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS Analisis Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012.

0 3 17

ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR JAWA POS PERIODE JANUARI 2012 SAMPAI BULAN APRIL 2012(Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Jawa Pos Periode Bulan Januari 2012 Sampai Bulan April 2012).

0 0 116