60
leher. Gejala ini bisa berkembang dari beberapa jam, atau mungkin sampai 1-2 hari. Gejala lain bisa berupa mual, muntah,
tidak nyaman dengan cahaya terang, bingung, dan mengantuk.” L3.1, L3.2 dan L3.3, 310115
Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Addina Azca Cahyasari
selaku Peneliti di Research of Healt and Pharmacology yang menyumbangkan argumentasinya mengenai penyakit meningitis
yang serupa dengan sakit flu biasa. Penulis memberikan pembenaran berupa ciri bahwa gejala meningitis pada anak di atas
dua tahun seperti gejala-gejala flu pada umumnya.
9. “Perpres itu merupakan revisi Perpres sebelumnya yakni
Peraturan Presiden No 68 Tahun 2010 Tribun Jogja 3 April 2015.” M1.3, 070415
Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Paulus Mujiran selaku
Ketua Pelaksana Yayasan Soegijapranata Semarang yang mengkritisi tunjangan pembelian mobil pribadi bagi anggota DPR.
Penulis memberikan pembenaran berupa hukum bahwa Perpres No 39 tahun 2015 tentang Pemberian Fasilitas Uang Muka Bagi
Pejabat Negara telah diganti menjadi Perpres No 68 Tahun 2010, dengan kenikan nominal menjadi Rp 210. 890 juta. Pembenaran
ditandai dengan adanya klausa “itu merupakan revisi”.
Berdasarkan sample dari analisis data yang dipaparkan di atas, pada bagian pembenaran, penulis menyajikan penguatan berupa pembenaran umum yang
berasal dari pasal-pasal. Selain pasal-pasal, pembenaran juga dapat berupa konsep
61
dan kaidah. Hal ini sesuai dengan pemikiran Abdul Rani 2014:41, bahwa pada bagian pembenaran, penulis memaparkan kaidah umum sebagai jembatan
penghubung antara pernyataan dan alasan.
4.2.2 Analisis Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi
Analisis elemen pelengkap wacana argumentasi merupakan pengelompokan rangkaian kalimat dalam sebuah wacana argumentasi berdasarkan kriteria yang
dimiliki oleh masing-masing elemen pelengkap. Elemen pelengkap wacana argumentasi yang terdiri dari elemen pendukung, modal dan sanggahan ini
digunakan penulis sebagai sarana untuk memperkuat argumentasinya. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada bulan Januari hingga
April 2015 yang telah ditetapkan sebagai objek penelitian, tidak semua elemen pelengkap terdapat pada setiap wacana yang dipaparkan penulis. Setidaknya ada
satu dari tiga elemen yang digunakan penulis dalam memaparkan argumentasi mereka.
Secara garis besar, sekalipun penulis wacana argumentasi bukan orang yang secara khusus bekerja dalam bidang tulis menulis, tulisan mereka telah memenuhi
kriteria dasar apa yang disebut dengan wacana argumentasi dengan terpenuhinya tiga elemen pokok. Ditambah lagi, mereka telah menggunakan elemen pelengkap
untuk menguatkan kalimat yang mereka paparkan pada elemen pokok. Secara terperinci, analisis keberadaan elemen pelengkap wacana argumentasi yang
terdapat pada artikel opini harian Tribun Jogja adalah sebagai berikut.
62
4.2.2.1 Elemen Pendukung
Dukungan adalah kriteria yang digunakan untuk membenarkan pernyataan yang dikemukakan dalam pembenaran. Dalam hal ini, dukungan dapat berupa
pengalaman yang diyakini, pernyataan para pakar, hasil penelitian, atau hasil wawancara.
Dalam wacana argumentasi, elemen pendukung merupakan elemen yang paling banyak digunakan jika dibandingkan dengan elemen pelengkap lainnya.
Berdasarkan analisis data, ditemukan sebanyak 22 kalimat dalam 14 wacana yang termasuk ke dalam elemen pernyataan. Data tersebut disajikan di antaranya adalah
sebagai berikut. 1.
“Bagir Manan dalam buku Teori dan Politik Konstitusi 2004, menguraikan “ihwal kegentingan yang memaksa” adalah syarat
konstitutif yang menjadi dasar kewenangan Presiden dalam mengeluarkan Perppu.
” D4.1, 030215
Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Sumarsih selaku Peneliti
Alwi Research Consulting Alumnus Fisipol UGM yang menanggapi wacana Perppu Imunitas KPK. Penulis menggunakan
pendapat seorang pakar hukum, Bagir Manan sebagai pendukung pernyataannya. Pendukung ini untuk memperkuat pernyataan
mengenai ihwal kepentingan yang memaksa sebuah Perppu. Pendukung ditandai dengan penyebutan nama pakar lalu penjelasan
mengenai sebuah teori.
2. “Lawrence M. Friedman, seorang pakar hukum pidana Amerika
Serikat AS mengemukakan bahwa hukuman dengan ancaman
63
hukuman mati dapat bekerja secara efisien di beberapa masyarakat yang menggunakan hukuman tersebut secara cepat,
tanpa ampun dan frekuensinya baik. Hukuman mati tidak dapat bekerja dengan baik di Negara yang pelaksanaannya berlangsung
lamban dan bersifat kontroversi.
” G3.2 dan G3.3, 240315
Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku
Managing Coordinator Mishbhah Cultural Studies Center yang menanggapi tentang daulat hukuman mati di Indonesia. Penulis
menggunakan pendapat seorang pakar hukum pidana, Lawrence M. Friedman sebagai pendukung pernyataannya. Pendukung ini untuk
memperkuat pernyataan mengenai kendala yang di alami Negara yang lamban melakukan eksekusi mati. Pendukung ditandai dengan
penyebutan nama pakar lalu penjelasan mengenai sebuah teori.
3. “Jika melihat akar sejarahnya, praktik hukuman mati tidak dapat
dilepaskan dari pemikiran Emanuel Kant yang dikenal dengan teori pembalasan yang menyatakan bahwa tujuan hukuman adalah
suatu pembalasan, di mana siapa yang membunuh harus dibunuh pula. Sejalan pula dengan teori Ludwig Feurbach 1845
menghendaki hukuman itu harus dapat menakutkan seorang supaya tidak melakukan kejahatan efek jera, yang dikenal dengan
teori menakut-nakuti.
” G6.1 dan G6.2, 240215
Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku
Managing Coordinator Mishbhah Cultural Studies Center yang menanggapi tentang daulat hukuman mati di Indonesia. Penulis
menggunakan pendapat seorang pakar hukum pidana, Emanuel Kant dan Ludwig Feurbach sebagai pendukung pernyataannya.
Pendukung ini untuk memperkuat pernyataan mengenai konsep hukum yang bertujuan untuk menimbulkan efek jera bagi pelkunya.
64
Pendukung ditandai dengan penyebutan nama pakar lalu penjelasan mengenai sebuah teori.
4. “Terkait dengan rumusan syarat calon gubernur, Sultan
berpendapat bahwa rumusan syarat dapat ditulis singkat yakni “Calon gubernur harus menyerahkan daftar riwayat hidup” atau
ditulis lengkap sesuai rumusan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY UU Keistimewaan dengan
tambahan kata suami” sehingga menjadi “Calon gubernur harus menyerahkan daftar riwayat hidup yang memuat antara lain
riwayat pendidikan, pekerjaan saudara kandung, istri suami, dan
anak”.” I6.1, 100315 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Winarta Hadiwiyono
selaku Deputi Direktur Independent Legal Aid Institude Yogyakarta yang menanggapi isi pesan Sabdatama Sultan HB X.
Penulis menggunakan pendapat Sultan HB X, selaku orang yang disepuhkan masyarakat Yogyakarta untuk mendukung pernyataan.
Pendukung ini untuk memperkuat pernyataan mengenai peraturan perundang-undangan tidak boleh diskriminatif, sehingga harus
memberi kesempatan kepada laki-laki maupun perempuan menjadi gubernur. Dengan demikian baik laki-laki maupun perempuan
dapat menjadi calon gubernur dan harus memenuhi persyaratan pendaftaran. Pendukung ditandai dengan penyebutan nama Sultan
lalu penjelasan mengenai keputusan yang diambil.
5. “Jika dilihat dari sejarahnya, semisal kasus genosida yang
dilakukan oleh Belanda dalam kasus Westerling di mana ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan dibantai tanpa proses hukum,
65
dalam hal ini bangsa Belanda jelas-jelas melakukan pelanggaran HAM berat.
” J9.2, 170315
Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh J Yulius Dwi Cahyono,
M.Pd selaku Deputi Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang mengkritisi ingatan kolektif bangsa. Penulis
menggunakan sejarah mengenai Westerling sebagai landasan untuk dijadikan sebagai pendukung pernyataan penulis. Pendukung ini
untuk memperkuat pernyataan bahwa vonis mati di Indonesia sesuai ketentuan hukum dan tidak melanggar HAM, justru
Belanda-lah yang perlu introspeksi diri sebagai Negara yang pernah melanggar HAM dengan menghilangkan ribuan nyawa di Sulawesi
Selatan. Pendukung ditandai dengan penyebutan mengenai sejarah yang diyakini kebenarannya lalu penjelasan mengenai kronologi
sejarah itu.
6. “Identifikasi. Meningitis merupakan infeksi cairan otak sekaligus
radang pada lapisan selaput otak dan korda spinalis bagian dari sistem saraf pusat. Secara umum, meningitis terdapat dua jenis
yaitu meningitis viral dan meningitis bakterialis. Meningitis viral disebabkan virus, dapat menyebar melalui batuk, bersin dan
lingkungan tidak higenis. Umumnya, meningitis virus tidak terlalu parah dan dapat hilang sendiri tanpa pengobatan spesifik.
” L4.1, L4.2, L4.3, dan L4.4, 310315
Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Addina Azca Cahyasari
selaku Peneliti di Research of Healt and Pharmacology yang mengkritisi rencana pemberian remisi terhadap terpindana kasus
korupsi. Penulis
selaku pakar
dalam bidang
kesehatan
66
menggunakan hasil penelitiannya sebagai pendukung dengan menjelaskan penyebab meningitis untuk menguatkan pernyataan
mengenai meningitis yang disebabkan oleh virus. Pendukung ditandai dengan pemaparan dari hasil penelitian.
Berdasarkan sample dari analisis data yang dipaparkan di atas, pada bagian pendukung, penulis menyajikan penguatan berupa hasil penelitian, teori, atau
pendapat dari seorang pakar. Dukungan digunakan untuk membenarkan pernyataan yang sebelumnya disampaikan penulis. Hasil analisis di atas sesuai
dengan pemikiran Abdul Rani 2014:42 bahwa dukungan bentuknya dapat berupa pengalaman yang diyakini, pernyataan pakar, dan hasil penelitian.
4.2.2.2 Elemen Modal
Modal adalah kata atau frasa yang menunjukkan derajat kepastian atau kualitas suatu pernyataan. Modal dibedakan menjadi dua, yaitu modal sebagai
penanda kepastian dan modal sebagai penanda kemungkinan. Adapun kata, frase, atau keterangan digunakan sebagai penanda kepastian antara lain perlu, pasti, dan
tentu saja. Adapaun, penanda kemungkinan antara lain agaknya, kiranya, rupanya, kemungkinannya, sejauh bukti yang ada, sangat mungkin, mungkin sekali, dan
masuk akal. Dalam wacana argumentasi, elemen modal merupakan elemen kyang paling
sedikit digunakan jika dibandingkan dengan elemen pelengkap lainnya. Berdasarkan analisis data, ditemukan sebanyak 9 kalimat dalam 14 wacana yang