Elemen Sanggahan Analisis Elemen Pelengkap Wacana Argumentasi

74 pasca vonis BG. Kalimat merupakan elemen sanggahan yang teridentifikasi dengan adanya kata “jika”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa pihak BG melakukan gugatan praperadilan karena tidak sesuai dengan prosedur penangkapan, namun pihak BG tidak mengingat bahwa penangkapan BW juga mendapatkan perlakuan demikian oleh penyidik Bareskrim. 8. “Tetapi hal ini tidak diikuti oleh daerah koloninya, termasuk Hindia Belanda Indonesia ketika itu, karena pemerintah kolonial menganggap hukuman mati harus dipertahankan dalam keinginan untuk melindungi kepentingan politiknya. ” G8.2, 240215 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Mardiyanto selaku Managing Coordinator Mishbhah Cultural Studies Center yang menanggapi tentang daulat hukuman mati di Indonesia. Kalimat ini merupakan elemen sanggahan yang teridentifikasi dengan adanya kata “tetapi”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menyanggah pernyataan bahwa Belanda telah menghapus hukuman mati sejak 1870, namun tidak diikuti koloninya, termasuk Indonesia. 9. “Jika hal itu benar terjadi, maka akan sangat mudah bagi para koruptor untuk mendapatkan remisi. ” K4.1, 240315 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Pangky T. Hidayat selaku Direktur Eksekutif Research Center for Democratic 75 Education yang mengkritisi rencana pemberian remisi terhadap terpindana kasus korupsi. Kalimat merupakan elemen sanggahan yang teridentifik asi dengan adanya kata “jika”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menguatkan pernyataan bahwa terpidana kasus korupsi tidak selayaknya mendapatkan remisi sebanding tengan tahanan lainnya. Kalimat ini sekaligus menyaggah pendapat Yassona yang berencana meyamakan ketentuan remisi terpidana korupsi setara dengan tahanan lainnya. 10. “Jika tidak, maka dapat dipastikan Nawa Cita hanya akan terus menjadi gagasan usang pemerintah yang tidak pernah terealisasi. ” K10.3, 240315 Keterangan: Kalimat di atas ditulis oleh Pangky T. Hidayat selaku Direktur Eksekutif Research Center for Democratic Education yang mengkritisi rencana pemberian remisi terhadap terpindana kasus korupsi. Kalimat merupakan elemen sanggahan yang teridentifik asi dengan adanya kata “jika”. Kalimat yang berlaku sebagai elemen sanggahan tersebut untuk menguatan pernyataan bahwa memperlonggar mekanisme memperoleh remisi simbol pengakuan bahwa negara lemah terhadap koruptor, Presiden perlu mengulurkan tangan untuk mengatasi hal ini. Kalimat ini sekaligus menyaggah pendapat Yassona yang berencana 76 meyamakan ketentuan remisi terpidana korupsi setara dengan tahanan lainnya. Berdasarkan sample dari analisis data yang dipaparkan di atas, elemen sanggahan situasi di luar kebiasaan. Elemen ini berfungsi untuk melemahkan atau justru menguatkan suatu pernyataan. Sanggahan teridentifikasi dengan adanya frasa “tetapi”, “namun”, dan “jika”. Hasil analisis data di atas sesuai dengan terori yang dipaparkan Abdul Rani 2014:42 bahwa elemen sanggahan dapat diidentifikasi dengan adanya piranti kohesi kecuali, jika, dan jika-maka dalam sebuah kalimat.

4.2.3 Analisis Pola Pengembangan Wacana Argumentasi

Analisis pola pengembangan elemen pokok dan pelengkap wacana argumentasi merupakan pengelompokan wacana berdasarkan pola pengembangannya. Pola pengambangan yang dimaksud di sini yaitu bagaimana sebuah wacana argumentasi dikembangkan dengan mempertimbangkan fungsi elemen pokok dan elemen pelengkap dalam membentuk sebuah wacana argumentasi. Secara garis besar, setiap wacana argumentasi pasti terdapat elemen pokok, lalu diperkuat oleh beberapa elemen pelengkap. Hal ini sejalan dengan pemikiran yang disampaikan Abdul Rani 2004:40, bahwa wacana argumentasi terdiri dari tiga elemen pokok, yaitu pernyataan, alasan, dan sangahan. Selain tiga elemen pokok juga dilengkapi elemen pelengkap, yaitu pendukung, modal, dan sanggahan untuk menguatkan argumen penulis. Hasil analisis data tentang pola 77 pengembangan elemen pokok dan pelengkap wacana argumentasi, secara terperinci akan dipaparkan sebagai berikut.

4.2.3.1 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Dua Elemen Pelengkap

Pola pengembangan wacana ini terdiri dari tiga elemen pokok dan dilengkapi dengan dua elemen pelengkap. Berdasarkan analisis data, ditemukan empat wacana yang memiliki pola pengembangan demikian. Dua wacana ini diklasifikasi berdasarkan tiga macam pola, yaitu: 1 tiga elemen pokok dengan elemen pendukung dan modal, 2 tiga elemen pokok dengan elemen modal dan sanggahan, dan 3 tiga elemen pokok dengan elemen pendukung dan sanggahan. Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Pola Pengembangan Tiga Elemen Pokok dengan Dua Elemen Pelengkap No Pola Artikel 1. PER-AL-PEM + PEN-MO  D Daulat Menimbang Wacana PERPPU Imunitas KPK 2. PER-AL-PEM + MO-SA  B Kaum Intelektual Harus Jadi Model Generasi Muda  K Nalar Sesat Peluang Remisi untuk Koruptor 3. PER-AL-PEM + PEN-SA  G Daulat Hukuman Mati di Indonesia 4.2.3.1.1 Tiga Elemen Pokok dengan Dua Pelengkap PER-AL-PEM + PEN-MO Wacana berjudul “Daulat Menimbang Wacana Perppu Imunitas KPK ”302, merupakan wacana argumentasi pola tiga elemen pokok dengan dua elemen pelengkap yaitu pendukung dan modal. Pembuktiannya dapat dilihat dari rincian berikut ini. 78 a. Tiga elemen pokok di antaranya, PER Pernyataan: pada bagian pernyataan, wacana ini memaparkan fakta yang merujuk pada subjek di antaranya, Presiden Joko Widodo, lembaga KPK dan Polri. Pernyataan ini juga memaparkan fakta yang merujuk pada peristiwa, yaitu Presiden Joko Widodo Jokowi didesak untuk mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perppu yang memberikan kekebalan hukum imunitas bagi penyidik maupun pimpinan KPK. AL Alasan: pada bagian alasan, wacana ini memaparkan penalaran dan ilustrasi, diketahui dengan ditemukannya kata dan frasa “sebab”, “alasannya”, “penting mengaitkan”, “secara logika”, “bila” dan “demikian juga”. PEM Pembenaran: diketahui dengan adanya penjelasan umum mengenai pasal 22 ayat 1 Undang-Undang Dasar UUD 1945, yaitu bahwa Presiden be rhak mengeluarkan Perppu hanya bila terjadi kondisi “ihwal kegentingan yang memaksa”. b. Dua elemen pelengkap pada wacana ini adalah pendukung dan modal. PEN Elemen pendukung ditandai dengan menghadirkan nama seorang pakar dan pemikirannya. Pendukung pada wacana ini, yaitu adanya tokoh Bagir Manan dalam buku Teori dan Politik Konstitusi 2004 yang menguraikan “ihwal kegentingan yang memaksa”. MO Elemen modal ditandai dengan adanya kata “tentunya”. 79 4.2.3.1.2 Tiga Elemen Pokok dengan Dua Pelengkap PER-AL-PEM+MO-SA Berdasarkan analisis data, wacana berjudul “Nalar Sesat Peluang Remisi Untuk Koruptor”243, merupakan wacana argumentasi pola tiga elemen pokok dengan dua elemen pelengkap yaitu modal dan sanggahan. Pembuktiannya dapat dilihat dari rincian berikut ini. a. Tiga elemen pokok di antaranya, PER Pernyataan: pada bagian pernyataan, wacana ini memaparkan fakta yang merujuk pada nama di antaranya Yasonna H Laoly, Romahurmuziy, Agung Laksono dan lembaga KPK dan Polri. Pernyataan ini memaparkan fakta yang merujuk pada peristiwa, kementerian yang paling sering mengeluarkan kebijakan kontroversial bisa jadi adalah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia karena hendak merevisi UU yang mengatur remisi bagi tahanan korupsi. AL Alasan: pada bagian alasan, wacana ini memaparkan penalaran dan ilustrasi, diketahui dengan ditemukannya kata dan frasa “maka”, “jika”, “sebagai gambaran”, dan “oleh karena itu”. PEM Pembenaran: diketahui dengan adanya penjelasan umum mengenai revisi Peraturan Pemerintah PP Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Masyarakat. b. Dua elemen pelengkap pada wacana ini adalah modal dan sanggahan. MO Elemen modal ditandai dengan adaya kata “tentu”. SA Elemen sanggahan ditandai dengan adanya frasa “jika tidak”. 80 4.2.3.1.3 Tiga Elemen Pokok dengan Dua Pelengkap PER-AL-PEM+PEN-SA Berdasarkan analisis data, wacana berjudul “Daulat Hukuman Mati di Indonesia ” 2402, merupakan wacana argumentasi pola tiga elemen pokok dengan dua elemen pelengkap yaitu pendukung dan sanggahan. Pembuktiannya dapat dilihat dari rincian berikut ini. a. Tiga elemen pokok di antaranya, PER Pernyataan: pada bagian pernyataan, wacana ini memaparkan fakta yang merujuk pada nama di antaranya, Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan dua terpidana mati Andrew Chan 31 dan Myuran Sukumaran 33. Pernyataan ini memaparkan fakta yang merujuk pada peristiwa, tanggal dan tempat, di antaranya yaitu ketegangan antara pemerintahan Indonesia dengan Australia, penundaan eksekusi mati yang menuai kontoversi, dan penghapusan hukuman mati sejak 1870 telah menghapuskan hukuman mati di Belanda. AL Alasan: pada bagian alasan, wacana ini memaparkan penalaran dan ilustrasi, diketahui dengan ditemukannya kata dan frasa “meskipun”, “sementara itu”, “padahal”, “sejatinya”, “perlu”, dan “apa lagi”. PEM Pembenaran: diketahui dengan adanya penjelasan umum mengenai dua konsep hukuman di Indonesia, yaitu hukuman mati dan hukuman dengan jalan pembinaan terhadap narapidana. b. Dua elemen pelengkap pada wacana ini adalah pendukung PEN dan sanggahan SA. Elemen pendukung ditandai dengan menghadirkan nama seorang pakar dan pemikirannya. Pendukung 81 pada wacana ini, yaitu adanya tokoh Ludwig Feurbach dengan teorinya: hukum sebagai efek jera dan Emanuel Kant dengan teori: tujuan hukuman adalah suatu pembalasan. SA Elemen sanggahan ditandai dengan adanya kata “padahal” dan “tetapi”.

4.2.3.2 Pola Tiga Elemen Pokok dengan Satu Elemen Pelengkap

Pola pengembangan wacana ini terdiri dari tiga elemen pokok dan dilengkapi dengan satu elemen pelengkap. Berdasarkan analisis data, ditemukan 10 wacana yang memiliki pola pengembangan demikian. Sepuluh wacana ini diklasifikasi berdasarkan tiga macam pola, yaitu 1 tiga elemen pokok dengan elemen pendukung, 2 tiga elemen pokok dengan elemen modal, dan 3 tiga elemen pokok dengan elemen sanggahan. Tabel 4.3 Hasil Analisis Data Pola Pengembangan Tiga Elemen Pokok dengan Satu Elemen Pelengkap. No Pola Artikel 1. PER-AL-PEM + PEN  I Membaca Pesan Sabdatama Sultan HB X  J Mengkritisi Ingatan Kolektif Bangsa  L Gejala Meningitis Layaknya Flu Biasa  N Melepas Kebaya dan Sanggul Kartini 2. PER-AL-PEM + MO  E Mengangkat Kembali Popularitas Mobil Esemka untuk Saingi Proton  H Mewaspadai Pelemahan UU KPK  M Subsidi Rakyat Dialihkan untuk Bantu Pejabat Beli Mobil Baru 3. PER-AL-PEM + SA  A Menimbang-nimbang Calon Kapolri Pilihan Jokowi  C KPK dan Telikungan Habitus

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI PEREMPUAN DALAM BERITA KASUS ANGELINA SONDAKH (KORUPSI WISMA ATLET) PADA SURAT KABAR HARIAN TRIBUN JOGJA DAN HARIAN JOGJA

0 3 137

PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 17

PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 11

PENDAHULUAN PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 2 19

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 3 8

PENUTUP PEMILU DALAM PEMBERITAAN DI TRIBUN JOGJA (Studi Analisis Isi Kuantitatif Kelengkapan Nilai Berita Pemilu 2014 di Surat Kabar Harian Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014).

0 2 4

WACANA TENTANG BENCANA MERAPI DALAM ARTIKEL OPINI (Analisis Wacana Artikel Opini Bencana Alam Gunung Merapi Pada Surat Kabar Harian Kompas Periode Oktober – November 2010)

0 6 139

ANALISIS PEMAKAIAN KATA SERAPAN DAN ISTILAH ASING DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS Analisis Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012.

0 4 13

ANALISIS PEMAKAIAN KATA SERAPAN DAN ISTILAH ASING DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS Analisis Pemakaian Kata Serapan Dan Istilah Asing Dalam Artikel Opini Harian Kompas Edisi Mei-Juni 2012.

0 3 17

ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR JAWA POS PERIODE JANUARI 2012 SAMPAI BULAN APRIL 2012(Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Jawa Pos Periode Bulan Januari 2012 Sampai Bulan April 2012).

0 0 116